MALANG POSCO MEDIA- Pemimpin Redaksi Malang Posco Media, Abdul Halim mengapresiasi semangat peserta Guru Menulis 2022. Mereka peserta Guru Menulis (GM) periode kelima. Workshop ini digelar di Shanaya Resort, Sabtu (19/2) lalu.
Ia menyampaikan kegiatan yang diikuti sebanyak 50 lebih guru dari Malang Raya tersebut merupakan satu event untuk menyebarkan virus menulis. Guru Menulis telah menjadi salah satu brand Malang Posco Media.
Siapapun bisa bergabung dalam event ini. “Kami memberi ruang bagi siapapun yang ingin menulis. Semangat kami menyebarkan virus menulis,” ucapnya.
Ia menekankan kepada peserta untuk tidak kendor menulis. Ide-ide yang didapat untuk segera dituangkan dalam bentuk artikel. Setiap peserta diwajibkan membuat karya. Setidaknya dalam tiga bulan kedepan.
Abdul Halim bersama tim akan terus mengawal hingga karya peserta semuanya bisa terpublish.
Menurutnya, menulis bukan sesuatu yang sangat sulit dilakukan. Hanya butuh tekad dan pembiasaan. Apalagi didukung oleh teknologi saat ini. “Menulis bisa dari mana saja dan apa saja bisa dijadikan tulisan. Tinggal kita mau berproses atau tidak,” jelasnya.
Ia berharap peserta Guru Menulis 2022 punya tekad dan komitmen besar melahirkan karyanya. Tidak perlu menunggu lama. Bahkan pekan ini pun, Halim siap menerima karya opini dari mereka yang sudah punya tulisan artikel populer. “Syukur-syukur Senin depan sudah ada yang menulis Opini,” imbuhnya.
Sementara itu Direktur Utama Malang Posco Media Sudarno Seman mengatakan seorang guru harus memperhatikan penampilan. Harus cakap dan terampil. Penampilan guru tentu tidak sekedar fisik, tetapi juga kualitas keilmuannya.
Abah Darno, sapaannya, memberikan ilustrasi dengan memanggil tiga peserta. Mereka bertiga dijadikan contoh sebagai sosok guru yang baik. Terutama dari sisi penampilan. “Lihat beliau (guru-guru) ini, terlihat berpenampilan sangat cantik,” katanya saat memberikan sambutan dan membuka kegiatan Guru Menulis 2022.
Abah Darno menegaskan bahwa penampilan sesungguhnya dari seorang guru adalah kecakapan kompetensi. Yakni kompetensi sebagai pendidik dan pengajar bagi peserta didiknya. Karena itu, harus selalu update ilmu pengetahuan.
“Jadi guru harus terus belajar. Rajin membaca dan update ilmu pengetahuan. Salah satunya dengan mengikuti seminar atau pelatihan Guru Menulis ini,” tuturnya.
Pembukaan Guru Menulis 2022 dimulai tepat pukul 09.00 WIB. Diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, yang diikuti secara khidmat oleh para peserta.
Dalam kesempatan tersebut, Sudarno menyapa hangat seluruh peserta. Ia juga mengajak untuk bersyukur karena di masa pandemi tetap dalam kondisi sehat. “Mari kita bersyukur karena hari ini dalam kondisi sehat dan bisa bertemu di acara ini,” imbuhnya.
Guru yang selalu belajar adalah guru yang pandai melakukan perawatan. Yakni perawatan terhadap ilmu dan kompetensinya. Dengan cara mengikuti berbagai seminar, konferensi dan sebagainya. “Kalau tidak perawatan akan kusam. Demikian juga ilmu, kalau tidak diasah maka ilmunya akan kusam. Semoga ilmu yang diperoleh di Guru Menulis ini bermanfaat dan berkah,” tandasnya.
Sementara Andina Paramitha CEO of Ngalup Collaborative Network menjelaskan personal branding masih menjadi momok bagi masyarakat yang kurang percaya diri. Padahal personal branding sebagai salah satu cara untuk memperkenalkan diri tentang kelebihan dan minat sehingga dikenal oleh banyak orang.
Dia mengatakan Personal Branding memungkinkan individu untuk membedakan dirinya secara konsisten mengartikulasikan dan memanfaatkan proposisi nilai unik mereka dan melihat peluang untuk mengejar minat dalam kehidupan profesional diri.
“Karena personal branding itu nanti yang akan dikenal di masyarakat. Bisa tentang pribadi atau kelebihan masing-masing. Sebab itu, harus dipikirkan mau dikenal sebagai apa kita,”kata dia.
