MALANG POSCO MEDIA, MALANG- Polres Malang akhirnya menegaskan telah memeriksa Kades Bringin, Kecamatan Wajak, Teguh Patriajati dan RR, 39, korbannya yang tinggal di Desa Dadapan, Wajak. Kasi Humas Polres Malang, Iptu Ahmad Taufik mengatakan, keduanya sudah dimintai keterangan anggota Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (UPPA) Satreskrim Polres Malang.
“Terduga pelaku juga sudah mendatangi UPPA Satreskrim untuk dimintai keterangan,” ungkap perwira pertama Polri ini. “Memang, antara pelapor dan terlapor dikabarkan berupaya menempuh mediasi untuk damai,” katanya kepada Malang Posco Media, kemarin. Meski demikian, Taufik menyebut, proses penanganan kasus dugaan pencabulan dan penganiayaan ini terus berlanjut.
Apalagi perkaranya sudah dilimpahkan ke UPPA Satreskrim Polres Malang dari unit reskrim Polsek Wajak. Mediasinya, lanjut dia, akan dilakukan di depan UPPA Satreskrim Polres Malang. “Tentunya, perdamaian akan dilakukan di depan polisi. Dalam hal ini UPPA. Kalau waktunya kapan, masih akan diberitahukan kemudian,” papar Taufik lagi.
Sebelumnya, polisi terkesan lamban dalam menangani dugaan pencabulan dan penganiayaan yang diduga dilakukan Teguh kepada RR. Bahkan, cenderung menunggu korban datang ke Polres Malang untuk melakukan pemeriksaan, ketimbang jemput bola melakukan pemeriksaan kepada RR yang dikabarkan sempat ‘disembunyikan’ keluarganya di Pasuruan.
Seperti diberitakan, Kades Bringin, Wajak, Teguh Patriajati dilaporkan ke polisi karena diduga melakukan pencabulan dan penganiayaan kepada RR. Peristiwanya, saat karnaval yang digelar Desa Dadapan, Wajak melewati jalan Desa Bringin, Wajak, Minggu (18/9). Dalam laporan, Teguh dikatakan dalam kondisi mabuk saat melakukan perbuatan itu.
Teguh sendiri, sudah mengklarifikasi kepada wartawan, bahwa apa yang dituduhkan tidak sesuai dengan peristiwa yang ada. “Yang benar adalah saya mengambil udeng yang hilang dari kepala korban. Udeng itu mirip punya saya yang jatuh. Saat saya ambil, ternyata dia berontak, hingga reflek tangan kiri saya ikut terangkat. Ada juga yang memukul saya,” paparnya. (tyo/mar)
