.
Saturday, December 14, 2024

Spesialis Buka Tempat Baru Paralayang; Tak Pungut Biaya, Bantu Desa Dongkrak Pendapatan

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Malang Posco Media – Dua sahabat ini dikenal sebagai pembuka tempat paralayang. Yakni Haris Effendi dan Syamsul Hadi. Tercatat 11 tempat baru paralayang yang telah dibuka. Lokasinya di berbagai provinsi, yakni Jatim, NTB, NTT dan Kalimantan Barat.

Haris Effendi dan Syamsul Hadi memang spesialis buka tempat paralayang. Sejak tahun 2013 lalu hingga sekarang tercatat 11 tempat paralayang yang dibuka. Lokasinya di berbagai daerah di Indonesia.

Awalnya di Sumbawa NTB  pada tahun 2013. Kemudian di Malang Selatan, Sumenep, Sumbawa Barat dan Sumbawa Besar serta  Bima di  NTB. Selain itu Alor dan Lembata di NTT,  Pacitan dan Singkawang di Kalimantan Barat. Selanjutnya di Situbondo.

Membuka tempat paralayang baru tidak mudah. Haris dan Syamsul menghadapi banyak tantangan. Juga cerita menarik yang bisa diambil dan manjadi inspirasi.

“Membuka tempat paralayang baru karena belum banyak kota dan kabupaten memiliki tempat paralayang. Selain itu kami ingin mengembangkan olah raga paralayang bisa diakses anak atau orang yang benar-benar memiliki minat dan niat,” jelas Haris. 

Staf honorer di Dinas Pariwisata Kota Batu ini memiliki sejumlah tahapan. Pertama menemui kepala desa. Lalu memaparkan manfaat yang didapat dengan dibukanya tempat paralayang baru bagi masyarakat lokal. Selanjutnya bersama kepala desa dikomunikasikan dengan dinas terkait.

Namun sebaliknya yang tersulit menghadapi masyarakat. Karena harus memberi edukasi berkali-kali agar tujuan membuka lokasi paralayang dipahami.

Misalnya dengan adanya tempat paralayang maka perekonomian 

masyarakat bisa terangkat. Selain itu daerah  bisa berkembang melalui sektor pariwisata.

“Generasi muda di daerah-daerah bisa menjadi atlet. Serta mereka bisa membawa rejeki untuk desanya dengan atraksi wisata yang di lakukan di desa tersebut,” papar warga Junrejo Kota Batu ini.

Menurut Haris paralayang memang menjadi pemicu pertumbuhan sektor wisata. Banyak tempat yang ia buka bersama rekannya Syamsul Hadi berkembang menjadi tempat wisata.

“Secara tidak langsung menjadi lapangan kerja baru bagi warga lokal,” terang pria kelahiran Banyuwangi, 8 April 1982 itu.

Berbagai informasi manfaat paralayang menurutnya harus disampaikan kepada masyarakat. Ia bersama rekannya meminta agar tempat dan wisata paralayang yang dirintisnya dikelolah pemerintah desa.

“Jangan sampai diserahkan atau dijual ke orang luar atau investor. Tapi tetap boleh dikerjasamakan dengan investor dalam jangka waktu dan ketentuan warga lokal 70 persen harus bekerja di tempat tersebut. Ini agar potensi dan tempat wisata paralayang tetap menjadi miliki pemdes dan warga secara turun-menurun,” urainya.

Ia mencontohkan salah satu tempat paralayang yang dibukanya bersama Syamsul Hadi. Yakni di Pacitan. Pendapatan asli desa tinggi. Yakni Rp 600 juta per bulan.

Sedangkan pemda memiliki keuntungan lain. Seperti menggelar berbagai event secara rutin juga jadi tempat menjaring atlet paralayang berprestasi.

“Generasi muda yang bekerja serabutan bisa jadi penerbang. Bahkan ada yang telah ikut lomba paralayang tingkat nasional. Ini menunjukkan olah raga paralayang bisa diakses berbagai kalangan,” ungkap Haris.
Untuk diketahui selama membuka tempat olah raga paralayang, Haris Effendy bersama Syamsul Hadi tidak memungut biaya. Alasannya mereka menjalankan misi sosial.

“Kami lakukan itu karena memang misi sosial agar lahir lebih banyak lagi atlet paralayang di berbagai daerah. Akses menjadi atlet paralayang agar tidak mahal dan membuka lapangan pekerjaan serta perekonomian lokal berjalan dari sektor wisata,” urainya.

Selain itu, mereka tidak akan sembarang membuka tempat paralayang baru. Jadi harus melakukan survei  bersama warga dan pemerintah terkait untuk memastikan akses dan keamanan tempat paralayang di suatu wilayah layak atau tidak. (kerisdianto/van)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img