Malang Posco Media – Masyarakat dibuat kagum oleh Bangunan Pasar Pon Trenggalek. Sebab bangunan tersebut kini lebih modern, dengan mengadopsi desain Covent Garden dan Royal Opera House London. Sayangnya, setelah beroperasi, kondisi pasar masih jauh dari harapan. Para pedagang mengeluhkan sepinya pengunjung.
Dilansir dari detikJatim, Jumat (18/3), salah seorang pedagang Ernawati mengakui pengunjung yang datang terus mengalami penurunan. Ia mengakui pasar tersebut sempat ramai sesaat setelah diresmikan.
“Sekarang turun. Kalau sebelumnya walaupun tidak terlalu ramai tapi masih laku,” kata Ernawati, Jumat (18/3).
Menurutnya kondisi itu cukup meresahkan pedagang, terutama yang berada di lantai atas. Pihaknya berharap pemerintah memperhatikan akses bagi pengunjung, sehingga lebih mudah untuk menjangkau lantai dua.
“Biar ramai, kalau bisa tangga (besar) ditambah, selama ini kan cuma di depan itu. Mungkin kalau ada tangga besar di samping sini bisa ramai,” ujarnya.
Kemudahan akses pengunjung dinilai sangat penting, terlebih untuk memasuki kawasan pasar tidak melalui gerbang utama di depan, melainkan melalui belakang. Akses depan pasar justru difungsikan sebagai pintu keluar.
Hal senada disampaikan oleh pedagang lain. Sepinya pasar tersebut diduga karena masih banyaknya lapak pedagang yang belum buka.
“Ya kalau semua buka mungkin lebih ramai, lihat saja sekarang banyak yang masih kosong. Padahal itu sudah ada pemiliknya,” kata salah seorang pedagang yang enggak disebut namanya.
Pihaknya berharap pemerintah turun tangan terkait mangkraknya ratusan kios pasar tersebut. Sebab kondisi itu akan mengganggu iklim perdagangan pasar.
“Ya apa ya, kalau banyak yang kosong kan warga jadi enggan ke sini. Padahal sekarang bangunannya sudah bagus, bersih, kemudian dagangannya juga banyak yang berkualitas,” jelasnya.
Ia menginginkan pemerintah lebih tegas terhadap pemilik kios yang kosong. Karena saat ini masih banyak masyarakat lain yang mau berjualan di Pasar Pon.
“Kalau punya kios ya semestinya dipakai, jangan sampai nanti disewakan ke pihak ketiga,” jelasnya.
Sementara Kepala Dinas Koperasi Usaha Mikro dan Perdagangan Trenggalek Agus Setiyono, membenarkan adanya kios-kios yang masih mangkrak. Dari hasil pendataan, jumlah kios yang belum difungsikan mencapai 130 unit, paling hanyak justru yang menghadap keluar pasar.
Terkait kondisi tersebut Diskomindag akan segera memanggil para pemiliknya untuk dimintai klarifikasi. Pihaknya mengancam akan mencabut status hak guna yang diberikan jika tidak dimanfaatkan untuk berjualan.
“Nanti akan kami undang, kenapa yang sudah mendapatkan kios-kios itu belum ditempati. Ya kalau tetap tidak ditempati kami peringatkan, bisa juga kami ambil kembali,” jelasnya.
Pihaknya mengaku belum tahu secara pasti terkait belum beroperasinya 130 kios tersebut. Menurutnya saat awal pembukaan pasar, masih dalam masa pandemi, namun saat ini kondisinya mulai melandai, sehingga diharapkan pedagang bisa kembali buka.
“Ini pandemi sudah melandai dan menjelang ramadan serta Idul Fitri, kami harap ya segera buka,” jelasnya. (fat/dtc/mg1/jon)