Tanggal 9 September selalu diperingati sebagai hari olahraga Nasional. Sejenak kita mengingat sejarah ditetapkkanya Hari Olahraga Nasional (HORNAS). Sejarah Hari Olahraga Nasional (HAORNAS) telah diresmikan sebagai Hari Olah Raga Nasional pada tanggal 9 September.
Sampai saat ini sudah diperingati di tahun yang ke-39 merujuk pada pertama kali tanggal 9 September yang diperingati sebagai hari olahraga nasional (Keppres) nomor 67 tahun 1985. Dari beberapa sumber penentuan tanggal 9 September diperingati sebagai Hari Olahraga Nasional tidak terlepas dari pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON) pertama di Surakarta pada tanggal 9- 12 September 1948, meskipun sempat muncul wacana tanggal 8 September, tetapi setelah melalui Sidang Paripurna KONI XIII di Senayan Jakarta pada tanggal 16-17 Mei 1983, ditetapkan setiap tanggal 9 September diperingati sebagai Hari Olahraga Nasional (HAORNAS).
Tujuan dan harapan dengan dtetapkannya Hari Olah Raga Nasional adalah untuk menempa semangat berolahraga di masyarakat serta peningkatan prestasi. (kompas.com).
Merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Olahraga adalah gerakan badan untuk menguatkan dan menyehatkan tubuh, seperti contohnya Sepak Bola, Berenang, dan Lempar Lembing. Olahraga juga dapat diartikan sebagai aktivitas yang melibatkan fisik dan keterampilan dari individua atau tim, dilakukan untuk hiburan.
Selain arti olahraga dari sisi bahasa, ada pengertian lain tentang olahraga, yaitu olahraga berbeda dengan aktivitas fisik biasa. Aktivitas fisik merujuk kepada gerakan yang membutuhkan kontraksi otot. Kegiatan sehari hari, seperti naik tangga, berkebun, membersihkan rumah adalah contoh aktivitas fisik.
Sementara olahraga sebagai bentuk khusus dari aktivitas fisik yang terencana dan sengaja dilakukan untuk menyehatkan badan, contoh Senam, Renang, Bersepeda dan yang lainnya. (Ervan Yudhi Tri Atmoko, KOMPASPedia, 22/7/2021)
Olahraga dan Politik
Manfaat olahraga adalah untuk menjaga kesehatan dan hiburan, namun tidak sedikit olahraga telah dimasuki oleh kepentingan politik sehingga menjadi keluar dari tujuan dan harapan yang ingin dicapai dari olahraga. Menurut pemerhati olahraga, Tommy Apriantono, sebenarnya olahraga dan politik erat kaitannya, tidak bisa tidak, meskipun orang mengatakan jangan dikaitkan antara politik dan olahraga.
Saat pertama kali Olimpiade dilaksanakan tahun 1938, angkatan perang atlet atletnya ada. Dan ketika Jepang akan menjadi tuan rumah olimpiade 1964, secara tidak langsung ingin membuktikan kestabilan negara setelah kalah perang dunia kedua (detiksport, 2/4/2019).
Di Indonesia sendiri, kondisi olahraga dan politik tidak jauh berbeda seperti di negara yang lain. Semua kegiatan olahraga sering menghadirkan tokoh-tokoh politik dengan alasan untuk mencari dana, atau sponsor kegiatan dan lebih memiliki nilai jual.
Bahkan saat tokoh politik menjadi ketua pengurus dari salah satu cabang olahraga, maka sudah dapat dipastikan cabang olahraga tersebut akan menjadi alat kampanye untuk tokoh tersebut. Slogan sportif dalam setiap event pertandingan dan perlombaan olahraga mengandung arti bahwa olahraga harus mengutamakan prinsip kesepakatan terhadap peraturan yang telah disetujui bersama.
Melalui olahraga banyak manfaat yang diperolah, antara lain menjaga persatuan nasional dan persahabatan antara bangsa. Kita mengenal Sea Games, Asian Games, Olimpiade, atau World Cup, dan gelaran olahraga yang lain.
Prestasi Olahraga
Saat ini kita mungkin sedang berbangga dengan hasil dari Timnas U-16 Tahun yang berhasil meraih medali emas pada gelaran AFF Cup U-16. Dan yang masih hangat adalah prestasi Indonesia yang berhasil menjadi Juara Umum pada kegiatan Asean Para Games 2022 dengan 171 emas, 138 perak dan 110 perunggu (okezone.com, 6/8/2022).
Dari hasil yang sudah dicapai, muncul pertanyaan mengapa prestasi tersebut seakan tidak dapat dipertahankan, atau ditingkatkan di level berikutanya, misalnya di Asia, atau Kejuaran Dunia. Ada beberapa hal yang menurut Moh Rosyid Jazuli dalam sebuah tulisan di Paramadina public Policy Instituti, yaitu:
Pertama, Menjadi atlet masih belum jelas masa depan karirnya. Kedua, Olahraga belum terbangun secara integrase dengan system Pendidikan. Ketiga, Minimnya dana untuk pembinaan olahraga. Keempat, Belum optimal keterlibatan berbagai pihak, terutama pihak swasta dalam pembinaan olahraga. Kelima, Sarana prasarana olahraga yang masih minim. Keenam, Strategi, peran, dan prioritas dari pemerintah.(paramadina.ac.id)
Dari enam faktor yang disampaikan tersebut, kita dapat mengambil sebuah pandangan, masih banyak atlet yang memiliki prestasi saat masih muda, dan tidak sedikit ketika sudah mendekati masa pensiun mereka mengalami hidup yang kurang baik, sehingga harus menjual medali, meminta donasi atau yang semacamnya.
Karena ketidakjelasan nasib para atlet, sebagian masyarakat masih belum melihat olahraga sebagai sebuah jenjang karir sehingga pendidikan dan olahraga masih belum dapat berjalan dengan baik, meskipun saat ini sudah mulai berubah paradigma tersebut.
Sekolah sudah mulai melihat olahraga sebagai bagian dari prestasi yang dapat dijadikan jenjang karir oleh mereka. Fasilitas dan kemudahan untuk belajar dan olahraga sudah mulai diberikan oleh beberapa lembaga pendidikan.
Jika kita boleh membandingkan dengan Australia yang menganggarkan 0,1 persen, Thailand dengan 0,2 persen, Singapura 4,2 persen dari anggaran negara, sementara di Indonesia 0,08 persen dari anggaran, itu pun sudah termasuk biaya operasional.
Sangat berbeda jika kita melihat Amerika dan Inggris dalam mengelola olahraga sebagai industri. Dengan pengelolaan olahraga yang baik banyak pemuda yang menjadikan atlet sebagai sebuah profesi untuk berkarir dengan melibatkan pihak swasta sebagai pemilik modal.
Strategi, peran dan prioritas pemerintah, untuk membuat sarana olahraga merata, dengan membuat fasilitas olahraga tidak hanya berada di kota-kota tertentu. Misalnya berpusat di Ibukota Jakarta dan kota lain di Pulau Jawa.
Regulasi dan faktor jaminan dari negara masih menjadi porsi yang lebih diharapkan, minimal jaminan atlet berprestasi untuk dijamin masa depannya dengan diangkat menjadi pegawai ASN. Semoga Hari Olahraga Nasional ke-39 ini menjadi moment bagi pemuda untuk meraih prestasi tertinggi untuk masa depan mereka menjadi lebih baik.(*)