spot_img
Saturday, June 14, 2025
spot_img

278,5 Hektar Lahan Pertanian Apel Direvitalisasi

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA, KOTA BATU- Komitmen Kota Batu sebagai Kota Apel terus dipertahankan. Salah satu upaya yang telah dilakukan untuk mempertahankan identitas tersebut melalui program revitalisasi ratusan hektar lahan pertanian apel.

Disampaikan Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kota Batu, Heru Yulianto bahwa komitmen dalam mempertahankan pertanian apel diwujudkan melalui strategi revitalisasi lahan pertanian apel. Mengingat Kota Batu merupakan salah satu penghasil apel utama di Indonesia.

“Kami sampaikan bahwa permasalahan utama budidaya apel saat ini adalah terjadinya penurunan kondisi agroklimat. Selain itu juga dikarenakan penurunan kondisi kesuburan lahan akibat penurunan kondisi bahan organik tanah ditandai kandungan C/N organik kurang dari 2,” ujar Heru kepada Malang Posco Media.

Akan tetapi dengan permasalahan tersebut, lanjut dia, Pemkot Batu masih memiliki komitmen yang kuat untuk mempertahankan dan menghidupkan kembali identitas Kota Batu sebagai Kota Apel. Ada beberapa langkah-langkah yang sudah dilakukan Pemkot Batu melalui DPKP.

“Diantaranya kami telah menjalankan program peremajaan atau revitalisasi tanaman apel. Sejak Tahun 2021-2024 total yang sudah ter-revitalisasi seluas 278,5 Ha. Kota Batu juga mengupayakan penguatan agrowisata apel dengan menjadikan petik apel sebagai pengalaman wisata unggulan, sehingga apel tetap relevan sebagai simbol Kota Batu,” terangnya.

Pihaknya juga menjalin kerjasama dengan BRIN untuk melaksanakan kajian dan penelitian dalam usaha mempertahankan apel sebagai Ikon Kota Batu. Serta melakukan diversifikasi produk olahan apel dan promosi apel Batu melalui event tahunan seperti Festival Apel, Agro Expo, maupun Batu Agro Festival.

Langkah revitalisasi ini difokuskan pada pemulihan kesuburan tanah melalui peningkatan kandungan bahan organik sesuai standar dan penerapan sistem pertanian ramah lingkungan. Ada beberapa aktivitas utama yang direncanakan.

“Seperti fasilitasi bibit apel unggul bersertifikat, fukungan pupuk, pestisida, dan hormon pertumbuhan ramah lingkungan. Kami juga fasilitasi petani untuk uji laboratorium kandungan tanah terkait organik, makro dan mikro,” urainya.

DPKP juga menyediakan sarana produksi pendukung revitalisasi, pendampingan teknis secara berkala kepada petani, monitoring dan evaluasi terhadap hasil fasilitasi. Melalui langkah-langkah tersebut, Heru berharap pertanian apel sebagai identitas pertanian lokal tetap terjaga, sekaligus menjawab tantangan produktivitas dan perubahan minat tanam petani secara lebih adaptif.

“Tidak hanya itu, kami juga mengintegrasi pertanian dan pariwisata sebagai tantangan menjaga keseimbangan antara pengembangan pariwisata dan kelestarian pertanian di Kota Batu perlu menjadi perhatian bersama. Karena penguatan lintas sektor perlu dilakukan agar wisata tumbuh tanpa mengorbankan fungsi lahan produktif,” tegas Heru.

Integrasi tersebut dilakukan dengan pendekatan agro kreatif yang sudah tertuang dalam RPJMD. Tujuannya untuk mendorong agar pertanian tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang sebagai bagian dari daya tarik wisata, sehingga keduanya bisa saling menguatkan dan menjadi warisan kebanggaan bagi generasi mendatang.

“Kami juga menerapkan smart and integrated farming sebagai solusi terintegrasi melibatkan banyak urusan sangat perlu untuk menjadi fokus pertanian dan kepariwisataan masa depan,” pungkasnya. (eri/udi)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img