MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Sekolah Menengah Pertama (SMP) Muhammadiyah 2 Malang atau yang punya sebutan lain SMP Inovasi memiliki program inklusi. Memberikan kesempatan kepada siswa yang memiliki kekurangan, agar mereka bisa belajar dengan siswa pada umumnya.
Program inklusi dibuka dengan dasar bahwa setiap individu di Indonesia memiliki hak untuk belajar. Sebagai penerus bangsa, juga kebanggaan orang tua. Demi mematahkan stigma masyarakat yang sudah pesimis bahwa anaknya tidak dapat mengenyam pendidikan. Karena itu SMP Inovasi menerima siswa yang berkebutuhan khusus.
Kepala SMP Inovasi Suprianto S.Pd.I., M.Pd menuturkan, semua manusia diciptakan Tuhan dengan hak yang sama. Maka pendidikan pun semestinya juga memberikan porsi dan kesempatan yang sama. “Mereka (anak inklusi) juga adalah anugerah yang dititipkan Tuhan. Perlu kita rawat sama seperti siswa normal lainnya,” kata dia.
Sementara itu, orang tua wali murid memiliki orientasi berbeda jika anaknya disekolahkan di SLB. Selain berpengaruh pada mental anak, juga menimbulkan rasa tidak percaya diri pada anak. “Penekanan sosial yang membuat kemandirian anak semakin tertinggal,” ujarnya.
Di dalam kelas pun, guru memberikan tempat yang sama. Siswa berkebutuhan khusus berbaur dalam satu ruangan dengan siswa lainnya. Sekaligus memberikan kesadaran kepada seluruh siswa, bahwa mereka tetap sama sebagai ciptaan Tuhan. Yang memiliki hak belajar yang sama demi masa depan.
“Semua siswa yang kita miliki adalah yang terbaik. Sebagai harapan orang tua dan bangsa. Karena pasti mereka yang berkebutuhan khusus juga dianugerahi sesuatu dari Tuhan yang tidak dimiliki siswa lain,” terangnya.
Suprianto menjelaskan membutuhkan adaptasi yang kuat untuk menjalankan program siswa inklusi. Hal yang tidak bisa dihindari dalam dunia pendidikan adalah pembulian. Karena tentu pada awalnya siswa berkebutuhan khusus menerima tekanan berat dari lingkungan sekitarnya.
“Kita berusaha memberi pemahaman kepada siswa. Agar bisa saling memahami dan membantu satu sama lain. Selain kita ajarkan akademik, bagi siswa berkebutuhan khusus juga kami didik agar bisa hidup mandiri,” jelasnya.
Lebih lanjut Suprianto menjelaskan, meskipun berada dalam satu kelas yang sama, siswa inklusi mendapat target pembelajaran yang berbeda. “Karena memang tidak bisa disamakan. Jadi kita memberi toleransi kepada siswa yang berkebutuhan khusus. Juga bimbingan khusus bagi mereka untuk bisa memahami,” tandasnya. (mg1/imm)