Selain itu, dengan personal branding dapat memperkenalkan diri sendiri. Misalnya tentang keterampilan atau kepribadian yang menonjol. Tujuannya agar dikenal oleh orang lain serta menambah image. “Karena apa yang kita tulis menurut pengalaman kita dapat dikenang oleh orang lain,” lanjutnya.
Banyak orang yang masih takut mempromosikan diri alasannya karena takut tidak diterima orang lain. Namun hal itu bisa diatasi dengan kembali ke tujuan awal. “Jadi memang, mau tidak mau harus memaksakan diri untuk memulai sesuatu. Misalnya, menulis. Tujuannya agar mengasah kemampuan. Acara ini juga sebagai personal branding. Karena mengenalkan karya pribadi masing-masing,”sambungnya.
Dalam melakukan personal branding bisa dilakukan dengan membuat portfolio, memanfaatkan media sosial, berkolaborasi, podcast, mengadakan events atau membuat blog atau website pribadi. “Harus percaya diri terutama dalam hal komunikasi. Dengan begitu, mudah dalam melakukan personal branding. Jika bertemu kritikus jangan overthinking, tapi pikirankan tujuan awal kenapa melakukan personal branding,” tandasnya.
Sugeng Winarno yang menjadi pemateri kedua memberi semangat kepada peserta Guru Menulis. Menurut Kabag Humas dan Protokoler UMM ini yang harus dilakukan adalah eksekusi yaitu menulis. “Jangan pikirkan teori. Kalau sudah ada ide, segeralah menulis. Karena kalau dipikir pikir terus, ide tidak akan pernah jadi tulisan. Jangan takut salah karena menulis memang membutuhkan nyali dan keberanian. Terutama keberanian untuk memulai menulis,’’ ujarnya.
Dosen Ilmu Komunikasi UMM yang sudah menulis opini lebih 1.000 judul di media massa ini mengaku awalnya juga tidak menyangka bisa menulis sebanyak itu. Sugeng mengatakan, ia menulis juga terinspirasi salah satu dosen UMM yang sangat produktif menulis dan menerbitkan buku.
“Kalau peluru hanya bisa menembus satu kepala. Tapi dengan tulisan, bisa menembus ratusan, bahkan ribuan kepala. Artinya tulisan kita bisa dibaca dan diapresiasi banyak orang. Tidak hanya di Indonesia, tapi dunia. Apalagi sekarang era digital. Dengan tulisan, Anda juga bisa dikenal dan diundang untuk menjadi narasumber yang makin menguatkan posisi sebagai penulis,’’ jelasnya.
Masih menurut Sugeng yang juga ahli stand up commedy, kekuatan bukan berasal dari tubuh yang berotot, tetapi dari tulisan yang luar biasa. Dimana tulisan yang memiliki power akan menarik minat pembaca. “Ada pepatah. Jika kamu bukan anak seorang raja, maka jadilah penulis. Sebab, menjadi seorang penulis mempunyai power layaknya anak raja,” katanya.
Menurutnya, opini merupakan tulisan untuk menyampaikan ide atau gagasan. Dimana perubahan besar dapat terjadi. “Karena dari tulisan akan memunculkan power yang luar biasa. Dan menulis itu butuh pembiasaan,” lanjutnya.
Selain itu, dengan menulis opini akan membuat hidup menjadi abadi. Artinya tulisan bisa dikenang oleh orang lain. Meskipun, orang tersebut telah tiada. Menulis tidak hanya sekadar teori, namun harus dilakukan secara nyata melalui tindakan. “Menulis tidak perlu diteorikan harus action. Jangan banyak dipikirkan, lakukan. Tulis saja apa yang ada dipikiran,”sambungnya.
Ia menyampaikan bahwa semua orang dapat menulis. Hanya saja, yang menjadi persoalan adalah apakah mau menulis atau tidak? Di sisi lain, menulis harus mengandung unsur yang menarik dan menyesuaikan kebutuhan masyarakat. “Buat suatu tulisan yang penting dan dibutuhkan oleh masyarakat. Agar tulisan itu ada efek powerful,” terang Sugeng.
Dalam menulis opini dapat dibiasakan dengan menonton televisi, mendengarkan radio, membaca koran atau majalah dan mengikuti trending topics di media sosial. Menulis opini juga harus berdasarkan fakta dan data yang kongkret. Tujuannya agar tidak menimbulkan kegaduhan dan permasalahan dalam masyarakat.(mda/imm/van/lim)