.
Friday, November 8, 2024

Mahendraparvata, Dance Film Tanpa Dialog

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA, MALANG- Dance Film berjudul Mahendraparvata yang diproduksi oleh Borobudur Writers And Cultural Festival (BWFC) diperkenalkan di CGV Cinemas, Malang City Point Mall pada Sabtu (24/9) lalu. Menariknya film ini diproduksi tanpa dialog dari pemerannya.

Penulis naskah & dramaturg Mahendraparvata, Seno Joyo Suyono, turut hadir dalam acara tersebut. Selain itu juga turut hadir pemeran penari Indonesia, Iwan Dadijono dan pimpinan produksi, Yessi Apriati. Dalam kesempatan tersebut, BWFC turut mengundang seniman lintas bidang dan kreator dari seluruh Malang.

- Advertisement -

Cerita yang ditulis oleh Seno Joyo Suyono menggambarkan kedekatan yang sudah terjalin lama antara Jawa dan Kamboja. Film ini secara penuh dimainkan tanpa dialog. Meski begitu, selama 1 jam lebih 20 menit penonton mampu hanyut oleh penampilan tarian ikonik dari masing-masing pemeran.

“Kita tertarik temuan arkeolog bahwa ada kedekatan arsitektur antara candi-candi di Kamboja dan di Jawa tama Borobudur. Dengan dance film ini kita coba menggambarkan kisah tersebut,” ujar Seno.

Temuan para arkeolog tersebut kemudian dijadikan sebuah dance film. Mengisahkan Jawa-Kamboja di masa lampau melalui perjalanan sepasang topeng yang hanyut dari Kamboja ke Jawa, kemudian dihanyutkan kembali ke Kamboja.

Dance Film Mahendraparvata sukses menggambarkan sejarah candi-candi di Kamboja yang dalam sejarah dibangun oleh tukang bangunan dari Jawa. Sehingga tidak heran terdapat kesamaan arsitektur.

Selain mengungkapkan sejarah dengan kemasan yang lebih menarik yaitu sebuah dance film. Seno Joyo Suyono ingin menonjolkan pluralitas yang ada di kawasan Candi Borobudur.

“Kita juga ingin mengangkat pluralitas di kawasan candi Borobudur. Di mana toleransi beragama sangat tinggi di sana. Antar umat beragama saling menjaga saat salah satu di antaranya sedang mengadakan ritual keagamaan,” tuturnya.

Seno mengungkapkan, kampanye film Mahendraparvata garapan BWFC yang bekerjasama dengan Kemendikbudristekdikti dan UNESCO memilih Malang karena sesuai dengan apa yang ada di dalam filmnya.

“Kenapa memlih malang, karena di malang banyak perajin topeng panji dan terdapat beberapa candi yang punya sejarah luar biasa,” pungkasnya. (mp2/lin)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img