MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Jalan Sultan Agung banyak digunakan untuk parkir yang menggunakan bahu jalan. Masyarakat pun banyak mengeluhkan karena keterbatasan akses jalan tersebut.
Salah satu juru parkir di tempat itu menjelaskan, kepadatan arus lalu lintas itu terjadi justru karena dari orang tua siswa yang mengantarkan anaknya sekolah. Terutama orang yang mengantarkan anaknya dengan mobil.
“Sebenarnya yang membuat macet ya mobil mobil orang tua itu. Kadang mereka lama berhentinya, jadi motor motor yang mau parkir menunggu di belakangnya. Kita sendiri sudah berusaha mengatur biar tidak macet,” terang jukir yang tidak mau disebut namanya ini.
Ia sendiri mengaku di sepanjang Jalan Sultan Agung itu terbagi menjadi tiga titik parkir, yakni di sekitar RM Kertanegara, lalu di bagian tengah Jalan Sultan Agung dan persimpangan Jalan Pajajaran. Setidaknya ada 9 orang jukir yang bertugas.
“Biasanya memang parkir motor sampai dua sab (baris), saya tidak pernah hitung sampai berapa jumlahnya. Tapi kalau dari penghasilan mungkin Rp 100 ribuan lebih per hari,” ungkapnya.
Berdasarkan pantauan Malang Posco Media, diperkirakan jumlah motor lebih dari yang disampaikan oleh jukir tersebut. Bila lebar sekitar satu meter bisa untuk dua motor, maka untuk jarak sepanjang sekitar 50 meter saja maka bisa ada 100 motor. Untuk tarif Rp 2 ribu per motor, maka diperkirakan penghasilan minimal bisa Rp 200 ribu per hari.
“Tapi itu banyak siswa yang kadang pas ramai pulang itu lolos tidak bayar. Ya masa kita mau maksa, menekan mereka, kan ya nggak. Ya yang sebisa kita saja. Setornya kita Rp 60 ribu per hari,” kilahnya.
Menanggapi hal itu, Plt Kepala Dinas Perhubungan Kota Malang Handi Priyanto menjelaskan bahwa di lokasi itu memang terdaftar resmi sebagai titik parkir dan pendapatan parkirnya masuk ke Dishub Kota Malang. Namun demikian apabila dirasa memang tidak beraturan, ia mengaku bakal menindaknya.
“Itu terdaftar menjadi titik parkir. Kita memberi izin titik itu dengan pertimbangan banyak hal. Kondisi arus, kepadatan, dan sebagainya. Walaupun kita izinkan tapi kalau sampai tidak teratur pasti akan tindak dan teman teman mengawasi setiap hari,” tegasnya.
Handi menyebut, di lokasi itu sebenarnya tidak banyak dilewati arus kendaraan, makanya ia pun meberi toleransi untuk menjadi titik parkir. Selain itu juga apabila terjadi kemacetan hanya di jam masuk sekolah saja.
Untuk berapa besar pendapatan parkir dari titik itu Handi mengaku belum melakukan pengecekan. Namun ia memperkirakan tidak banyak bila dibandingkan titik titik lain yang beroperasi mulai pagi hingga malam.
“Saya tidak hafal disitu, tapi sepertinya tidak besar hanya sekali parkir pagi diambil siang. Setorannya sesuai karcis, sesuai hasil potensi. Kalau kita ukur 100 persen dapat apa dia,” tandasnya. (ian/aim)