Pulih Lebih Cepat, Butuh Inovasi
Dukungan Kebijakan Pemerintah
MALANG POSCO MEDIA – Pulih Lebih Cepat Bangkit Lebih Kuat. Tema yang sangat pas untuk HUT ke 77 Kemerdekaan RI tahun ini. Betapa tidak, ekonomi Indonesia yang diprediksi terancam koleb pun menunjukkan ‘kesaktiannya.’ Ekonomi Indonesia pelan tapi pasti tumbuh meski didera pandemic hampir dua tahun.
Salah satu sektor yang membuat ekonomi Indonesia, termasuk Malang Raya kuat adalah sektor UMKM. Maka, di ulang tahun Kemerdekaan RI ini, sektor ekonomi layak dinobatkan menjadi pahlawan ekonomi Indonesia. Karena dari ribuan bahkan jutaan UMKM yang ada, termasuk di Malang Raya, mampu bangkit dan terus tumbuh sehingga ekonomi bangkit dan cepat pulih kembali.
Pulih Lebih Cepat Bangkit Lebih Kuat menjadi semangat dan harapan tersendiri bagi para pelaku usaha. Betapa tidak, akibat pembatasan sosial selama pandemi, sektor bisnis banyak yang terdampak cukup serius hingga menanggung rugi yang besar. Khususnya pelaku usaha UMKM kuliner.
Ketua Pengusaha Kafe dan Restoran Indonesia (Apkrindo) Indra Setiyadi mengatakan, bagaimanapun kondisinya pelaku usaha tetap mempunyai semangat karena hal itu juga untuk keberlangsungan masing-masing karyawannya.
“Kalau pelaku usaha yang besar, mereka tidak sampai bangkrut, tapi ya rugi banyak juga. Kalau untuk pelaku usaha kecil, tentu banyak yang beralih atau kerja sambilan lain. Nah saat ini tampaknya memang sudah mulai pulih dan bangkit,” terang Indra kepada Malang Posco Media kemarin.
Saat ini para pelaku usaha, khususnya UMKM kuliner, pendapatannya mulai meningkat bervariatif. Hal itu dilihat dari banyaknya pengunjung di tiap lokasi seperti kedai, kafe hingga restoran. Juga bervariasi, ada yang meningkat sebanyak 30 persen, 50 persen, bahkan 100 persen.
Namun demikian, Indra menegaskan, pelaku usaha tidak bisa sendiri. Butuh dukungan dari pemerintah. Tanpa dukungan mereka, para pelaku usaha juga belum bisa maksimal. Tidak harus dukungan berupa bantuan modal atau pendanaan, dukungan moral dikatakan Indra juga bisa membantu.
“Kalau ada pelaku usaha yang membuat suatu gebrakan yang bisa meningkatkan pendapatan daerah, bisa meramaikan, ya sekiranya juga ada perhatian dan dukungan lah. Paling tidak datang dan memberi semangat,” tegasnya.
Termasuk juga harus ada kebijakan yang mendukung agar UMKM kuliner ini bisa berkembang lebih maksimal. “Pemerintah memang pernah memberi keringanan pajak meski bulan berikutnya ada evaluasi. Relatif, tidak ada kebijakan yang diberikan oleh pemerintah daerah. Padahal itu sangat dibutuhkan, minimal bisa untuk meringankan,” cerita Indra.
“Mesti ada kebijakan yang bisa mendukung dan membantu. Bukan selalu dinilai uang, tapi kebijakan lunak yang bisa mengangkat semangat pelaku usaha,” sambungnya
Maka dari itu, ia pun berpesan kepada para pelaku usaha agar bisa melakukan sebuah gebrakan atau inovasi agar pemulihan lebih cepat lagi. Tidak bisa hanya mengandalkan kedatangan wisatawan saja. Terlebih, lanjut Indra, sektor kuliner ini sebelumnya merupakan urutan kedua penyumbang pendapatan daerah yang besar di Kota Malang.
