.
Sunday, December 15, 2024

Diekskavasi, Dwarapala Simpan Teka-teki Kejanggalan Posisi

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA, MALANG-Dua arca atau patung purbakala raksasa di Singosari yakni Arca Dwarapala masih menyimpan teka-teki peninggalan sejarah. Sejak Senin (27/6) lalu, petugas dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur melakukan ekskavasi untuk mengungkap sejumlah kejanggalan.

Proses ekskavasi masih tahap arah hadap yang sebenarnya dari dua arca penjaga tersebut. Hasil penelitian itu akan berpengaruh terhadap narasi yang akan dibuat terkait penafsiran yang baru. Tim BPCB Jawa Timur melakukan ekskavasi selama 10 hari guna mencari tahu arah hadap kedua arca tersebut.

Dua Dwarapala itu berbahan batu setinggi 3,7 meter, tebal 1,9 meter, dan lebar 2,2 meter. Dwarapala di sisi utara menghadap ke timur, sedangkan Dwarapala di sisi selatan menghadap ke utara. Jarak di antara keduanya sekitar 30 meter dan dipisahkan Jalan Kertanegara Barat, sekitar 230 meter di sisi barat Candi Singosari.

“Yang ingin diungkap dulu adalah menghadapnya arca yang terbilang aneh. Karena sesuai ajaran Hindu dan Budha harusnya sejajar atau berhadapan. Diperkirakan ada pergeseran,” jelas Andi Muhammad Said Pamong Budaya Ahlimadya BPCB Jawa Timur, Rabu (29/6).

Selain keanehan posisi, kata pria yang disapa Said itu, ada perbedaan signifikan dalam hal bentuk duduk. Hingga hari keempat dilakukan eksplorasi di bagian bawah arca. Dari penggalian yang dilakukan didapati temuan struktur batuan pondasi yang cukup kompleks. Letaknya di dua sisi berbeda dua arca tersebut.

“Struktur batuannya dari pondasi gapura, yang masih di cari tahu dua Dwarapala ini menjaga bagian apa. Apakah kedaton atau menjaga candi Singosari,” jelasnya.

Ada anomali, kata Said, dalam hal ekskavasi tidak hanya mencari temuan. Tetapi juga membuktikan data sejarah termasuk jika tidak ditemukan apapun. Dengan ekskavasi yang dilakukan itu, dia berharap bisa menjadi rekomendasi untuk tindakan selanjutnya. Tindakan yang dimaksud terkait dugaan-dugaan yang boleh jadi mengarah kepada arah hadap yang asli dari sepasang Arca Dwarapala tersebut.

”Karena ini akan berpengaruh besar terhadap narasi yang akan dibuat terkait dengan penafsiran yang baru,” terangnya.

Dia menyebut bila sampai saat ini ada dua penafsiran terkait Arca Dwarapala di sana. Pertama, penafsiran yang menghubungkan Arca Dwarapala dengan kompleks Candi Singosari di sebelah utara.

”Karena menurut buku The Antiquities of Singhasari dari Jessy Bloom dikatakan bahwa dulu di wilayah Candirenggo dan sekitarnya terdapat tujuh candi, yang sekarang tinggal satu,” kata dia.

Tafsiran kedua, menunjukkan bahwa Arca Dwarapala tidak mengiringi candi. Melainkan sesuatu lain di sebelah barat yang belum diketahui secara pasti. Berdasarkan laporan masyarakat, di sebelah barat tersebut juga banyak ditemukan unsur bata di sekitar Sumber Air Ken Dedes dan mata air di Kampung Kadipaten.

”Selain itu, ada beberapa sarjana yang menduga bahwa sepasang Dwarapala itu mengarah kepada bangunan suci atau keraton. Tapi itu masih memerlukan pembuktian,” katanya.

Said menyebut bila pengangkatan arca pada tahun 1982 dilakukan di sisi selatan karena terpendam setengah badan. Dia juga menyebut bila ekskavasi itu ditujukan untuk mendapat data baru terkait arca di sana. Adanya keberadaan jalan juga menjadi kendala, sehingga sulit bagi BPCB untuk menggali bagian tengah dan hanya bisa melihat bagian ujungnya saja.

”Jadi, kelihatannya ada dua gapura di utara dan selatan. Nah, itu yang kita gali. Sekarang sudah ketemu fondasinya yang di selatan. Sementara di utara ada juga tapi strukturnya hancur,” terangnya. Rencananya ekskavasi akan dilakukan hingga kedalaman satu meter. Hal tersebut dilakukan untuk melihat bagian pedestal dan permukaan tanah pada era Tumapel yang kini sudah tertimbun.

”Saat ini kami belum bisa memastikan apa Arca Dwarapala itu apakah satu paket dengan Candi Singasari, tapi arca ini ada pada era Tumapel dengan Singasari sebagai ibu kota,” tuturnya. Andi menyebut bila ekskavasi tersebut bisa saja ada proses lanjutannya. Sebab, ada banyak data yang perlu dicari.

Dikatakannya, ekskavasi membutuhkan dukungan dari Pemerintah Daerah setempat. Hal ini kerap menjadi persoalan terutama lahan. Seperti yang terjadi di sejumlah candi yang mengambil tanah warga hingga kebun atau permukiman.

“Pemda yang berperan besar, kami dalam melakukan ekskavasi memerlukan izin pemerintah. Jika tidak, maka pengungkapannya sulit dilakukan. Jadi dinas terkait harus membantu memberikan kejelasan apakah ada pembebasan dan sebagainya, sehingga kami bisa leluasa,” tutupnya. (tyo/ggs)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img