.
Friday, November 22, 2024

1.000 Bantengan, Kalap Massal

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA –  Peringatan 14 tahun Bantengan Nuswantara di Kota Batu, Minggu (7/8) kemarin jadi hiburan terbesar setelah pandemi Covid-19. 1.000 banteng beratarksi, kalap massal pun terjadi.

Warga dan wisatawan antusias menonton atraksi seni budaya itu. Mereka memadati tepi jalan yang dilewati karnaval banteng. Di antaranya di Jalan Panglima Sudirman. Atraksi pencak silat juga memukau penonton yang menyemut.

Karnaval 1.000 Banteng yang mengusung tema ‘Sambung Roso Sambung Tresno’ itu tidak hanya membuat penonton dari berbagai kalangan terhibur. Kegiatan ini jadi momen seniman tradisi  dari yang muda sampai tua dan para pendekar membaur jadi satu.

Perwakilan Dewan Kesenian Kota Batu (DKKB) Muhammad Anwar mengatakan DKKB hadir sebagai fasilitator dan manajemen Karnaval 1.000 Banteng. Selain itu dalam pelaksanaannya juga melibatkan banyak unsur lembaga masyarakat maupun komunitas.

“Tema kegiatan tahun ini Sambung Roso Sambung Tresno, artinya hajatan tersebut digelar oleh semua elemen masyarakat Batu yang peduli pada pemajuan kebudayaan, bersinergi dengan unsur pemerintahan, TNI dan Polri untuk masyarakat Nusantara,” jelas  Anwar kepada Malang Posco Media.

Ia menjelaskan kegiatan tersebut juga kerja bersama lintas komunitas Kota Batu dan Malang Raya. Kegiatannya berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.

Pertama karena kegiatan besar tingkat kota yang digelar pasca pandemi. Terakhir karnaval bantengan digelar tahun 2018.

“Kedua, dalam kegiatan ini diikuti 50 grup bantengan dari Malang Raya dan beberapa daerah lainnya. Dengan masing-masing grup terdiri dari 30 orang sehingga total 1.500 peserta,” bebernya.

Ketiga, selain seniman bantengan Malang Raya, pada kegiatan tersebut juga dihadiri penari dan musisi dari beberapa daerah. Bahkan luar negeri dengan menampilkan performance art. Peserta dari luar daerah di antaranya dari Mojokerto hingga Jombang.  Sedangkan dari luar negeri yakni Malaysia, Australia, Jepang dan Singapura.

“Kegiatan dimulai pukul 09.00 WIB, diawali doa bersama di titik nol Kota Batu yang ada di pojok depan masjid An Nur Jalan Gajah Mada. Selanjutnya peserta mulai berjalan di sepanjang Panglima Sudirman hingga area finis,” bebernya.

Saat finis di balai kota lama, dilakukan upacara kebangsaan dengan iringan musik etnik oleh Joel Tampeng (Sirkus Barock) dan Bambamboe Ngaglik. Yakni upacara kebangsaan di panggung suguh serta jalan raya, yang wajib diikuti tamu, penonton dan peserta.

Sementara itu, pendekar bantengan Kota Batu, Agus Tobron juga tampak dalam kegiatan ini. Tepat di depan panggung suguh, penggagas Bantengan Nuswantara ini berkali-kali melecutkan cemeti membuat bantengan yang hadir kalap massal.

Agus berharap kegiatan ini menjadi salah satu cara melestarikan budaya bangsa. Serta tradisi bantengan bisa eksis sampai kapan pun.

“Kami berharap pemerintah dan masyarakat melalui Karnaval 1.000 Banteng ini jadi tahu dan mau menghargai budaya dan melestarikan budaya bangsa, khususnya bantengan,” kata dia.

Tontonan paling menyedot perhatian yakni ketika kalap massal. Peserta bantengan kesurupan setelah kemenyan dibakar dengan arang dan diiringi tabuhan musik dan juga cambukan cemeti.

Bahkan mereka melakukan sesuatu yang tidak bisa dilakukan dalam keadaan biasa atau normal seperti memakan bunga, arang yang menyala sampai ada salah satu peserta. Paling ekstrem ada peserta yang kerasukan memakan ayam mentah. (eri/van)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img