Produktivitas Pengurus dan Anggota Forum Guru Menulis Malang Posco Media
MALANG POSCO MEDIA, KOTA BATU- Pandemi Covid-19 membawa sisi negatif dan positif dalam segala hal. Mereka yang tidak bisa memanfaatkan waktu luang akibat pemberlakukan pembatasan sosial akan semakin terpuruk. Tapi sebalik bagi mereka yang tak ingin semakin terpuruk mampu memanfaatkan waktu luang untuk berkarya.
Kesempatan positif tersebut mampu dimanfaatkan oleh puluhan guru dari berbagai daerah untuk menelurkan satu buku antologi berjudul ‘Perjalanan Hati’ di tengah pandemi. Tentunya mereka berangkat dari kesadaran yang sama bagaimana seharusnya seorang guru bisa menelurkan karya di tengah pandemi yang menuntut mereka untuk terus berinovasi dan berkarya.
Penanggung jawab buku antologi ‘Perjalanan Hati’, Pipit Asriningpuri menceritakan bahwa karya tersebut bermula dari berkumpulnya orang-orang (guru.red) dalam grup pelatihan menulis buku antologi.
“Awal mula membuat antologi ‘Perjalanan Hati’ karena berkumpulnya orang-orang dalam grup pelatihan menulis buku antologi. Serta ada sembilan penulis merupakan pengurus dan anggota Forum Guru Menulis yang diinisiasi oleh Malang Posco Media yang juga produktif membuat antologi,” ujar Pipit kepada Malang Posco Media, Selasa (10/5) kemarin.
Dari latar belakang itulah, maka mereka harus melahirkan buku antologi. Apalagi saat itu tahun 2021 dalam keadaan pandemi. Sehingga harus dimanfaatkan dengan baik oleh para guru yang lebih banyak mengajar secara daring.
“Setelah satu suara. Selanjutnya kami merencanakan tema. Saat itu tema yang diajukan waktu adalah bertahan di atas 2 kaki karena kondisi masih pandemi. Namun setelah perdebatan panjang akhirnya dipilih ‘Perjalanan Hati’ karena selama bertahan pada 2 kaki, pasti banyak hati yang bergejolak dalam menghadapi pandemi,” bebernya.
Pengambilan judul tersebut juga dikarenakan karya yang terkumpul 3 genre, yaitu fiksi, non fiksi dan puisi. Mengingat kebanyakan buku antologi hanya terdiri dari 1 genre saja.
Lebih dalam lagi, Pipit menceritakan alasan mengapa puluhan guru dari berbagai daerah itu menyusun buku menjadi penting bagi guru. “Alasan kami mengerjakan antologi ini karena guru memiliki pengalaman yang dinamis dalam kehidupan mengajar. Sehingga memiliki banyak cerita yang bisa ditulis. Selain itu tuntutan menulis bagi guru menjadi penting karena menguatkan literasi saat ini menjadi penting,” terangnya.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan jika penulis buku antologi ada 25 orang yang terdiri dari 24 guru dan 1 mahasiswa dengan total 65 karya atau judul. Mereka mayoritas berasal dari Kota Batu dan beberapa dari Riau hingga Jakarta.
Pipit sendiri contohnya menulis tentang kegelisahan guru dalam menghadapi pembelajaran daring selama pandemi. Dimana pembelajaran daring berdampak pada siswa yang mogok sekolah dan harus harus terpaksa dikunjungi di rumah.
“Di tengah larangan pemerintah untuk harus tetap mengajar dari rumah itu saya tetap harus berkunjung ke rumah siswa menentang larangan PPKM. Ini menjadi dilema bagi saya namun harus tetap ada pilihan agar siswa belajar dengan maksimal,” imbuhnya.
Sementara untuk penggarapan sendiri, lanjut Guru BK SMPN 04 Kota Batu ini dilaksanakan kurang lebih 1 bulan untuk masing-masing orang mengerjakan naskah. Kemudian editing sampai terbit ISBN membutuhkan waktu 2 bulan. (eri)