Malang Posco Media – Bulan Rajab memang belum berganti Sya’ban, namun kedatangan Ramadan semakin dekat. Tinggal sepuluh hari lagi. Marhaban ya Ramadan. Kedatangan bulan Ramadan memang selalu dinantikan, utamanya oleh umat muslim. Hari-hari yang semakin dekat menuju Ramadan seolah menjadi angin segar dan menjadi kebahagiaan yang sulit dilukiskan.
Rasa bahagia itu tidaklah berlebihan karena bulan yang dinantikan memiliki banyak keistimewaan. Seperti yang sering kita dengar dalam tausiyah-tausiyah keislaman, bahwa Ramadan adalan bulan kasih-sayang Tuhan, bulan pengampunan dan bulan pembebasan dari api neraka.
Itulah sebabnya para muslim tidak ingin melewatkan Ramadan yang begitu spesial. Mereka tentu akan bergembira karena doa-doa telah diijabah Tuhan dengan dipertemukan kembali kepada Ramadan. Sebagaimana Hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad, Al Baihaqi, Al Bazar dan lainnya, bahwa Rasulullah selalu berdoa, “Ya Allah, berkahilah bagi kami pada bulan Rajab dan Sya’ban dan sampaikanlah kami kepada bulan Ramadan”(Kholilurrohman, 2018).
Menyambut Tamu Istimewa
Beragam ekspresi dan kegembiraan umat muslim dalam menyambut Ramadan, sudah mulai terlihat. Persiapan yang tampak secara umum dan terlihat secara fisik adalah menyiapkan tempat ibadah, seperti memperluas area, memperbaiki fasilitas, pengecatan, penataan tanda dan kelengkapan prokes peribadatan.
Di dunia maya, pun telah beredar beragam informasi syiar Ramadan dan ajakan untuk segera mempersiapkan diri menjelang Ramadan. Persiapan-persiapan yang tampak secara lahiriyah itu sesungguhnya hanya aktivitas pendukung saja. Persiapan yang justru lebih utama adalah kesiapan jasmani dan rohani dari masing-masing pribadi muslim.
Setiap pribadi muslim, yang menantikan kedatangan Ramadan juga perlu melakukan persiapan. Layaknya akan menyambut tamu istimewa, maka sebelum tamu akan datang segala persiapan harus dilakukan. Idealnya, bulan Rajab dan Sya’ban adalah bulan transisi untuk menyiapkan pangkalan Ramadan di dalam hati dan pikiran (Nasaruddin Umar, 2020). Sebagai pribadi yang bertakwa, kita perlu mempersiapkan kalbu dan pikiran, menyucikan diri, membersihkan hati dan meluruskan jalan pikiran sebelum Ramadan tiba. Mulai di bulan Rajab dan Sya’ban, kita dapat mulai melakukan persiapan diri. Semisal mulai menyempurnakan salat-salat sunnah rawatib, membaca surah-surah pilihan dalam Al-Qur’an, membuka buku-buku agama atau mungkin mengakses channel dakwah di media sosial yang akan memperkaya wawasan.
Menjalin silaturahim juga tak kalah penting, karena hubungan yang baik dengan sesama akan memberikan dampak psikologis dan menjernihkan hati atau pikiran kurang baik. Kemudian bersedekah atau mengerjakan ibadah sosial lainnya, sebagai bentuk empati dan kepedulian terhadap sesama.
Dengan mengerjakan amalan-amalan pembuka sebelum Ramadan itu, diharapkan setiap diri telah memiliki modal kebaikan untuk semakin intensif mengamalkan ibadah-ibadah di bulan Ramadan.
Belajar bersama Ramadan
Ramadan dapat disebut sebagai bulan pendidikan. Bulan yang memberikan ruang kepada umat muslim untuk memperdalam keilmuan dan ketakwaan. Dalam pendidikan Ramadan juga terdapat proses belajar dengan orientasi perubahan yang lebih baik, khususnya yang berkaitan dengan ibadah.
