MALANG POSCO MEDIA- Menjalankan tiga tugas sekaligus harus pandai mengatur waktu. Itu yang dialami dr Eriko Prawestiningtyas Sp.F. Ia dokter ahli forensik di Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang, dosen sekaligus menjabat Wakil Dekan III Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB). Namun di balik kesibukannya itu, dia memiliki banyak pengalaman sekaligus melewati tantangan.
“Kalau padat pasti iya. Tapi tugas dosen tidak boleh dilupakan. Harus bertanggung jawab dan menjalankan tugas sebagaimana mestinya,” kata perempuan berusia 44 tahun ini.
Sejauh ini, Eriko mampu mengatur waktu hingga bertahan untuk menjalankan kewajiban-kewajibannya. “Sering bentrok jadwal, bahkan sampai sekarang. Misalnya hari Senin waktunya berjaga, tapi saya juga harus mengajar,” lanjut kelahiran Surabaya ini.
Saat menjabat sebagai Wakil Dekan III FKUB, Eriko sempat kaget. Namun harus tetap professional dan bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.
Ia tidak memungkiri bahwa jabatan yang ia dapat saat ini sangat mendukung visi misi untuk menjadi contoh teladan bagi semua orang. Sebab tugasnya sebagai Wakil Dekan III FKUB harus mengurusi mahasiswa.
Di kala memperingati Hari Kartini, Eriko mengatakan Kartini masa kini berkembang jauh lebih baik. Artinya perempuan dapat melakukan aktivitas apa saja dengan kemampuan yang luar biasa.
Menurutnya, seorang perempuan tidak hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga, tetapi juga berperan untuk kehidupan masyarakat. Seperti pemerintahan, organisasi, lingkungan dan lain sebagainya.
“Meskipun semua punya porsi yang berbeda sesuai kemampuan. Saat ini banyak pemimpin yang juga seorang perempuan. Tidak berbeda dengan kaum pria. Mereka bisa mengelola dan mengatur kepemimpinan dengan baik,” ungkapnya.
Soal peran perempuan menurut dia, kehebatan sebuah bangsa diawali dengan kehebatan seorang perempuan atau ibu. Terutama di bidang pendidikan dan sumber daya manusia. Sebab perempuan menjadi pendidik pertama bagi anak mereka.
“Tidak ada ibu yang mengajarkan anak tentang kejelekan. Dari ibu akan tercipta generasi emas yang dibutuhkan oleh negara,” sambung alumnus FKUB ini.
Sebagai perempuan, menurutnya tidak ada yang perlu ditakutkan di era globalisasi. Karena hanya perlu menyesuaikan perubahan saja. Di samping itu, perempuan juga harus tetap belajar.
“Namanya juga terjadi perubahan. Dengan kondisi pandemi sekarang memang kita dituntut untuk menyesuaikan lingkungan,” ucapnya.
Sebagai dokter forensik, Eriko memiliki sejumlah pengalaman menarik. Salah satu yang tak terlupakan yakni bertugas mengidentifikasi korban jatuhnya pesawat Air Asia, 28 desember 2014 lalu. Sebagai ahli forensik, ia menjalankan tugasnya dengan sungguh-sungguh.
Menurut Eriko, forensik tidak melulu tentang otopsi. Bisa juga tentang pemeriksaan korban yang masih hidup.
Namun, ia merasa senang karena dengan begitu dapat membantu tugas kemanusiaan sekaligus penegakan hukum. Seperti membantu polisi memecahkan kasus yang belum terungkap.
“Otopsi itu bagaikan puzzle. Jadi ketika kita sudah menemukan pecahan puzzle itu sangat menyenangkan,” kata dia.
Sebagai Wakil Dekan III sejak 2019 lalu, ia merasa senang karena berurusan dengan mahasiswa. Menurut dia, mahasiswa memiliki semangat yang tinggi untuk belajar. Semangat itu bikin Eriko bersemangat dalam menjalani kehidupan. (mda/van)