spot_img
Saturday, October 19, 2024
spot_img

Latah Aplikasi

Berita Lainnya

Berita Terbaru

          Maaf, sebelum membaca tulisan ini mohon anda mengunduh dulu aplikasi MyTulisan. Begitu kira-kira seperti guyonan yang banyak beredar di TikTok beberapa hari terakhir. Tiba-tiba untuk beli minyak goreng masyarakat harus pakai aplikasi PeduliLindungi.

          Untuk beli pertalite dan solar subsidi juga harus mengunduh aplikasi MyPertamina. Aplikasi digunakan untuk mengatur pembelian sejumlah kebutuhan pokok masyarakat. Urusan jadi ribet begitu komentar banyak orang.

- Advertisement -

          Muncul kritik dari sejumlah masyarakat terkait penggunaan beragam aplikasi ini. Kritik satire dilontarkan beberapa pengguna TikTok. Dalam guyonan di TikTok dikisahkan seseorang yang mau beli bensin eceran diminta download aplikasi MyPertaminaeceran.

          Ketika mau beli es kopi susu, diminta untuk mengunduh aplikasi MyEskopisusu dulu. Di saat mau beli mie goreng juga diminta download aplikasi MyGoreng dulu. Mau masuk sekolah perlu unduh MySekolah, saat mau beli sego pecel harus download aplikasi MySegopecel.

          Dalam versi yang lain, pengunggah konten TikTok juga menggambarkan kelak orang mau minum saja perlu men-download aplikasi MyMinum, ke toilet pakai aplikasi MyToilet, saat lapor polisi diminta mengunduh aplikasi MyPolisi, mau parkir harus menggunakan MyParkir, dan saat seseorang membutuhkan ambulance mereka perlu men-dowload MyAmbulance dulu agar dapat layanan. Kelak pada saatnya nanti, smartphone kita akan penuh dengan beragam aplikasi karena banyak urusan hanya dapat diselesaikan lewat aplikasi.

Mempermudah atau Mempersulit?

          Dalam kasus uji coba penggunaan aplikasi MyPertamina di sejumlah kota untuk membeli bahan bakar minyak (BBM) jenis pertalite dan solar subsidi tak jelas. Penerapan di lapangan muncul keruwetan tersendiri. Terkait bahaya mengaktifkan smartphone di pom bensin karena jelas-jelas ada peringatan di semua pengisian BBM tak boleh mengaktifkan gadget.

          Masalah juga terjadi karena gangguan sinyal, dan kondisi masyarakat yang masih gagap teknologi. Kenyataan inilah yang menjadikan penerapan penggunaan aplikasi menjadi ribet.

          Komunikasi pihak Pertamina tentang program penggunaan MyPertamina juga tak jelas. Ketidakjelasan program ini di masyarakat muncul opini yang beragam. Tak semua benar, apalagi komentar dari para warganet.

          Seperti diberitakan sejumlah media, PT Pertamina (Persero) bakal mewajibkan pengguna pertalite dan solar subsidi untuk melakukan pendaftaran di MyPertamina mulai 1 Juli 2022. Banyak yang beranggapan pembelian pertalite dan solar subsidi itu harus menggunakan aplikasi MyPertamina.

          Pertamina melakukan uji coba program ini di 11 wilayah di lima provinsi, yakni Jawa Barat, Sumatra Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, dan Yogyakarta. Menurut Pertamina maksud dan tujuan pendaftaran pembeli pertalite dan solar subsidi melalui website MyPertamina adalah kelak untuk menentukan siapa yang berhak menerima BBM jenis subsidi itu. Hal ini supaya penggunaan BBM tersebut bisa lebih tepat sasaran. Dengan mendaftar ke MyPertamina masyarakat pemilik kendaraan sudah terdata di aplikasi.

          Kasus yang sama terjadi dalam pengaturan pembelian minyak goreng curah yang mensyaratkan penggunaan aplikasi PeduliLindungi. Pembelian minyak goreng curah yang diperuntukkan bagi masyarakat ini dinilai membuat ribet karena banyak masyarakat kelas bawah yang tak punya akses pada teknologi penggunaan aplikasi. Masyarakat juga enggan menggunakan Nomor Induk Kependudukan (NIK) untuk keperluan pembelian minyak goreng karena dikhawatirkan akan terjadi kebocoran data.