“Kita memang harus membuat suatu gebrakan. Setidaknya event event yang bisa mendatangkan pengunjung dari luar daerah. Sehingga perekonomian bisa hidup. Hotel hidup, kuliner hidup, semua efek dominonya berkesinambungan. Tanpa itu, kan hanya mengandalkan wisatawan yang datang ke Malang,” beber Indra.
“Di Malang ini pendapatan kita banyak dari sektor mahasiswa. Setelah pandemi ini, nanti mahasiswa kembali ke Malang, tentu akan menggairahkan lagi,” sambungnya.
Inovasi seperti ini penting karena sebagai bagian dari upaya adaptasi. Sehingga seandainya ke depan ada pandemi kembali, adaptasi dengan berinovasi ini menjadi modal berharga untuk pulih lebih cepat dan bangkit lebih kuat.
“Harapan kita semua, pemerintah agar betul betul bijak memberikan dorongan semangat dan uluran bantuan untuk pengusaha. Kalau tidak, pada era seperti pandemi ke depan banyak yang kolaps,” tandasnya.
Desy Pratiwi Putri salah satu pelaku kerajinan Ethnic Crochet Accessories Kota Batu mengaku sempat kelimpungan akibat pandemi. Kini warga Kota Batu itu mulai merasakan adanya kenaikan permintaan dari konsumen. “Pasca pandemi kami sangat merasakan ada peningkatan penjualan. Kenaikan penjualan mencapai dua kali lipat saat pendemi. Baik pemesanan dalam dan luar negeri,” ujar Desy kepada Malang Posco Media kemarin.
Lebih lanjut, dengan kegiatan yang berangsur normal daya beli masyarakat kembali naik. Hal itu membuat masyarakat kembali berani membeli barang sekunder seperti aksesori yang Ia buat. “Tidak hanya itu, peningkatan penjualan juga terasa ketika ada event-event besar di Kota Batu. Apalagi event tersebut digelar oleh Pemerintah,” bebernya.
Karena menurutnya event besar membuka relasi baru. Artinya pesanan semakin bertambah. Sehingga menurutnya Kota Batu butuh event-event besar karena menarik banyak pengunjung. Hal senada juga diungkap oleh Alfredo Dhilan warga Kota Batu pemilik produk lokal buah apel yang diolah menjadi teh apel celup.
“Ini sudah mulai ada peningkatan. Tapi masih belum bisa seperti sebelum pandemi. Karena kita mainnya masih di oleh-oleh. Peningkatkan penjualan produk saya sekitar 70 persen. Belum sebesar sebelum pandemi,” katanya.
Ia menyampaikan jika dulu produksi apel bisa sampai 1,5 ton sebulan. Bahkan saat Hari Raya bisa 2 ton. Tapi sekarang hanya 1 ton. “Karena itu sangat penting ada event besar di Kota Batu. Cuma memang harus diimbangi dengan kebijakan yang sejalan. Kemarin habis pandemi bahan-bahan pokok juga mahal,” paparnya.
Sehingga menurut Alfredo pemerintah harus mencari jalan keluar agar harga bahan baku kembali normal. Ia mencontohkan di beberapa toko oleh-oleh harga barang atau produk UKM juga banyak yang naik. Sedangkan daya belinya juga belum pulih 100 persen. “Jadi event pameran yang digelar juga harus mengundang buyer atau perusahaan distributor itu bisa cukup efektif,” imbuhnya.
Contohnya saja, dalam event Jatim Kominfo Fair 2022 di Halaman Parkir Balai Among Tani Batu yang digelar awal Agustus lalu, mampu menarik pusat perhatian masyarakat Kota Batu. Bahkan panitia mencatat kunjungan JKF hingga 25 ribu orang. Jumlah kunjungan tersebut tentu tak hanya membuat masyarakat yang dapat menyerap informasi yang ada. Tetapi kunjungan tersebut juga berdampak pada para pelaku UMKM yang terangkat penjualannya.
