MALANG POSCO MEDIA, MALANG-Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Dr. Ir. Siti Nurbaya Bakar, M.Sc dikukuhkan menjadi Profesor Kehormatan dalam bidang Ilmu Manajemen Sumber Daya Alam oleh Universitas Brawijaya (UB), Sabtu (25/6). Ia menjadi profesor ke-30 di Fakultas Pertanian dan profesor aktif ke-167 di UB.
Siti Nurbaya Bakar juga menjadi Profesor kehormatan pertama yang dimiliki Fakultas Pertanian UB. Dirinya diangkat melalui senat akademik. Dalam orasi ilmiahnya, Menteri LHK menyampaikan tentang kebaharuan (novelty) tentang Indonesia’s Forest and Other Land Use (FOLU) Net Sink 2030.
Yang mana dengan memberikan target pembangunan yang fokus. Serta untuk pertama kalinya dalam sejarah pembangunan sektor kehutanan, seluruh program kegiatan memiliki indikator dan satuan volume ukur yang sama, yaitu CO2e.
Target kinerja sebelumnya menggunakan berbagai satuan, seperti hektar, m3, ton, dan rupiah. Indonesia’s FOLU Net Sink 2030 juga mendorong kinerja sektor kehutanan menuju target pembangunan yang sama, yaitu tercapainya tingkat emisi GRK sebesar -140 juta ton CO2e pada tahun 2030.
“Indonesia’s FOLU Net Sink 2030 mendorong kinerja sektor kehutanan menuju target pembangunan yang sama, yaitu tercapainya tingkat emisi GRK sebesar -140 juta ton CO2e pada tahun 2030,” katanya.
Indonesia’s FOLU Net Sink 2030 merupakan agenda yang dibangun dengan basis spasial, untuk penentuan lokus aksi mitigasi penurunan emisi GRK sektor kehutanan dan lahan.
Penggunaan informasi spasial sangat diperlukan agar aksi mitigasi dapat dilaksanakan dengan efektif dan berkontribusi secara signifikan pada penurunan emisi GRK, terutama di wilayah-wilayah lokus prioritas.
“FOLU Net Sink telah dimandatkan melalui Peraturan Presiden Nomor 98 tahun 2021, untuk mencapai kondisi net sink sektor kehutanan dan lahan di tahun 2030,” ujarnya.
Sektor FOLU memiliki peranan yang penting, terutama untuk mengimbangi emisi dari sektor yang sulit, menurunkan emisinya, khususnya sektor energi sehingga kemampuan untuk mempertahankan tren net sink setelah 2030.
“Pengurangan emisi sektor FOLU akan sangat bergantung pada upaya seperti pengurangan emisi dari deforestasi, pengurangan emisi lahan gambut, peningkatan kapasitas hutan alam, dan berbagai upaya lainnya,” bebernya.
Semua langkah aksi Indonesia’s FOLU Net Sink 2030 telah dirancang secara rinci dan terintegrasi, agar dapat memberikan manfaat ganda berupa pengurangan terukur laju emisi, perbaikan dan peningkatan tutupan kanopi hutan dan lahan, perbaikan berbagai fungsi utama hutan seperti tata air.
Termasuk iklim mikro, ekosistem, konservasi keanekaragaman hayati, sekaligus sebagai sumbangan bagi kesejahteraan, kesetaraan dan kesehatan masyarakat serta tegaknya hukum, yang kemudian ditentukan prioritas lokusnya.
“Aksi mitigasi yang akan dilaksanakan merupakan peningkatan dalam semangat dan konseptualisasi atau sebagai improvement dan sistematisasi dari kegiatan ‘business as usual’ yang telah berlangsung pada sektor kehutanan,” jelasnya.
Indonesia’s FOLU Net Sink 2030 juga merupakan aksi mitigasi yang menunjukkan ambisi aksi iklim dalam pelaksanaan target kinerja melalui pendekatan yang lebih terstruktur dan sistematis.
“Sehingga Indonesia dapat memberikan contoh kejujuran bahwa komitmen bukan hanya sekedar janji pledge, akan tetapi betul-betul bekerja dalam delivered commitment,” imbuhnya.(tyo)