MALANG POSCO MEDIA, KOTA BATU- SMA Selamat Pagi Indonesia Kota Batu memiliki daya tarik keberagaman dan keunggulan konsep pendidikan. Berkat keberagaman suku dan adat para siswa serta konsep sekolah tanpa pungutan biaya yang diterapkan sukses menarik perhatian Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) Kota Batu.
Hal ini ditegaskan Ketua FPK Kota Batu, Dra Triwahyuni Widiestuti. Ketertarikan pihaknya atas konsep pendidikan di SMA Selamat Pagi Indonesia (SPI) Kota Batu sangat tinggi. Seperti diketahui, siswa-siswi SMA SPI Kota Batu berasal dari berbagai daerah, agama dan suku di Indonesia, yang membaur menimba ilmu selama tiga tahun tanpa dipungut biaya.
Triwahyuni mengatakan jika FPK sebagai organisasi penyelaras keberagaman adat dan budaya, menganggap perlu untuk mengapresiasi keberadaan SMA SPI. “Pada kacamata FPK dan pribadi, Yayasan SPI dengan SMA dan sekolah tingginya adalah sebuah wadah yang luar biasa,” ungkap wanita yang akrab disapa Ninik itu.
Bahkan Ninik mengaku pernah bekerja sama dalam bidang pendidikan, dan menurut dia anak-anak didik SPI itu selain kreatif juga inspiratif, ini merupakan aset bagi Kota Batu. “Banyak siswa-siswi yang sangat membutuhkan pendidikan dari SPI, apalagi mereka dilatar belakangi keluarga kurang mampu dan yatim piatu yang benar-benar perlu ditolong,” imbuhnya.
Ditambahkan Ninik, SPI dalam menerima siswa-siswi tanpa pandang suku atau agama apapun, budaya pendidikan seperti itu mencerminkan kearifan primordial nusantara.
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi E DPRD Jatim Hikmah Bafaqih mengatakan, pihaknya telah meminta Dinas Pendidikan Jawa Timur melakukan kajian terhadap sekolah SPI sebagai prasyarat bahwa tidak perlu dilakukan pencabutan izin atas imbas kasus salah satu pendiri.
Hasilnya, muncul rekomendasi terkait orang-orang yang ditunjuk sebagai pengawas lebih dari satu orang. Hal ini sebagai upaya mitigasi dari risiko yang ada karena para siswa di sekolah tersebut jauh dari orangtuanya. “Sekolah itu siswa-siswinya dari luar daerah dan warga tidak mampu, sehingga pengawasan sangat penting,” kata Hikmah.
Rekomendasi kedua terkait kejelasan capaian dari kompetensi akademik siswa. Menurutnya meskipun sekolah SPI memiliki kegiatan pembelajaran vokasi tetapi harus diseimbangkan dengan target capaian dari standarisasi kompetensi akademik. “Enggak apa-apa sebenarnya dengan banyak vokasi dengan meningkatkan softskill itu bagus banget, cuma standarisasi target dari capaian kompetensi untuk pelajaran yang ada tetap harus,” jelasnya. (tyo/udi)