MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Kepala SMPN 4 Malang, Dra. Pancayani Dinihari, M.Pd merasa gembira karena lembaga yang dipimpinnya mewakili Kota Malang menjadi salah satu sekolah penggerak angkatan pertama. Menjadi salah satu yang dicalonkan sebagai sekolah penggerak, tentu merupakan suatu kebanggaan tersendiri.
Namun, ia menuturkan bahwa masih belum ada persiapan khusus yang dilakukan SMPN 4 Malang untuk menjadi sekolah penggerak. “Kalau persiapan khusus belum ada. Karena belum ada petunjuk khusus. Karena kepala sekolah masih harus melakukan beberapa tes lagi sebagai kepala sekolah penggerak,” katanya.
Ia mengatakan SMPN 4 akan melakukan persiapan matang, apabila telah resmi dinyatakan lulus sebagai sekolah penggerak. Sementara untuk persiapan menjadi kepala sekolah penggerak, dirinya sudah mulai menyiapkan beberapa inovasi.
Ia masih belum dapat membeberkan inovasinya. Sebab masih dalam tahap evaluasi. Diperkirakan, ada beberapa SMP yang akan mewakili Kota Malang sebagai sekolah penggerak. Di antaranya, SMPN 4, SMPN 3, SMPN 5, SMPN 8, SMPN 9, SMPN 10, SMPN 12, SMPN 13, SMPN 18, SMPN 20, SMPN 21, SMPN 22, dan SMPN 23.
Sedangkan, untuk jenjang sekolah dasar (SD) masih belum diketahui. Karena masih dalam tahap seleksi. Namun, di SDN Kauman 1 Malang sudah ada beberapa guru yang didaftarkan sebagai guru penggerak. Dijelaskan oleh guru SDN Kauman 1, Wahyu Triwidhianto,SPd bahwa untuk angkatan pertama guru penggerak, pihaknya mendaftarkan empat guru. Termasuk dirinya. “Dari empat orang guru ternyata yang lulus sampai tahap akhir hanya satu orang. Alhamdulillah saya sebagai orang yang beruntung itu,” ujarnya.
Pada tahap seleksi sebagai guru penggerak, ada tiga seleksi yang harus diikuti. Yakni seleksi wawancara, dan dua kali tes tulis. Kemudian, pada angkatan keempat ini bertambah satu guru yang lulus sebagai guru penggerak. Sehingga, ada dua guru penggerak dari SDN Kauman 1. Selain itu, pemilihan sekolah penggerak masih dalam tahap seleksi. “Kalau sekolah penggerak belum ditentukan sementara ini. Karena masih dalam tahap seleksi,” lanjut Wahyu sapaan akrabnya.
Selama mencalonkan sebagai guru penggerak, ia rutin melakukan pelatihan selama sembilan bulan. Selama pelatihan, pihaknya merancang tentang manajemen pembelajaran di kelas. Dengan berorientasikan merdeka belajar. Misalnya menjadikan pembelajaran yang nyaman dan efektif. Sehingga tidak membosankan para siswa.
Seorang guru penggerak nantinya dituntut untuk mampu menemukan solusi yang tepat dalam menyelesaikan masalah yang timbul. Seperti, bersikap terbuka terhadap masukan dan gagasan orang lain untuk mencapai solusi terbaik saat menyelesaikan masalah.
Sementara itu merdeka belajar merupakan kurikulum yang cocok bagi sekolah penggerak. Program sekolah penggerak nantinya dapat mewujudkan visi pendidikan Indonesia dalam menciptakan bangsa maju yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian melalui terciptanya Pelajar Pancasila. (mda/imm)