MALANG POSCO MEDIA, MALANG- Satreskrim Polres Malang masih melakukan penyelidikan kasus dugaan pencabulan dan penganiayaan yang dialami RR, 39, seorang ibu rumah tangga (RT) asal Desa Dadapan, Kecamatan Wajak. Diberitakan sebelumnya, korban melaporkan pelakunya adalah pria berinisial T.
Peristiwanya, saat gelaran karnaval Desa Dadapan, Wajak, Minggu (18/9). Ketika itu, iring – iringan karnaval memasuki Desa Bringin, Wajak. Korban yang menjadi peserta tari, hendak menata barisan grup tari karnaval tersebut. Pelaku, secara tiba – tiba mendekat ke barisan tersebut. Setelah itu, tangannya memegang bagian dada RR.
Hal ini membuat korban refleks menangkis. Tindakan itu, diduga membuat T marah dan langsung memukul dan menarik rambut RR. Pria yang disebut T ini, adalah Kades Bringin, Wajak, Teguh Patriajati. Kemarin siang, dia mengklarifikasi masalah tersebut. “Kali pertama saya meminta maaf kepada warga Dadapan karena kehebohan ini,” katanya.
Dia menjelaskan, peristiwa yang dialami itu sebenarnya diluar dugaan. Teguh juga tidak merasa melakukan perbuatan yang ditudingkan korban. “Saat itu, saya dan Heru, teman saya melewati jalan yang dilewati karnaval. Saya juga mengibarkan udeng untuk lewat, minta jalan karena dekat rumah. Ternyata, udeng saya ini terjatuh,” urainya.
Sampai di rumahnya, dia lalu mencari udengnya tersebut. Kebetulan, dia melihat ada udeng yang persis miliknya ini, digunakan oleh korban. “Jujur saya tidak tahu kalau dia perempuan. Fisiknya seperti laki – laki. Merasa itu udeng saya, langsung saya ambil dari kepalanya. Ternyata tangan dia ikut menarik udeng itu,” papar dia.
Reflek, lanjutnya, tangan kirinya pun terangkat ke atas. “Mungkin karena itulah, tangan saya kena ke dadanya. Saya tidak tahu. Saat bersamaan, justru ada orang yang memukul saya dari belakang hingga akhirnya dipisah beberapa orang,” tegasnya. “Kalau saya disebut memegang (maaf) payudaranya, mana mungkin. Itu di tempat ramai,” sambungnya.
Pengakuan Teguh ini juga dibenarkan Ronggo, saksi saat peristiwa itu terjadi. “Kejadiannya memang di depan rumah pak Kades Teguh. Di sana juga ada istrinya, ada juga orang tuanya. Mereka menonton karnaval yang lewat depan rumah. Saya juga berusaha menarik pak Teguh ketika dipukul. Saya bilang tidak enak karena sedang ada karnaval,” ungkap Ronggo.
Pasca peristiwa itu, Kades Dadapan, Wajak, Nur Rohmat Sri Sanjaya ikut memediasi agar masalah itu tidak berlarut – larut. “Mediasi pertama hari Senin (19/9). Ketemu semuanya dan sepakat masalah sudah clear. Pertemuan mediasi kedua juga dilanjutkan Selasa (20/9),” papar Nur Rohmat kepada wartawan.
Ternyata, mereka kaget karena korban melaporkan peristiwa itu ke Mapolsek Wajak. “Tidak ada niat sedikitpun dari pak Teguh melakukan perbuatan itu,” tegasnya. Saat ini pun, dia menegaskan bahwa proses mediasi antara Teguh dan korban masih berjalan. Hal senada diungkapkan Ketua Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia (Apdesi) Kabupaten Malang, Helmiawan Khodidi.
“ Kami ikut membantu memediasi agar masalah ini diselesaikan di tingkat desa. Meski sudah ada laporan, namun belum ada pemanggilan dari polisi. Harapannya tidak berproses. Kalau bisa diselesaikan secara kekeluargaan, kenapa tidak? Saya rasa, disini ada miskomunikasi yang harus segera diluruskan agar cepat selesai,” tegasnya. (mar)