MALANG POSCO MEDIA, MALANG- Sebuah karya seni rupa eksperimental sepanjang kurang lebih 5 meter dipamerkan dalam Pameran Drawing Collaboration Supersub Community. Karya unik ini merupakan hasil kolaborasi perupa dari tiga kota berbeda yakni Tulungagung, Kota Batu dan Kota Malang.
Pameran unik yang sudah berlangsung sejak Sabtu (14/5) hingga Selasa (17/5) hari ini menampilkan karya dari 14 perupa pilihan. Mereka tak hanya perupa senior namun perupa muda juga diberikan porsi kesempatan yang sama untuk unjuk bakat.
Nama-nama perupa yang memamerkan karyanya diantaranya Yoyok Sahaja, Tamtama Anoraga, Suryanto, David Sugiarto. Lalu yang dari Malang pun ada seperti Aqib Tsaqib, Afif Rizky, M Umar David Effendi hingga Seno Wahyu.
Penulis pengantar sekaligus salah satu perupa yang ikut mengonsep, Agus Mulyono menerangkan, gelaran kali ini dalam rangka memperingati Hari Menggambar Nasional yang jatuh pada tanggal 14 Mei.
“Termasuk menyambut kegiatan pameran serentak di beberapa kota di Indonesia yang digagas oleh FDI (Forum Drawing Indonesia) yang berpusat di Yogyakarta,” jelas Agus kepada Malang Posco Media saat ditemui kemarin.
Ia mengaku, meski persiapannya cukup singkat para perupa mampu memberikan karya terbaiknya. Karya mereka dituangkan dalam media kertas panjang berukuran 4-5 meter yang menggantung dari atap.
Konsep itu diambil agar mampu menarik pemirsa dari kalangan muda hingga tua. Karya-karya tersebut berkonsep hitam putih dan menyajikan gambar yang tak terbatas pada teknik tertentu.
“Kami tidak memberi batasan, hanya berkonsep hitam putih. Untuk teknik dan kolaborasi merata bisa dua sampai tiga orang satu lembar,” jelasnya.
Dalam paneran, karya perupa disajikan gabungan dari beragam teknik dan tema. Seperti tema horor, budaya, kekanak-kanakan dan alam liar.
Kolaborasi itu dipadukan dari perupa yang berasal dari beragam pula latar belakang profesi seperti ilustrator, pelukis murni, hingga seniman di bidang lain.
“Dari sini bukan ingin berhenti hanya sebagai sebuah seremonial belaka. Pameran ini justru didesain sebagai penanda awal atau semacam pintu pembuka bagi wacana terkait konsep gerakan berkesenian yang masif, juga model pameran yang berkelanjutan (sustainable),” pungkas Agus. (ica/aim)