Malang Posco Media – Protes terkait ekploitasi air Sumberpitu Kecamatan Tumpang kembali digelar petani dan warga, Senin (12/9). Di depan tandon Simpat, Desa Wringinanom, para petani dan warga berkumpul.
Atas nama Forum Penyelamat Sumberpitu, petani dan warga ini tak sekadar melakukan aksi dan memasang banner yang bertuliskan ‘Kembalikan Sumberpitu, Petani Juga Butuh Air’. Tapi warga juga menyegel pintu masuk ke tandon.
“Tandon Simpar ini menampung air yang diambil dari Sumberpitu. Kami menutup sebagai wujud protes, agar air Sumbetpitu dikembalikan lagi ke petani dan warga,” kata Mulyono, salah satu peserta aksi.
Kepada Malang Posco Media, Mulyono mengatakan, dulu sebelum air Sumberpitu yang ada di Desa Duwet Krajan, Tumpang diambil dan dikelola Perumda Tirta Kanjuruhan dan Perumda Tugu Tirta, air tersebut mengalir ke persawahan dan rumah warga. Saat itu tidak ada petani yang kekurangan air.
Namun sejak 2015 lalu, setelah proyek pembangunan pipa air selesai dan air Sumberpitu dikelola Perumda Tirta Kanjuruhan (Kabupaten Malang) dan Perumda Tugu Tirta Kota Malang air warga dan petani pun merasakan dampak yang luar biasa. Konflik antar warga dan petani pun kerap terjadi lantaran air yang sebelumnya melimpah menjadi sedikit dan sangat kurang mengaliri pertanian maupun rumah warga.
“Sumberpitu ini airnya mengaliri 11 desa. Semuanya kekurangan air. Terutama pertaniannya,” tegas Mulyono.
Ironisnya lagi, pengambilan air yang luar biasa itu tak diimbangi dengan kompensasi. Mulyono mengaku banyak janji yang diberikan pemerintah sebelum proyek Sumberpitu dibangun. Tapi tidak satupun janji tersebut yang dipenuhi.
“Ini pengambilan airnya luar biasa. Terutama PDAM Kota Malang (Perumda Tugu Tirta) mengambil dan selalu menambah kapasitas air. Kami tidak setuju. Karena itu berdampak pada sawah dan ladang kami mengering,” urainya.
Dampak dari ekploitasi air yang berlebihan itu maka produksi padi maupun sayur di wilayah Kecamatan Tumpang, Pakis dan Poncokusumo pun menurun.
“Kami sudah sampaikan protes ke Pemerintah Kabupaten Malang, kami sudah mengadu ke DPRD Kabupaten Malang, tapi sampai saat ini belum ada solusi,” bebernya.
Dia pun mengatakan penyegelan yang dilakukan ini menjadi pelajaran para pengelola air.
Sementara Koordinator Tim Advokasi Forum Penyelamat Sumberpitu, Zulham Akhmad Mubarok, mengatakan, aksi yang dilakukan petani dan warga ini merupakan bentuk perjuangan untuk menyelamatkan Sumberpitu. Protes ini sejatinya dilakukan sejak air Sumberpitu diambil dan dieksploitasi.
“Dulu tahun 2015 kami menolak pembangunan pipa, tapi pipa tetap dibangun. Air dari Sumberpitu tetap diambil. Eksploitasi yang berlebihan itu berdampak pada petani dan warga. Ini yang kami perjuangkan,” katanya.
Zulham mengatakan aksi yang digelar ini tidak anarkis. Tapi digelar secara humanis. Warga yang berkumpul adalah petani dan warga yang betul-betul terdampak.
“Penyegelan ini tidak hanya pintu gerbang. Tapikami juga sudah menutup kran air di dalam tandon yang mengalir ke Kota Malang,” Kata Zulham.
Dia pun mengaku jika memastikan menutup pipa ini akan berdampak pada pelanggan air di Kota Malang.
“Ini satu-satunya cara yang bisa kami lakukan agar aspirasi kami di dengar. Kami hanya ingin penyelesaian teknis, dengan azas keadilan itu dijalankan. Kompensasi yang dijanjikan juga diberikan, tidak hanya janji,” paparnya.
Dia pun mengaku tidak pernah lelah memperjuangkan aspirasi warga dan petani. Alasannya jelas, jika warga sejahtera, petani sejahtera, maka negara pun menjadi makmur.
“Kami juga siap mengadu ke provinsi. Siang ini akan melakukan audiensi dengan Gubernur. Semoga perjuangan ini mendapatkan hasil sesuai yang diharapkan warga maupun petani,” tutupnya.
Sementara itu aksi protes warga ini berjalan cukup lancar. Tidak, ada anarkis. Semuanya berjalan damai.
Kendati demikian, sejumlah petugas tampak melakukan pengamanan dengan ketat. Anggota Polsek Tumpang dan Polsek Poncokusumo melakukan pengamanan di area tandon Simpar. (ira/lin)