Untuk mencapai perubahan-perubahan yang lebih baik, umat muslim diajak untuk belajar dan membiasakan hal-hal baik untuk dirinya, agamanya serta orang-orang di sekitarnya. Tidak hanya menitikberatkan pada interaksi pribadi antara hamba dengan Tuhan, namun juga interaksi manusia dengan sesamanya.
Ramadan memang diciptakan sebagai kurikulum aplikatif untuk meningkatkan kualitas hidup dan keimanan setiap diri dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat.
Implementasi kurikulum Ramadan adalah mengajarkan kesabaran, keistiqomahan dalam peribadatan serta melatih empati dan kedermawanan. Tuhan telah mengkhususkan dan menjadikan bulan Ramadan sebagai best camp umat muslim untuk mempertebal keimanan. Nuansa best camp juga terasa ringan dan membahagiakan, sehingga dengan sendirinya membentuk semangat fastabiqul khoirot di antara sesama muslim, yang sedang sama-sama belajar dan berlatih.
Tanpa terasa, pendidikan di bulan Ramadan membuat kita semua berlomba untuk mengumpulkan pundi-pundi kebaikan, dengan senang hati memperdalam keilmuan, serta memperbanyak kebermanfaatan diri untuk orang-orang di sekitarnya.
Setelah umat muslim menempa dirinya selama sebulan, harapan besarnya adalah aplikasi nyata dari proses pembiasaan di bulan Ramadan, menjadi keistiqomahan amaliah di bulan-bulan berikutnya.Yang demikian itu adalah esensi dari pendidikan Ramadan yang sesungguhnya.
Spirit Ramadan
Ramadan memang telah mengalirkan energi positif bagi umat muslim. Oleh karena energi positif itulah, mayoritas umat muslim sangat bersemangat untuk belajar dan meningkatkan kapasitas keilmuan serta kualitas ketakwaan di bulan Ramadan.
Semangat itu timbul karena terbawa oleh atmosfir fastabiqul khoirat yang melingkupi umat muslim. Atmosfir belajar dan beramal saleh yang hanya ada di bulan Ramadan ini, yang menjadikan umat muslim bersuka ria menyambut Ramadan yang akan tiba.
Ragam aktivitas Ramadan, mulai puasa yang di dalamnya terdapat makan sahur dan berbuka, salat tarawih dan witir (qiyamul lail), i’tikaf, zakat fitrah serta ibadah-ibadah pendukung lainnya hingga zakat fitrah adalah sederet aktivitas yang dijalani dengan landasan spirit dan pemahaman agama yang benar (Muhammad Saiyid Mahadhir, 2019).
Oleh sebab itu untuk menjalani aktivitas yang selalu berulang setiap tahun ini, setiap pribadi harus memiliki misi untuk perbaikan hidup yang signifikan. Pemahaman terkait syariat dalam aktivitas Ramadan itu akan mendatangkan kemantapan hati dalam menjalankan amalan.
Dalam menyambut Ramadan yang akan segera hadir, semoga kita semua juga sudah menata hati, mempersiapkan diri untuk maksimal menjalankan aktivitas Ramadan beriringan dengan kondisi lingkungan yang semakin membaik. Fenomena terkait sebaran virus, jangan sampai mengurangi semangat untuk menjalankan ibadah Ramadan dengan optimal.
Harga-harga bahan pokok yang mulai tidak bersahabat, bukan pula menjadi peluntur semangat, namun sebaliknya dapat menjadi peluang untuk lebih bersabar. Segala bentuk permasalahan sosial di lingkungan saat ini adalah sebagai atribut yang menambah timbangan kebaikan yang menyertai ibadah Ramadan. Semoga bersama Ramadan tahun ini, kita akan sama-sama meraih derajad ketakwaan yang lebih baik.(*)