MALANG POSCO MEDIA- Mengabadikan karya dalam bentuk buku, patut dibanggakan. Seperti yang dilakukan Trisnadi Marjan. Fotografer yang telah berkiprah lebih dari 20 tahun ini kembali menerbitkan buku fotografi.
Setelah tahun 2004 lalu menerbitkan debut buku fotonya bertajuk ‘Dolly : Hitam Putih Prostitusi,’ akhir tahun 2020 lalu, Trisnadi kembali membagikan karyanya. Yang terbaru, Trisnadi secara khusus mendokumentasikan karya foto jurnalistiknya dalam buku bertajuk “IBU” KHOFIFAH INDAR PARAWANSA.
Spesialnya dalam buku ini dipamerkan frame demi frame potret jejak langkah sosok perempuan nasional yang kini menjabat sebagai Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa. Khusus dalam membangun narasinya, dalam karya buku ini Trisnadi juga menggandeng seorang jurnalis, Fatimatuz Zahroh.
Dengan suguhan sekitar 200 foto jurnalistik yang lengkap dengan narasi inspiratif, buku ini disebut ingin menyajikan inspirasi berbeda bagi generasi muda tentang tokoh dan perjalanan figur tiga generasi seorang Khofifah Indar Parawansa.
Dalam wawancara khusus menyambut Hari Pers Nasional (HPN), Rabu (9/2/2022), Trisnadi menyampaikan buku ini merupakan kumpulan karya fotografi jurnalistik selama bekerja profesional sebagai fotografer mendampingi sosok Khofifah Indar Parawansa.
Selama lebih dari 10 tahun pekerjaan itu, tak kurang ada sekitar 500 ribu frame foto yang telah ia hasilkan. Yang kemudian menurutnya sangat sayang jika hanya disimpan dalam laptop atau hard disk saja.
Secara khusus ia ingin agar karya foto itu bisa lebih bermanfaat bagi khalayak khususnya generasi muda. Bahwa ada sosok dari Surabaya, Jawa Timur yang telah mendunia, yang bisa dijadikan figur panutan yaitu Khofifah Indar Parawansa.
“Dari niatan itu, saya kemudian berdiskusi dengan beberapa teman, untuk membulatkan tekad membukukan karya foto saya. Dengan harapan akan banyak yang belajar bagaimana seorang tokoh perempuan seperti Khofifah meniti karirnya hingga kini memimpin Jawa Timur,” jelas Trisnadi.
Ia kemudian menceritakan proses kreatif dalam pembuatan buku IBU. Yang tentunya diawali dengan pengalaman meliput dan memotret setiap langkah Khofifah baik saat menjadi Menteri Sosial, saat kampanye Pilgub 2018 maupun selama menjabat sebagai Gubernur Jawa Timur.
Sosok yang kuat, pekerja keras dan ikhlas menjadi karakter yang menurut Trisnadi menempel pada karakter seorang Khofifah. “Yang saya ingat betul adalah saat memotret kegiatan Ibu Khofifah bernegosiasi dengan aktivis GAM. Beliau tak ada takutnya. Perempuan dan sendirian. Di sana ia bernegosiasi dengan mereka dan memastikan bahwa Aceh aman,” ungkapnya.
Begitu juga saat memotret langkah Khofifah di Puncak Jaya. Di wilayah genting kerusuhan, Khofifah nekat saja berangkat ke sana demi meninjau ketersediaan pangan dan juga menyebarkan semangat nasionalisme.
Jangankan gentar, ancaman medan alam yang terbilang terjal untuk dilalui pesawat capung, hingga ancaman tembakan para sniper tidak ia hiraukan. Padahal Trisnadi mengaku ia sendiri juga was was.
“Tapi ibu Khofifah selalu pesankan saya bahwa yang penting ikhlas. Kalau kita ikhlas, Allah yang akan menjaga kita,” tegas Trisnadi.
Di sisi lain, jurnalis Fatimatuz Zahroh juga menyampaikan hal senada. Ia menyebut bahwa mengapresiasi seorang Ibu tentu banyak caranya. Salah satunya dengan karya buku ini. Menurutnya, sosok Khofifah layak dijadikan panutan dan inspirasi bagi para generasi muda untuk ingin mewakafkan jalan hidupnya untuk pergerakan dan juga untuk bangsanya.
“Jadi buku ini menurut saya perpaduan yang harmoni, antara karya visual fotografi yang dipadukan dengan narasi jurnalistik. Dimana pesan buku ini bukan hanya sepak terjang dan kiprah seorang Khofifah, tapi juga bagaimana memiliki karakter seorang pemimpin. Semoga ini memberikan manfaat bagi anak-anak muda dan juga semua pembaca,” pungkas jurnalis yang akrab disapa Ima ini. (has/van)