Salah satu stand yang ramai kunjungan adalah stand milik Kelompok UMKM GRAS (Guyup Rukun Agawe Santoso) Kota Batu. Disampaikan oleh Pengurus GRAS Imam Fadli bahwa dengan adanya JKF 2022 di Kota Batu mampu menarik masyarakat untuk datang. “Kami berjualan sejak hari pertama. Kami senang dengan kembali digelarnya event setelah pandemi oleh Pemerintah. Pasalnya sangat berdampak pada kenaikan penjualan produk UMKM Kota Batu,” bebernya.
Dengan adanya JKF 2022, stand GRAS mampu meraih omset per hari antara Rp 1,5-3 juta. Hal tersebut tentunya menandai kenaikan daya beli masyarakat. “Per hari omset yang kami dapat antara Rp 1,5-3 juta. Kami berharap kegiatan seperti ini bisa terus digelar oleh Pemerintah. Dengan begitu produksi pelaku UMKM Kota Batu kembali meningkatkan dan perekomian kembali normal,” harapnya.
Kelompok UMKM GRAS sendiri memiliki 80 anggota. Dalam JFK 2022, UMKM GRAS mengikutsertakan sekitar 30 anggotanya dengan beragam produk olahan. Seperti aneka keripik buah, jahe instan, hasil pertanian seperti buah segar jambu kristal dan strowberi serta produk kerajinan.
Owner Omo Pudding Giovani Santoso mengatakan, berdiri sejak 2017, Omo Pudding juga sempat terdampak pandemi. Penurunan penjualan juga dirasakannya. Namun saat ini sudah mulai membaik. Sejak pandemi turun pada akhir 2021, masyarakat sudah kembali berani mengadakan kegiatan. “Mulai banyak kegiatan ulang tahun, perayaan, dan pudding tarik uang ini, masih jadi salah satu pilihan masyarakat,” jelasnya.
Di sisi lain, Rizaldi sebagai Founder Kombukei juga merasakan hal yang sama. Bahkan di awal pandemi di tahun 2020 lalu, ia terpaksa harus menutup kedainya selama tiga minggu. “Kemudian setelah buka, itu juga tidak efektif. Karena penjualan menurun drastis. Bisa turun sampai 60-70 persen dari hari biasa,” ujarnya.
Sejak dibuka pada tahun 2019, pandemi memberikan dampak besar terhadap kedainya. Namun dengan usaha dan upaya yang digencarkannya, pria yang akrab disapa Ical itu terus bertahan. “Setelah pandemi landai di tahun 2021, penjualan kembali normal. Bahkan setelah akses dibuka hampir seperti normal oleh pemerintah, juga ikut membantu mendorong penjualan,” jelasnya.
Berbagai menu andalan juga semakin ramai. Seperti, minuman dari Kombucha yang dibuka mulai harga Rp 23-45 ribu, yang menjadi andalan kedai tersebut. “Tentu di HUT ke 77 Kemerdekaan RI ini kami sebagai UMKM bisa kembali mendapat ruang dan kesempatan. Sehingga usaha kami bisa tetap berjalan, dan bisa tetap memberikan dampak positif terhadap roda ekonomi masyarakat Indonesia khususnya Kota Malang,” pungkasnya.
Ita Fitria Owner Batik Lintang Karangploso Kabupaten Malang mengaku usaha yang dirintisnya mulai pulih. Ia tidak menyerah dan terus berproduksi agar produk batik terjaga. “Iya sudah mulai meningkat. Baik produksi maupun penjualan sudah ada peningkatan,’’ katanya.
Lintang mengaku, saat pandemi dia salah satu yang terdampak. Usahanya mengalami penurunan. Namun demikian, sebagai pelaku usaha, Ita tidak menyerah. “Sebelum pandemi, kami bisa memproduksi ratusan batik dalam setiap bulan, karena jumlah permintaan juga banyak. Laku 15 batik setiap bulan itu sudah sangat bagus. Tapi sekarang sudah mulai, ya sudah 60 persen lah peningkatannya,’’ ungkapnya.
Menurut Ita, event merupakan salah satu pendukung meningkatnya seni batik. Sebut saja, saat peragaan busana, baju batik pun banyak digunakan para model. Termasuk para tamu undangan, mereka datang dengan menggunakan baju batik.(ica/ian/rex/eri/ira/lim)