MALANG POSCO MEDIA, KOTA BATU- Miftahudin Romli (53), yang akrab disapa Midun telah menyelesaikan tugasnya melakukan Ekspedisi Lintas Stadion Jalur Pantura untuk menyuarakan perdamaian antar supporter atas tragedi Kanjuruhan 1 Oktober 2022 yang mengakibatkan 135 supporter tewas di Stadion Kanjuruhan Malang.
Midun yang juga dijuluki Bapak Perdamaian ini tiba dengan selamat di rumahnya Jalan Darsono Barat Gg VII Rt 5 Rw 10 Kelurahan Ngaglik, Kecamatan Batu, Kota Batu pada Rabu (16/8) lalu sekitar pukul 14.00 WIB. Totalnya Midun melakukan perjalanan dengan mengayuh sepeda selama 12 hari dengan mengunjungi 20 stadion.
Bapak Perdamaian ini bertolak dari Jakarta dengan naik pesawat. Sedangkan sepeda yang kendarai dikirim via pos, oleh warga Kota Batu yang tinggal di Jakarta. “Alhamdulillah selama perjalanan banyak ditolong oleh banyak orang. Saya sangat berterima kasih kepada para suporter di setiap kota yang saya lewati dan kunjungi, pasalnya mereka tidak hanya menyambut, tapi juga mengantarkan hingga batas kota,” ujar Midun.
Selama mengarungi ekspedisi, Midun tidak mengenal mereka semua yang mengawal di setiap kota maupun yang bertemu di lapangan. Namun karena tujuannya, semua terkondisikan dengan baik seolah-olah antar suporter sudah saling berkoordinasi.
Ia menceritakan dalam melewati malam, Midun tidur dimana-mana seperti tidur di Mes, tidur di stadion bahkan sempat tidur di hotel. Semua itu bisa terlewati berkat pertolongan suporter. “Selama perjalanan semua suporter menyambut saya dengan baik. Meskipun sebelumnya hubungan antar suporter kurang harmonis,” bebernya.
Menariknya lagi, selama mengawal di daerah tertentu, suporter bola menyempatkan memeriksa kesehatan Midun. Ia tiga kali diperiksa kesehatan. “Seperti Panser dan Viking yang punya ambulan sendiri. Saya diperiksa kesehatan disitu, Alhamdulillah sehat. Selain kesehatan, sepeda yang saya kayuh juga sempat diperiksa tiga kali mulai dari kampas rem, roda dicek dan kondisinya masih sangat bagus,” ungkapnya.
Midun menceritakan bahwa selama perjalan di tiap daerah memiliki kesan sendiri-sendiri. Misalnya di Karawang, banyak sekali orang yang sudah menunggu. “Bahkan banyak suporter dari lain daerah. Salah satunya suporter dari PSM ikut menyambut dan memeluk saya sambil menangis. Ia mengatakan salut dan malu karena kenapa bukan dia yang melakukan ekspedisi ini, karena merasa lebih muda,” kenang Midun.
Dengan ekspedisi yang tidak hanya menyuarakan usut tuntas Tragedi Kanjuruhan. Namun juga mendamaikan suporter Indonesia. Midun dijuluki para supporter sebagai Bapak Perdamaian. “Yang mendamaikan mereka (suporter) sendiri, bukan saya. Menurut saya mereka yang hebat, yang mendoakan dan mendukung saya. Semua ini saya lakukan dengan nekat, kalau tidak nekat semua diam dan lupa nantinya,” pungkasnya. (eri/udi)