.
Friday, November 8, 2024

Mengalirkan Emosi Positif Guru Post-Covid

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Malang Posco Media – Pendidikan masa pandemi Covid-19 menggambarkan situasi yang menegangkan dan mengurasi energi jiwa pendidik. Masa kerja pendidik menjadi tidak relevan bila dikaitkan dengan situasi yang tidak pasti. Pendidikan berada pada situasi VUCA.

         Sebuah istilah yang menggambarkan keadaan yang mudah berubah (volatility), penuh ketidakpastian karena minimnya pasokan informasi, pengetahuan dan pengalaman (uncertainty), situasi yang kompleks (complexity), dan segala sesuatu menjadi tidak tetap (ambiguity). Kebijakan pemerintah pusat merespon situasi ini dengan menerapkan Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran dalam Kondisi Khusus Tahun 2020/2021.

- Advertisement -

         Pemberlakukan kebijakan pemerintah selama pembelajaran dalam kondisi khusus dengan menjadikan pembelajaran daring sebagai alternatif strategi pembelajaran masa  pandemic Covid 19, direspon guru dengan sikap negatif dan Positif.

         Sikap negatif guru ditunjukkan dengan mengulang-ulang kalimat keluhan, menyalahkan keadaaan yang di luar kemampuan dirinya sendiri dan  bergerak apa adanya dalam merespons situasi. Sementara Guru yang memiliki pandangan bahwa masa pandemi adalah sebuah kondisi yang harus disikapi secara positif dengan mencari berbagai alternatif solusi.

         Strategi pembelajaran dijalankan dengan menggunakan teknologi dan sarana yang dimiliki. Guru memodifikasi pelbagai pendekatan pembelajaran agar materi tetap bisa disampaikan kepada siswa. Meskipun hasil pembelajaran bergantung pada daya dukung yang dimiliki siswa.

         Kondisi guru yang berupaya terus bergerak di tengah situasi tidak pasti dan rasa tidak nyaman lekat dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menunjukkan bahwa guru memiliki daya lenting (resiliensi) yang baik.

         Sikap negatif dalam merespon sebuah keadaan, bukanlah hal yang tidak bisa berubah. Pendekatan katarsis adalah cara sederhana dari seorang guru untuk memunculkan respon emosi positif di tengah situasi yang sulit.

         Menurut Wikipedia, pengertian katarsis merujuk pada upaya pembersihan atau penyucian diri dari ketegangan. Dalam definisi lebih teknis, katarsis adalah ekspresi kelegaan jiwa ketika seorang penulis berhasil merampungkan tulisannya (Wibisono, hlm 204).

         Disebutkan pula dalam International Journal of Environmental Research and Public Health, yang publish 4 Agustus 2021, bahwa katarsis merupakan sebuah aktivitas tertentu yang bisa menjadi pelepasan emosi yang berbahaya atau negatif dari pikiran atau ketidaksadaran seseorang untuk mengembalikannya ke keadaan normal atau mental sebelumnya. Aktivitas katarsis diperlukan untuk melepaskan emosi negatif dan mengalirkan dengan emosi positif.

         Dalam Jurnal Psikologi Unversitas Diponegoro Vol.9 no 1 April 2011 dijelaskan bahwa menulis pengalaman emosional yang dialami dapat menurunkan depresi ringan seseorang. Aktivitas menulis yang dilakukan penderita depresi ringan berkontribusi pada penyembuhan depresi ringannya. Dalam akitivtas menulis mengalirkan emosi tidak nyaman yang selama ini ditahan dikeluarkan dalam bentuk tulisan.

         Kondisi emosi guru mengalami situasi tidak nyaman, rasa khawatir, ketakutan karena menghadapi situasi yang tidak pasti masa pandemi. Kondisi keaktifan peserta didik yang beragam dalam pembelajaran jarak jauh menambahkan kadar emosi negatif guru.

