.
Friday, November 22, 2024

Frenemy: Kita dan Medsos

Berita Lainnya

Berita Terbaru

          Media sosial (medsos) memang bisa menjadi teman sekaligus lawan. Lewat medsos kita bisa tambah saudara. Bisa jadi, lewat medsos pula kita dapat musuh. Medsos memang telah menyambungkan pertemanan yang terpisah, namun lewat medsos pula bisa mungkin teman yang sudah seperti saudara jadi tak saling tegur sapa. Medsos memang bisa jadi teman (friend) sekaligus musuh (enemy). Kita dan medsos bisa jadi frenemy (friend and enemy).

          Tak sedikit kabar bohong yang menyebar lewat medsos. Tak jarang pula ujaran kebencian, fitnah, dan adu domba bergulir lewat beragam platform medsos. Beragam modus kejahatan siber juga difasilitasi medsos. Tak sedikit orang tersandung masalah gegara unggahan konten di medsos. Kini semakin masif kasus pencemaran nama baik dan ujaran kebencian di medsos yang dijerat Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU-ITE).

          Namun di sisi lain, lewat medsos mampu menggerakkan bisnis. Tak sedikit usaha rintisan kelas kecil menengah yang memanfaatkan medsos untuk memasarkan dagangannya. Banyak pelapak rumahan yang menggunakan Facebook, Instagram, YouTube, dan TikTok guna memikat hati calon pembelinya. Medsos telah menjadi teman para pengusaha dan industri dari beragam skala. Medsos juga jadi teman banyak pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).

          Medsos memang banyak dicaci, namun pada sisi lain, medsos juga banyak dipuji. Medsos bisa jadi teman yang baik, namun bisa juga jadi lawan yang kejam. Ketika medsos bisa jadi friend dan sekaligus enemy, di sinilah pentingnya memahami bagaimana sebaiknya bermedsos yang bijak, cerdas, dan berdaya. Sejatinya medsos adalah sekadar alat. Pemanfaatannya sangat tergantung pada orang yang menggunakannya.

          Jenderal Polisi Budi Gunawan dan Kombes Pol Barito Mulyo Ratmono, dua orang profesional di bidang intelijen menyebutkan dalam bukunya yang berjudul “Medsos di Antara Dua Kutub” bahwa medsos sebagai saluran komunikasi memiliki dua kutub yang dampaknya cukup berpengaruh dalam kehidupan. Sisi baiknya luar biasa, sementara sisi buruknya bisa membuat binasa. Medsos punyai sisi lain berupa lubang besar yang mengenaskan.

Teman Tapi Musuh

          Bisa jadi teman kita di medsos jumlahnya lebih banyak dari teman di dunia nyata. Banyak teman kita di Facebook, pengikut (follower) kita di Instagram, Twitter, atau Youtube tak berarti itu semua teman kita yang sebenarnya. Bisa jadi mereka menjadi teman kita tetapi kita tak pernah mengenal mereka. Bisa mungkin orang yang menyatakan follow akun kita itu tak selamanya sejalan dengan kita.

          Bisa jadi orang yang berteman dengan kita di medsos hanya berpura-pura jadi teman baik padahal sebaliknya mereka adalah musuh. Bisa mungkin mereka yang follow akun-akun medsos sebuah institusi atau perusahaan tertentu sejatinya mereka adalah kompetitor atau lawan bisnis. Mereka sengaja berteman dengan tujuan bukan seperti layaknya pertemanan yang tulus dan baik.

Sebuah penelitian yang berjudul “Friend or Frenemy? Predicting Signed Ties in Social Networks,” menemukan bahwa interaksi melalui medsos menunjukkan dua hal. Pertama, hal positif yaitu kepercayaan dan persahabatan sesungguhnya. Kedua, hal negatif yaitu ketidakpercayaan atau kemungkinan musuh yang berkedok menjadi teman. Antara kedua hal ini sungguh sangat sulit dibedakan.

Di medsos berlaku anonimitas. Orang bisa tampil bukan sebagai dirinya di medsos (anonim). Seseorang bisa mungkin tampil lebih baik dari aslinya. Bisa mungkin wajah asli orang jahat tak terlihat sebagai penjahat di medsos. Anonimitas yang melekat pada medsos menjadikan tak ada jaminan mereka yang tampil secara virtual itu serupa dengan siapa sejatinya mereka di alam nyata.

 Banyak kasus muncul yang dipicu oleh pertemanan di medsos. Kalau postingan kita dianggap sebagai sesuatu yang keliru misalnya, bisa jadi postingan itu justru di screen capture oleh teman kita dan diviralkan. Konten yang tak pantas sering dengan cepat menyebar justru dilakukan oleh pertemanan seseorang di medsos.

Jejak digital yang sulit dihapus di medsos menjadikan postingan yang tak pantas dengan cepat menyebar walaupun sang pengunggah konten sudah menghapus karena orang lain ternyata telah menyalin dan memviralkan postingan itu.

Media Terbuka

          Menurut data We Are Social 2021, hampir seratus persen (96 persen) pemilik smartphone di Indonesia menjadi pengguna medsos. Ini artinya, banyak pemilik medsos di mana pun, kapan pun, dan dalam situasi apa pun yang bisa menyampaikan pesan-pesannya melalui platform medsos miliknya dan akun medsos orang lain yang diikutinya. Data We Are Social menyebutkan bahwa sebanyak 99,8 persen pemilik akun medsos di Indonesia sebagai pengguna aktif.

Pengguna medsos Indonesia setiap hari bisa menghabiskan 3 jam 14 menit untuk berinteraksi di jagat medsos. Durasi itu di atas rata-rata dunia yang hanya 2 jam 25 menit. Data lain menyebutkan, di Indonesia, 60 persen pengguna internet menggunakan medsos untuk membantu bidang pekerjaannya.

Saat awal munculnya medsos, jika ada karyawan menggunakan medsos pada saat jam kerja dibilang korupsi waktu. Sementara saat ini karyawan yang aktif bermedsos diakui dapat mendongkrak produktivitas.

Medsos memang menjadi media yang sangat terbuka. Siapa saja bisa punya akun medsos. Medsos telah digunakan banyak orang dalam mendukung beragam aktivitasnya. Mulai urusan keluarga hingga masalah serius bangsa bisa diselesaikan lewat medsos. Tak sedikit pemimpin negeri ini yang memilih menggunakan medsos sebagai media berkomunikasi dengan masyarakat.

Di satu sisi, keterbukaan yang difasilitasi medsos memang berdampak positif, namun pada sisi yang lain keterbukaan itu sering kebablasan. Rambu-rambu norma dan etika tak jarang dilanggar. Tak sedikit orang jadi tuna etika saat menggunakan medsos. Padahal sejatinya berkomunikasi lewat dunia maya menggunakan medsos sama seperti berinteraksi di alam nyata yang harus menjunjung norma, etika, dan peraturan hukum yang berlaku.

Melalui medsos tentu semua tak ingin mencari musuh. Tetapi perlu juga disadari bahwa tak jarang orang yang mengaku teman kita di medsos bisa jadi musuh kita. Untuk itu berinteraksi lewat medsos perlu kecakapan memilih dan memilah teman dengan baik. Kemampuan kritis dan melek medsos menjadi senjata yang bisa menolong kita dari serangan jahat para musuh yang berkedok teman.(*)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img