MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Madrasah Tsanawiah (MTs) Nurul Huda memiliki beberapa program yang mendukung kualitas siswa. Diantaranya ada bimbingan belajar baca kitab kuning dan muhadharah.
Baca kitab sendiri dilakukan setiap selesai Salat Duha. Dengan disertai pemahaman tentang khat pegon. Khat pegon merupakan naskah kuno Islam yang ditulis dengan huruf arab dalam Bahasa Jawa. Program ini disetting bernuansa pondok pesantren. Tutornya pun didatangkan dari lembaga pesantren.
Kepala MTs Nurul Huda, Abdul Rokhim, S.Pd menjelaskan, tidak semua siswanya berasal dari Jawa. Beberapa ada yang berasal dari Madura, Jakarta dan kota lain. Meskipun demikian guru tetap mengajarkan kearifan lokal. Bahasa Jawa tetap diajarkan.
Ia menerangkan bahwa banyak manfaat dari program bimbingan belajar baca kitab kuning. Antara lain siswa mampu memahami kitab khat pegon, mendalami bahasa kitab, dan cakap dalam penulisan bahasa arab.
Disamping itu, dengan belajar kitab siswa akan belajar penggunaan bahasa yang baik dan santun. Semakin akrab siswa dengan bahasa kitab kuning maka akan berpengaruh pada cara mereka berkomunikasi dengan sesama. Siswa akan dapat membedakan lawan bicara mereka.
Kendala yang terjadi, lanjut Rokhim, siswa yang belum paham akan tetap dibimbing oleh guru tutor. “Bagi siswa yang masih awam dengan bahasa yang digunakan, guru akan mengulangi beberapa kali,sampai semuanya paham dan mudah ingat,” ucapnya.
Artinya, sama dengan mempelajari bahasa lain. Kata-kata yang belum akrab di telinga siswa, bila sering diulang akan semakin familiar.
Rokhim menuturkan, pembelajaran jarak jauh (PJJ) menjadi kendala tersendiri dalam pembelajaran kitab kuning. Karena bahasa butuh pembiasaan. Butuh bimbingan yang intensif. Keterbatasan tatap muka dengan siswa termasuk kendala yang selama ini dihadapi guru.
Karena itu, meskipun belajar secara online belajar kitab kuning tetap dilaksanakan. Termasuk saat Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas seperti saat ini. 50 persen siswa di sekolah dan sisanya belajar secara online. “Ketika PTM 100 persen siswa kami kumpulkan dalam satu ruangan. Dan sesekali kami adakan evaluasi,” terangnya.
Adapun program muhadharah dilaksanakan setiap setelah Salat Dzuhur berjamaah. Tepatnya selepas wirid. Siswa yang kedapatan jadwal muhadharah diberikan waktu untuk berpidato di hadapan guru dan teman-temannya.
“Waktu yang diberikan selama tujuh menit. Bagi siswa kelas 7 akan menyimak dan memperhatikan penampilan kakak kelasnya, sampai mereka bisa meniru di kemudian hari,” tuturnya.
Untuk mempermudah siswa membuat materi, mereka bebas menentukan tema pidato. Setelah itu baru diadakan pembinaan oleh guru. “Misalnya dari gaya bahasa dibimbing guru Bahasa Indonesia. Dari sisi konten ada guru agama. Kemudian dari sisi penampilan dan lainnya ada pembimbing sendiri,” pungkasnya. (mg1/imm)