MALANG POSCO MEDIA – Setelah dua tahun menahan diri tidak tidak mudik, tahun ini para pemudik menggelombang menciptakan kemacetan yang bisa disebut sebagai horor. Terjebak kamacetan dan tidak bisa bergerak sama sekali sampai hampir semalam suntuk menjadi bagian tidak terpisahkan dari mudik tahun ini. Antrean yang mengular puluhan kilometer di pintu tol dan pintu pelabuhan menjadi pemandangan yang mencengangkan.
Tahun ini diperkirakan tidak kurang dari 45 juta orang melakukan perjalanan mudik meninggalkan kota-kota besar menuju daerah masing-masing. Fenomena ini hanya terjadi di Indonesia. Tidak ada satu pun negara di dunia yang punya tradisi mudik masal dan masif seperti di Indonedia. Media-media asing menyebut fenomena mudik sebagai migrasi manusia terbesar di dunia.
Amerika punya tradisi Thanksgiving Day yang diperingati setiap Kamis terakhir bulan November. Jutaan orang pulang kampung ke daerahnya masing-masing untuk berkumpul dengan keluarga dan menyantap masakan ayam kalkun yang khas. Kepadatan terjadi di jalan-jalan utama menuju luar kota dan antrean panjang terjadi di pintu keluar jalan tol.
Mudik ala Amerika tidak banyak beda dengan mudik ala Indonesia. Setelah setahun penuh bergelut dengan kehidupan kota yang keras dan kompetitif ada kerinduan untuk kembali ke kampung halaman.
Kerinduan akan suasana kampung halaman ini mengalahkan semua jerih payah yang harus dihadapi selama di perjalanan. Pemerintah sudah mengimbau agar pemudik tidak memakai kendaraan roda dua untuk perjalanan jauh. Tapi, jutaan orang mengendarai sepeda motor menempuh ratusan kilometer untuk mencapai kampung halaman. Kerinduan akan kampung halaman mengalahkan semua bayangan horor yang mungkin terjadi.
Bentang jalan raya nasional tidak mampu lagi menampung gairah pemudik dengan segala macam moda transpoprtasi yang dipakai. Jalan tol yang seharusnya bebas hambatan menjadi jalan untuk menguji kesabaran karena macet. Jalan tol yang biasanya satu arah harus rela dibagi menjadi dua arah. Jalan tol yang setiap hari bebas dilalui kendaraan harus dibagi untuk kendaraan dengan nomor ganjil dan genap.
Berbagai rekayasa pengaturan jalan raya dilakukan, tetapi tetap tidak bisa menyelesaikan persoalan. Kemacetan tetap mengular dimana-mana. Traffic management tercanggih di dunia pun tidak akan bisa menyelesaikan persoalan macet selama mudik.
Mudik dan macet menjadi bagian yang tidak terpisahkan. Mudik tidak asyik tanpa macet. Karena itu sejak awal harus disiapkan mental supaya bisa menikmati kemacetan sebagai bagian dari kebahagiaan saat mudik. Dengan sikap sumeleh dan menerima keadaan, emosi akan bisa ditekan dan kemacetan akan bisa dinikmati sebagai bagian dari ritual mudik.
Tapi, tentu tidak semua orang bisa menerima kenyataan itu. Beberapa insiden terjadi di tengah kemacetan. Seorang lelaki tidak sabar karena ada pengaturan arus yang memaksanya harus berputar arah. Laki-laki pengendara mobil mewah itu meletup emosinya dan memaki-maki petugas polisi yang sudah berhari-hari berkeringat mengatur lalu lintas.
Laki-laki dalam Alphard itu tertangkap kamera ketika sedang marah dan memaki-maki. Seorang netizen merekam kemarahannya dan mengunggahnya di media sosial lalu menjadi viral. Laki-laki dalam Alphard itu malu sendiri dan akhirnya meminta maaf.
Di sebuah pintu tol di Jawa Barat ribuan orang terkunci tidak bisa bergerak hampir semalaman. Ibu-ibu gelisah, bapak-bapak meradang, dan bayi-bayi menangis. Arus ke arah Jakarta ditutup sementara karena tingginya jumlah kendaraan. Pada sisi jalan yang lain arus menuju Bandung dibuka dan berjalan lancar. Beberapa orang yang marah mulai keluar dari kendaraan. Ratusan orang memprotes polisi yang kemudian memilih menghindar karena melihat emosi massa yang mulai meluap.
Ratusan massa marah karena melihat ketidakadilan karena jalur lain dibiarkan terbuka. Akhirnya ratusan orang melakukan street justice dengan menutup jalur lain. Dua jalur itu pun sama-sama macet dan atrean pun mengular dalam waktu singkat. Setelah petugas datang dan negosiasi dilakukan akhirnya jalur bisa kembali dibuka. Para pemudik yang marah menyadari bahwa dengan menuruti emosi tidak mungkin persoalan kemacetan bisa diselesaikan.
Moda transportasi umum sudah dipersiapkan dengan saksama. Tetapi, tidak semua pemudik memilih moda transportasi umum. PT KAI yang mengelola kereta api nasional sudah bersiap sejak awal untuk mengantisipasi membeludaknya penumpang. Sejak sepuluh tahun terakhir setelah Ignatius Jonan melakukan revolusi pengelolaan kereta api Indonesia, moda transportasi kereta besi itu menjadi alternatif yang menyenangkan.
Angkutan udara tentu menjadi pilihan yang lebih praktis dan cepat meskipun biaya lebih tinggi. Tetapi, di tengah arus penumpang yang sangat tinggi beberapa maskapai kedodoran dalam melayani penumpang. Jadwal yang padat dan demand yang tinggi membuat banyak penumpang yang kecewa.
Jadwal diubah dan diundur beberapa jam. Ada juga maskapai yang menerapkan manajemen ala angkot, mengubah rute direct menjadi rute transit tanpa memberi tahu penumpang terlebih dahulu. Akibatnya keributan terjadi di atas pesawat antara penumpang dan kru.
Itulah cerita mudik yang hanya ada di Indonesia. Tidak ada cerita seheboh itu di mana pun di seluruh dunia. Mudik adalah fenomena khas Indonesia. Kemacetan parah akan tetap terjadi sampai kapan pun setiap kali terjadi ritual mudik. Horor karena kemacetan harus diterima sebagai bagian tak terpisahkan dari ritual tahunan mudik. (*)