.
Friday, November 8, 2024

Optimis Terus Tumbuh

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA – Pertumbuhan ekonomi di Malang Raya diproyeksikan akan terus tumbuh. Meskipun kondisi inflasi masih terjadi secara nasional.  Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (Kpw) BI Malang Samsun Hadi menyampaikan pada Triwulan I pertumbuhan ekonomi wilayah Malang Raya tumbuh di angka 6,93 persen. Meskipun sedikit tertahan di Trwiulan II yakni di angka -10,16 persen ia optimis di Triwulan III proyeksinya naik.

“Ada dampak tingginya inflasi di berbagai negara maju da nada inflasi domestik. Akan tetapi di Triwulan III 2022 ini perekonomian diperkirakan masih akan tumbuh optimis tumbuh di level SBT (Saldo Bersih Terimbang) 35,08 persen,” jelas Samsun.

- Advertisement -

Hal ini akan didorong oleh keyakinan konsumen yang akan meningkat karena terkendalinya kasus Covid-19 seiring dengan digiatkannya vaksinasi dan booster vaksin Covid-19. Optimisme tumbuhnya perekonomian di wilayah Malang Raya, khususnya Kota Malang juga akan didorong dengan proyeksi daya beli masyarakat yang terus membaik. Ini bisa dilihat dari angka Indeks Keyakinan Konsumen (IKK).

“IKK pada Juli 2022 tercatat sebesar 134,42, relatif stabil meskipun lebih rendah dibandingkan dengan capaian pada Juni 2022 sebesar 139,50. Keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi tetap terjaga pada level optimis (indeks > 100),” tegas Samsun.

Ia melanjutkan, Indeks Kondisi saat ini tercatat sebesar 116,17, atau stabil meskipun lebih rendah dibanding bulan sebelumnya yang berada di angka 120,83.

Pakar Ekonomi Universitas Brawijaya Prof. Candra Fajri Ananda, SE.,MSC.,Ph.D. mengatakan pertumbuhan ekonomi di Malang Raya tumbuh positif selama tahun 2021 dengan rincian Kota Malang tumbuh sebesar 4,21 persen, Kabupaten Malang tumbuh 3,12 persen dan Kota Batu tumbuh 4,04 persen. Dari trend positif itulah, sektor perdagangan dan transportasi dinilai cepat pulih dan mendorong ekonomi Malang Raya.

Menurutnya, pertumbuhan ekonomi Kota Malang ditopang oleh sektor perdagangan dan transportasi. Pasalnya penanganan Covid-19 tahun 2021 sudah terukur dan vaksinasi membaik sehingga sektor perdagangan dan transportasi mulai berjalan. “Ini menyebabkan pertumbuhan konsumsi rumah tangga, artinya perdagangan itu kan isinya orang-orang yang belanja, membeli atau menjual. Itu dari sisi konsumsi rumah tangga sudah tumbuh 2,55 persen,” ungkap Prof Candra.

Lebih lanjut, komponen pertumbuhan konsumsi rumah tangga kontribusinya mencapai hampir 67 persen dari capaian ekonomi Kota Malang. Hal itu tak lepas dari banyaknya masyarakat yang menggantungkan hidupnya dari berdagang, jual beli dan bepergian.

Apalagi Malang adalah salah satu kota tujuan wisata. Untuk itu, dengan model ekonomi Kota Malang dan banyaknya mahasiswa baru maka diperkirakan konsumsi akan terus meningkat.

“Sebut saja apabila UB mahasiswa barunya 13 ribu, UM dan UIN 5 ribu mahasiswa, UMM anggap saja 5 ribu sampai 8 ribu mahasiswa, paling tidak sudah ada 50 ribu mahasiswa baru. Ini menbuat potensi sektor konsumsi rumah tangganya akan terus meningkat,” urainya.

Pun demikian juga dengan sektor transportasi dinilai cepat pulih dari keterpurukan Covid-19. Sebab, di tahun 2021 hingga sekarang masyarakat sudah mulai bepergian, sehingga ada pergerakan ekonomi di sini. Menurutnya, sektor perdagangan dan transportasi selalu berdampingan. Apabila sektor perdagangan pertumbuhan ekonominya naik, besar kemugkinan akan diikuti pertumbuhan ekonomi di sektor transportasi.

“Namun untuk sektor pariwisata ini belum sampai 100 persen pulih, karena banyak orang bepergian tanpa menginap di hotel. Jadi perhotelan belum pulih seperti tahun 2019, tetapi sudah ada trend kenaikan. Karena ukuran pulih itu seperti tahun 2019,” paparnya.

Ia menegaskan, tahun 2022 potensi ekonomi Malang bisa ditopang oleh sektor konsumsi, perdagangan dan transportasi. Tahun ini mahasiswa rencananya sudah kembali tatap muka, maka dipastikan konsumsi akan naik.

“Untuk itu bagaimana caranya menumbuhkan produk-produk UMKM dalam negeri untuk mengisi sektor konsumsi. Jangan sampai produk yang laku itu dari produk impor,” terang pria kelahirna Lumajang 29 Oktober ini.

Meskipun pertumbuhan ekonomi Malang telah pulih dan tumbuh positif namun beberapa tantangan harus bisa ditaklukkan oleh Malang. Tantangan itu berkaitan dengan isu global, ancaman resesi dan kenaikan bahan pokok. Untuk itu Malang harus bisa menjaga laju inflasi berada di kisaran targetnya.

“Sekarang ini inflasi di negara lain sudah tinggi, bahkan Turki sudah mendekati 90 persen. Kita berharap inflasi kita tetap terjaga. Jangan sampai dua digit, sekarang masih di 4 persen, harapannya masih tetap berada di kisaran 4-9 persen,” jelasnya.

Selain itu, dengan adanya kerentanan inflasi mengharuskan daya beli masyarakat khususnya menengah ke bawah harus dipertahankan. Dengan cara memberikan bantuan seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT). “BLT-nya diperbanyak untuk masyarakat-masyarakat miskin di Malang. Karena meraka ketika ada perubahan, inflasi tinggi maka paling terdampak. Makanya itu yang perlu diperhatikan dan APBD bisa dipakai untuk ini,” pungkas Ketua Pusat Penelitian Kebijakan Ekonomi FEB UB ini.(ica/lin/lim)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img