MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Mahasiswa tidak hanya dituntut untuk memahami dan menghafal tetapi juga mampu menganalisis secara kritis. Faktor metode asesmen sangat penting untuk menciptakan kualitas lulusan yang siap menghadapi kehidupan nyata. Asesmen autentik dianggap sebagai metode asesmen yang paling efektif untuk mencapai hal ini.
Hal itu dijelaskanProf. Dr. Eddy Sutadji, M.Pd, Guru Besar Universitas Negeri Malang (UM). Dia mengatakan, pemilihan asesmen autentik atas asesmen tradisional didasarkan pada kelebihannya. Selain itu, ada beberapa perbedaan antara asesmen autentik dan tradisional. “Asesmen tradisional berorientasi pada produk, sedangkan asesmen autentik berorientasi pada proses,” katanya, Rabu (10/8) kemarin.
Artinya, kata Prof Eddy, asesmen tradisional digunakan untuk mengevaluasi pengetahuan dari mata pelajaran dengan membandingkannya dengan standar atau kemampuan mahasiswa lainnya. Asesmen autentik bertujuan untuk mengevaluasi kemahiran subjek dengan meminta mereka untuk melakukan tugas-tugas kehidupan nyata.
“Berdasarkan tujuan tersebut, asesmen autentik memiliki keunggulan yaitu memberikan gambaran yang benar tentang kondisi belajar mahasiswa, memberikan lebih banyak informasi tentang kekuatan, kelemahan, kebutuhan, dan preferensi mahasiswa yang dapat membantu dalam menyesuaikan instruksi menuju peningkatan kualitas pembelajaran,” terangnya.
Prof Eddy melanjutkan, asesmen autentik dianggap sebagai pendekatan yang lebih baik dan nyata dalam asesmen. Pendekatan ini mengaitkan pembelajaran dalam situasi dan konteks yang nyata dan cukup kompleks. Asesmen didasarkan pada praktik mahasiswa di dunia nyata yang tidak dapat dilakukan dengan pengujian tradisional.
Pengujian tradisional tidak dapat mengeksplorasi perubahan nyata dalam pengetahuan mahasiswa. Di sisi lain, pendekatan asesmen yang menekankan pada proses pembelajaran dan mendorong mahasiswa untuk melakukan aktivitas kognitif dan reflektif mengikuti konsep konstruktivis.
Sebaliknya, asesmen autentik mencerminkan teknik asesmen alternatif. Asesmen ini didasarkan pada tugas pembelajaran autentik dan bukan tes terpisah dan lebih berfokus pada proses, seperti halnya produk. Asesmen autentik membutuhkan penerapan keterampilan yang dibutuhkan di kelas dan pemanfaatannya untuk mendukung pembelajaran lebih lanjut. “Dalam asesmen ini, mahasiswa menunjukkan keterampilan mereka terhadap suatu sikap dalam konteks kehidupan nyata dan dinilai berdasarkan kinerja mendasar,” kata dia.
Asesmen autentik menunjukkan penerapan keterampilan dan asesmen mahasiswa yang spesifik dan lebih berfokus pada pemecahan masalah, pemahaman, pemikiran kritis, penalaran, dan metakognisi. “Oleh karena itu, mahasiswa diharapkan dapat menangani materi dan pemecahan masalah yang bermakna melalui asesmen autentik,” tuturnya. (imm)