          Bagi masyarakat kelompok tertentu, menggunakan aplikasi memang bukan jadi barang baru. Kehidupan serba canggih saat ini membawa banyak urusan dimudahkan dengan aplikasi. Untuk membeli makanan dan minuman, membeli barang, dan mendapatkan beragam kebutuhan hidup banyak orang menggunakan aplikasi. Aplikasi seperti Shopee, Lazada, Tokopedia, Bukalapak, Blibli, dan ShopeeFood, menjadi aplikasi yang banyak digunakan masyarakat pemilik smartphone saat ini.

Beberapa kantor layanan publik juga mulai banyak yang menggunakan aplikasi dalam layanannya. Aplikasi HaloPolisi misalnya, merupakan aplikasi untuk layanan laporan tindak kejahatan. Beragam layanan di dunia pendidikan juga banyak yang memakai aplikasi dalam menunjang proses pembelajarannya.

Urusan kesehatan juga tak lepas dari bantuan aplikasi. Aplikasi Halodoc adalah contoh salah satu aplikasi layanan kesehatan dan pengobatan berbasis online. Masih banyak aplikasi lain yang laris manis di download banyak orang di Playstore.

Siapa Diuntungkan?

          Maraknya penggunaan aplikasi sebenarnya siapa yang diuntungkan? Kalau sebuah aplikasi bisa membuat urusan jadi lebih cepat dan ringkas maka masyarakat pengguna layananlah yang diuntungkan. Namun kalau dengan pemakaian aplikasi justru membuat layanan semakin ribet dan berbelit itu artinya penggunaan aplikasi tak efektif. Pemakaian aplikasi hanya akan menjadi beban bagi penggunannya.

          Di sisi yang lain, pemakaian aplikasi sejatinya punya unsur bisnis. Sebuah aplikasi akan didesain oleh kreator aplikasi dengan harapan dapat digunakan dan didownload banyak orang. Ketika semakin banyak yang menggunakan aplikasi tersebut itu artinya keuntungan finansial akan terus mengalir. Jadi, aplikasi itu sebenarnya bernilai sebagai aset yang mampu mendatangkan banyak keuntungan bagi pemilik aplikasi.

          Pemilik aplikasi juga punya banyak data-data penting milik penggunannya. Hal ini terjadi karena saat mengunduh aplikasi biasanya pengguna diminta mengisi form yang berisi sejumlah data penting. Data pengguna inilah yang bisa jadi akan dipakai oleh pemilik aplikasi untuk tujuan tertentu, termasuk untuk kepentingan bisnis. Jadi pemilik aplikasi bisa mengeruk data dari pengguna untuk memanen keuntungan dari pemakaian data-data pribadi penggunanya.

          Dalam beberapa kasus, data pengguna aplikasi juga sering bocor. Hal inilah yang menjadikan pemilik aplikasi menjadi sasaran kejahatan pihak tertentu. Maraknya beragam modus penipuan dan iklan-iklan yang masuk ke gadget pengguna bisa terjadi berawal dari bocornya data pribadi. Hal inilah yang menjadikan penggunaan aplikasi menjadi tak aman karena perlindungan data pribadi tak dijamin oleh pemilik aplikasi.

          Penggunaan aplikasi untuk sejumlah keperluan bisa bermakna meringankan urusan. Namun pada kenyataanya, pemakaian aplikasi justru membuat urusan jadi ribet. Bagi pembuat dan pemilik aplikasi, sebuah aplikasi adalah aset yang bisa medatangkan uang.

          Semakin banyak sebuah aplikasi diunduh itu artinya pundi-pundi rupiah akan terus mengalir kepada pemilik aplikasi. Belum lagi beragam iklan yang berseliweran saat sebuah aplikasi tertentu diaktifkan. Itu juga bernilai uang yang akan masuk ke pemilik aplikasi.

          Bagi masyarakat pengguna teknologi perlu berhati-hati dalam mengunduh sebuah aplikasi tertentu. Banyaknya aplikasi yang tersedia secara gratis di Playstore semakin memudahkan orang men-dowload aplikasi tersebut.

          Padahal dengan banyaknya aplikasi yang ada di dalam gadget kita itu artinya bahaya kejahatan mungkin terjadi dari penyalagunaan data pribadi kita. Mari bijak dan cermat saat akan mengunduh dan memasang sebuah aplikasi tertentu.(*)

- Advertisement -
spot_img
spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img