.
Saturday, December 14, 2024

Tunggu Setelah UTS

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA- Universitas Brawijaya (UB) berencana menerapkan perkuliahan tatap muka (luring) setelah ujian tengah semester (UTS). Yakni sekitar akhir Maret. Wakil Rektor Bidang Akademik UB Prof Dr Aulanni’am, drh, DES ingin kembali perkuliahan luring secepatnya.

Dalam mendukung pelaksanaan perkuliahan luring, pihaknya rutin melaksanakan pertemuan virtual setiap minggu dengan para pemimpin fakultas. Tujuannya membahas perkuliahan tatap muka mendatang.

“Toh 80 persen warga UB sudah mencapai vaksinasi dosis satu dan dosis dua. Tapi kami tetap melakukan evaluasi untuk perkuliahan tatap muka. Juga menunggu perintah dari rektor,” jelas Prof Aul sapaan akrabnya.  

Awalnya UB telah melaksanakan perkuliahan hybrid pada semester awal lalu. Namun hanya 10 persen saja. Rencananya setelah 10 persen, UB menaikkan menjadi 25 persen. Namun harus kandas setelah Rektor UB  menurunkan Surat Edaran (SE) perkuliahan daring 100 persen pada Februari lalu.

Dalam SE tersebut menyampaikan perkuliahan tatap muka akan dilaksanakan setelah UTS. Sembari menunggu perkembangan penularan  Omicron di Kota Malang membaik. Untuk menyambut perkuliahan tatap muka, kata Prof Aul, semua ruangan di fakultas telah disesuaikan dengan metode hybrid. Mulai dari sarana dan prasarana sudah lengkap semua.

Meski perkuliahan masih dilaksanakan daring 100 persen, beberapa mahasiswa masih melaksanakan praktikum di kampus. Alasannya karena ada beberapa mata kuliah yang membutuhkan praktik di laboratorium. Sedangkan yang tidak praktikum tetap daring di tempat masing-masing.

“Kalau yang praktikum sudah jalan sedikit demi sedikit. Itu pun sangat terbatas. Terkadang satu ruangan hanya dua orang saja, dipantau tiga kamera secara hybrid,” lanjutnya.

Sementara itu, sektor ekonomi di sekitar lingkungan UB dianggap dalam keadaan stabil. Seperti kos-kosan. Sebab masih banyak mahasiswa yang menetap di Kota Malang sambil menunggu perkuliahan kembali normal.

“Waktu mau hybrid sudah kami dukung untuk kos di belakang UB, untuk menerima mahasiswa kami. Kemudian, warung sekitar kampus juga sudah dibuka namun hanya beberapa,” ungkap Porf Aul.

Menurutnya, perkuliahan daring tidak begitu berpengaruh terhadap sektor ekonomi. Mengingat banyak mahasiswa yang masih menetap di Kota Malang.  Bahkan beberapa mahasiswa datang ke kampus untuk melakukan perkuliahan daring. Tentunya dengan protokol kesehatan yang ketat.

“ Sepertinya tidak akan pengaruh ke ekonomi. Kayanya mereka enjoy di Malang, sambil nanti dilihat perkembangan perkuliahan setelah UTS bagaimana. Kos-kosan di sekitar UB sudah mulai jalan kembali, saya kira semua masih stabil,” sambugnya.

Ia berharap bahwa keadaan semakin membaik. Agar dapat melaksanakan perkuliahan hybrid secepatnya dengan melangsungkan kolaboratif.

Di sisi lain, Universitas Negeri Malang (UM) masih menerapkan perkuliahan tatap muka 50 persen. Direktur Akademik UM  Prof Dr Suyono mengatakan pihaknya masih mengikuti surat edaran resmi. Namun untuk mahasiswa D3 dan S1  dapat mengikuti kuliah luring. Dengan maksimal mahasiswa 50 persen dari kapasitas kelas. Sedangkan S2 dan S3 mengikuti perkuliahan luring minimal empat kali.

“Saya kira untuk mahasiswa S2 dan S3 sudah dikatakan mandiri dalam belajar, sehingga kalau kuliah daring di rumah tidak masalah,” ujarnya.

Ia mengatakan  setelah Covid-19 kembali merebak, banyak mahasiswa jurusan D3 dan S1 perlahan-lahan melakukan perkuliahan daring. Begitu juga dosen masing-masing.

“Untuk D3 dan S1 nampaknya perlahan-lahan mereka (dosen dan mahasiswa) mencari cara agar terhindar dari Covid-19,” lanjutnya.

Meski begitu, perkuliahan di UM masih berjalan baik dan maksimal. Suyono menyampaikan cara perkuliahan daring atau luring dapat saling mengisi dan melengkapi satu sama lain.

Bahkan, tren hybrid akan menjadi alternatif di masa mendatang. Di mana perpaduan luring dan daring akan mendominasi.

“Bagaimana pun metodenya. Baik hybrid atau daring yang penting pengembangan kemampuan berpikir dapat terwujud,” sambungnya.

Sebab perkuliahan hybrid atau perkuliahan daring bukan alasan mahasiswa tidak menghasilkan suatu karya dan inovasi. “Ini yang harus dibangun dan disadarkan agar ke depan, mahasiswa mampu berpikir optimal, berkreasi, dan berkarya maksimal,” tandasnya. (mda/van)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img