         Bagi guru, katarsis adalah proses mengeluarkan energi emosional yang ditekan dalam masa pembelajaran masa pandemic dan membiarkannya keluar dalam bentuk kalimat tertulis. Aktivitas menulis akan membawa guru menjadi selangkah lebih maju menjadi pribadi yang lebih matang dalam menghadapi persoalan hidup, khususnya pembelajaran masa pandemi.

         Katarsis guru menulis dapat dilakukan dalam berbagai bentuk. Pertama, menulis jurnal pribadi.  Menulis untuk diri sendiri menggambarkan bahasa paling jujur tentang diri kita sendiri. Meluapkan rasa yang ditahan dan membiarkannya keluar melalui tulisan tentang rasa itu.

         Ibarat gelas yang terisi penuh, menulis akan mengeluarkan isi gelas dan  memindahkannya dalam tulisan. Akhirnya gelas menjadi “kosong”, murni dan siap untuk diisi dengan hal-hal yang lain. Tulisan pribadi ini kelak bisa bermanfaat sebagai kenangan masa lalu untuk diambil hikmah dan pelajaran bagi generasi selanjutnya.

         Perkembangan teknologi memberikan banyak alternatif saluran untuk menulis. Menulis jurnal pribadi bisa dilakukan melalui cara konvensional yaitu buku. Jejak masa lalu disajikan dalam bentuk buku tulis diary yang tersimpan secara private. Keuntungan dengan cara ini adalah kerahasiaan diri akan terjaga selama fisik buku diary masih disimpan dengan rapi.

         Cara yang lebih kekinian dengan menulis jurnal pribadi di jejaring media sosial. Dengan mode pengatur private, data akan tersimpan aman. Meskipun tidak ada hal yang 100 persen  aman di dunia jejaring sosial. Konsep Netiket mengingatkan kita perlunya menjaga etika sosial saat menulis di panggung media sosial.

         Alih-alih katarsis dengan menulis, kecerobohan dalam netiket akan memicu permasalahan baru. Oleh karena itu diperlukan kesadaran agar postingan kita sekarang ini tidak memberikan dampak negatif bagi kita atau pihak lain yang terkait di masa depan.

         Katarsis dengan menulis puisi, artikel ringan atau essay dan opini di media massa merupakan alternatif praktik baik bagi seorang guru. Kebijakan pemerintah dengan mensyaratkan publikasi ilmiah dalam penilaian angka kredit guru dapat dimaknai sebagai keinginan baik pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidik.

         Menurut pandangan penulis, guru yang  menulis tanpa mempertimbangkan unsur “menggugurkan kewajiban” dalam penilaian angka kredit akan dapat melepaskan emosi negatif lebih banyak.  Menulis artikel ringan akan membentuk pola pikir guru menjadi lebih baik dan pada saat yang sama meningkatkan rasa peduli terhadap kejadian yang ada di sekelilingnya.

         Menulis puisi membutuhkan kepekaan sekaligus mewakilkan rasa yang hadir dari perenungan melalui penggunakan diksi metafora, penyusunan kalimat runut dan makna yang dikemas rapi. Menulis artikel di media massa akan menambah wawasan guru melalui kegiatan “kulakan ide” dari berbagai sumber.

         Meramu ide yang sudah dikumpulkan dan menkontekstualisasikan melalui susunan paragraf menuju tema yang fokus. Guru menulis pengalaman membimbing peserta didik dalam pembelajaran jarak jauh dengan berbagai tantangannya.

         Susunan kalimat berikut ini merupakan suara keluhan guru dalam pembelajaran jarak jauh yaitu; tugas tidak dikumpulkan, tidak hadir dalam virtual meeting, terlambat mengikuti ujian, ditelepon malah direject. Rasa emosi negatif ini seperti dapat menjadi bahan menulis artikel ringan untuk mengalirkan emosi marah, kecewa seorang guru.

         Pada akhirnya, guru menulis diharapkan memiliki cara  pandang yang lebih luas, open mind, dan menjadi pribadi guru yang bijak. Mari katarsis dengan guru menulis! (*)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img