MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Arema FC tak mau ikut-ikutan tren ketika memutuskan nasib pelatihnya di lanjutan BRI Liga 1 2022/2023. Meskipun dalam ancaman boikot yang mulai dilancarkan suporter imbas penampilan inkonsisten Tim Singo Edan, manajemen klub masih terus melakukan kajian dan evaluasi sebelum mengambil keputusan akan nasib head coach Eduardo Almeida.
Dalam beberapa pekan terakhir, posisi Eduardo Almeida memang terhitung tidak aman di mata suporter. Pascahasil naik turun di kompetisi, banyak kritikan untuk sang pelatih, bahkan teriakan ‘Ganti Pelatih’ pun mulai dilancarkan suporter. Terlebih setelah tim Arema FC mengalami kekalahan.
Hal ini ditambah lagi dengan beberapa klub sudah berani melakukan pergantian pelatih. Sampai pekan ke-7, sudah ada lima pelatih yang kehilangan jabatannya. Dimulai dari Robert Rene Albert, Javier Roca, Jacksen F. Tiago, Dejan Antonic hingga Sergio Alexandre. Tak pelak, Almeida pun mulai disebut-sebut bisa menjadi pelatih berikutnya bila tak kunjung membawa timnya memperbaiki performa.
“Semoga tidak terpengaruh karena kondisi klub lain. Semoga (keputusan) benar-benar objektif,” ungkap Media Officer Arema FC Sudarmaji.
Ia mengatakan, saat ini memang kondisi di sejumlah tim lain sudah melakukan pergantian pelatih di tengah ketidakpuasan performa tim. Tapi ia menegaskan, Arema FC tak mau ikut-ikutan tren tersebut. Termasuk ketika tuntutan suporter yang meminta pergantian pelatih, ia berharap juga tak terpengaruh hal tersebut.
“Jangan terpengaruh klub lain sehingga melakukan hal yang sama,” tegas dia.
Akan tetapi, dia menyadari bila kritikan atau bahkan boikot suporter adalah hal yang lumrah ketika menyampaikan aspirasinya kepada klub. Terlebih saat tim yang didukung harus mengalami kekalahan di kandang sendiri, di hadapan pendukungnya.
“(Boikot suporter) itu bagian dari ekspektasi. Ya itu lumrah dalam sepak bola. Apalagi ketika kalah di home. Misalkan tim sudah tujuh kali main, enam kali menang tapi sekali kalah di kandang, ya dapat kritikan,” tambahnya.
Menurutnya, tim justru berterima kasih ketika ada kritik atau penilaian dari suporter. Hal ini dianggap sebagai modal tim untuk melakukan langkah kajian atau evaluasi.
“Terima kasih sudah menilai, dari pada tanpa saran, kami tidak punya modal melakukan kajian. Sekali lagi, ini konsekuensi logis. Apakah dilanjut, disambung atau tetap. Tentu manajemen siap dengan segala risikonya,” pungkas Sudarmaji. (ley/bua)