Agus Setiyono, Guru Sekaligus Wasit Voli Nasional Asal Malang
Kota Malang bukan hanya gudangnya atlet berprestasi tingkat nasional. Wasit berskala nasional pun juga ada yang nawak Ngalam sendiri. Ia adalah Agus Setiyono. Agus memegang peran krusial sebagai wasit pada laga-laga pertandingan Voli skala nasional.
MALANG POSCO MEDIA-Jejak kiprah terbaru Agus Setiyono menjadi wasit utama pada Final Proliga Tahun 2024.
Agus, sapannya menjadi “penjaga” jalannya pertandingan berkelas tersebut. Dan memastikan pertandingan berjalan sportif dan fair dihadapan 16 ribu penonton saat itu. Pria berusia 53 tahun ini ternyata juga adalah seorang guru.
“Kalau saya jadi wasit di Proliga sebenarnya sudah tiga kali. Pertama Tahun 2008, lalu Tahun 2020 dan terakhir 2024 kemairn ini,” tutur Agus.
Ia menceritakan sebagai wasit pertandingan di kompetisi voli profesional Indonesia ini, pengalamannya yang terakhirlah yang cukup berkesan. Dikarenakan Final Proliga 2024 lalu dilaksanakan di venue yang berbeda dari sebelum -sebelumnya ia menjadi wasit.
Final Proliga Tahun 2024 kemarin, tambah Agus, untuk pertama kalinya digelar di Indonesia Arena Senayan, Jakarta Pusat. Ini sebuah fasilitas olahraga mulltifungsi yang mampu menampung hingga 16 ribu penonton. Bangunan itu baru diresmikan pada 2023 lalu.
Agus masih ingat riuhnya penonton Indonesia Arena. Bahkan tiket sudah terjual habis pada H-1 sebelum partai final. Karena final saat itu mempertemukan dua tim populer dan ditunggu-tunggu.
“Tim Lavani yang dimiliki mantan Presiden, Pak SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) dan tim Bhayangkara Presisi. Jalan pertandingan empat set dan hampir tidak ada kursi kosong. Semua mata tertuju ke arena dan memang sangat besar dan riuh saat itu. Pengalaman cukup mengagumkan bagi saya,” papar pria yang sudah berkarir menjadi wasit voli sejak Tahun 1999 itu.
Hal ini menjadi istimewa karena saat menjadi wasit Proliga di tahun-tahun sebelumnya, arena yang digunakan untuk bertanding paling sering di Istora Senayan. Yang hanya bisa menampung maksimal 10 ribu penonton.
Saat itu, meski dia sudah memiliki banyak pengalaman di bidang tersebut. Rasa tegang dan nerveous pun menyelimutinya.
“Ya karena waktu itu jadi wasit sudah ditonton belasan ribu orang juga dilihat langsung Pak SBY dan ada Jenderal Polisi juga yang menonton. Karena laga puncak. Benar saya jadi agak nervous,” tutur Agus sambil tertawa mengingat pengalamannya tersebut.
Meski begitu ia melaksanakan tugasnya dengan baik. Agus mengaku cukup terbantu dengan teknologi “Challenge”. Sebuah perangkat teknologi menggunakan kamera, yang bisa mengulang kejadian di lapangan. Di sepak bola, lebih dikenal dengan video assistant referee (VAR).
Kejadian yang bisa diulang dengan challenge di olah raga voli misalnya bola masuk atau keluar. Kemudian untuk mengecek pemain yang menyentuh net dan bola sudah menyentuh lantai lapangan terlebih dahulu atau belum.
“Ketika ada tim yang ragu dengan keputusan wasit, bisa langsung minta challenge. Mereka akhirnya bisa menerima keputusan dan tidak ada protes berlebihan,” terang dia.
Kemudian lanjut dia, rasa permainan voli saat ini juga berbeda dibandingkan 5 sampai 10 tahun kebelakang.
Spike atau smash dari pemain saat ini lebih keras dibandingkan dengan medio 2000-an. Di tambah dirinya yang sudah berusia cukup senior. Challenge membantu kinerjanya saat memimpin pertandingan.
“Saya bisa dibilang wasit paling senior saat ini, usia sudah 53, kemungkinan 55 akan bertugas sebagai pengawas saja,” sambungnya.
Ia juga cukup berbangga di usianya yang sudah 50 tahun keatas, dan ditengah banyaknya wasit internasional yang dimiliki Indonesia, dirinya masih terpilih menjadi wasit utama di final Proliga 2024.
“Menjadi wasit final tentu dilihat dari kinerja pasa final four. Ada empat wasit internasional dan satu wasit nasional lain, alhamdulillah saya yang terpilih,” terang pria yang juga tercatat sebagai Guru di SMAN 2 Malang ini.
Agus mengaku ingin memiliki lisensi wasit dengan standar internasional, akan tetapi belum dapat memilikinya hingga saat ini.
Dia bercerita sebelumnya memiliki kesempatan mendapatkan itu pada tahun 2009 lalu.
Namun karena berbarengan dengan pengangkatan menjadi PNS. Agus lebih memilih fokus pada karir sebagai guru.
“Tetapi selama saya menjadi wasit, sekolah dan siswa selalu memberikan support maksimal. Bahkan saat final kemarin, teman-teman guru dan murid saya nonton bareng,” papar Agus.
Setelah memimpin proliga, Agus sempat bertugas menjadi wasit di Pekan Olahraga Nasional (PON) Aceh-Sumut pada September lalu. Dan PON tersebut sudah menjadi PON Keenam baginya. (sisca angelina/van)