MALANG POSCO MEDIA- Tahapan pemilihan rektor (pilrek) Universitas Brawijaya (UB) dimulai. Mahasiswa pun bersuara. Di antaranya berharap ganti rektor. (baca grafis di Koran Malang Posco Media)
Pilrek UB digelar menyusul masa jabatan Prof Dr Ir Nuhfil Hanani AR MS sebagai rektor berakhir Juni 2022 mendatang. Kinerjanya selama memimpin UB pun mulai dievaluasi. Bahkan mulai muncul suara ganti Prof Dr Ir Nuhfil Hanani AR MS. Alasannya karena kinerjanya kurang maksimal. Misalnya masih adanya kesenjangan fakultas.
Suara seorang mahasiswa semester empat dari Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) mengeluhkan masih ada kesenjangan. Misalnya ada beberapa fakultas yang gedungnya kurang bagus.
Selain itu rasio antara dosen dan mahasiswa tak berimbang. Ia tidak melarang UB menjaring banyak mahasiswa. Tetapi hanya mengurangi dan menyesuaikan dengan kapasitas universitas.
Masalah-masalah kecil pun masin bermunculan. Misalnya keterlambatan pembagian almamater. Padahal ini urusan sepele yang harusnya tak terjadi.
“Harusnya rektor dan jajarannya bisa lebih terbuka kepada mahasiswa. Menurut saya rektor juga harus memiliki komunikasi yang bagus kepada mahasiswa. Termasuk jika ada peraturan yang perlu diganti,” terang mahasiswa yang menolak menyebutkan namanya itu.
Ia mengakui ganti rektor belum tentu membawa kemajuan. Tapi ada kemungkinan membuat UB lebih baik.
Sementara itu, pendapat datang dari mahasiswa lainnya yang mengkritisi kebijkaan perkuliahan secara mendadak.
Nia mahasiswi salah satu fakultas mengungkapkan keheranannya
saat pembagian almamater kampus. “Kami baru dapat almamater di semester tiga, sedangkan di fakultas lain sudah banyak yang dapat. Bahkan sejak semester satu. Lalu, saat dibagikan ke kita, kualitasnya menurut saya agak lebih tipis,” keluhnya.
Sementara itu UB sudah meluncurkan tahapan pilrek periode 2022 – 2027. Diawali melalui proses penjaringan di Senat Akademik Universitas (SAU). Setelah itu dilanjutkan pemilihan oleh
Majelis Wali Amanat (MWA).
Ketua Senat UB Prof Dr Ir Arifin MS berharap MWA memilih rektor yang dapat membangun peradaban dengan keteladanan yang mencerahkan. Itu sesuai moto pemilihan rektor yakni ‘membangun peradaban dengan keteladanan’.
“Dengan proses yang transformatif ini saya harap bisa mewujudkan peradaban baru yang mencerahkan,” katanya.
Untuk diketahui seleksi bakal calon rektor dilaksanakan 29 Maret sampai 12 April. Kemudian pemilihan calon rektor oleh Senat Akademik Universitas pada 13 April sampai 21 April 2022. Dilanjut pengusulan calon rektor UB ke MWA pada 21 Mei 2022. Terakhir, pelantikan rektor UB dijadwalkan 26 Juni 2022.
Mekanisme pemilihan rektor akan melalui dua tahap. Yaitu pemilihan yang dilaksanakan SAU dan MWA. Selain itu suara Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nadiem Makarim juga jadi penentu.
Pihak UB memberikan kesempatan yang luas kepada masyarakat yang ingin mencalonkan diri sebagai calon rektor. Pengumuman pendaftaran telah disebar ke seluruh perguruan tinggi baik negeri atau swasta di Indonesia.
“Semakin banyak calon rektor, maka akan menggambarkan demokrasi yang solid dan menunjang masa depan yang cerah,” kata Arifin.
Sementara itu terkait kritikan mahasiswa, Kepala Bagian Kehumasan UB, Kotok Gurito SE mengatakan sejatinya pihaknya tidak mempunyai kewenangan. “Kehumasan tidak mempunyai kewenangan terkait kritikan itu karena berhubungan dengan pendapat mahasiswa itu sendiri. Maka yang berhak itu pimpinan fakultas masing-masing,” pungkasnya. (mda/van)