MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Suasana duka dan kesedihan masih meliputi keluarga Iwan Junaedi, Aremania Korwil Singosari. Sosok yang akrab disapa Sam Nawi itu, harus meregang nyawa dalam Tragedi Kanjuruhan, Minggu (2/10) lalu.
Pria kelahiran Malang, 43 tahun lalu itu pergi dengan menyisakan semangat perjuangan sebagai seorang Aremania. Kakak kandung korban, Yuli Agus Sumarno, 45, mengaku bahwa kesedihannya masih membekas. Bahkan di saat terakhir korban meninggal, sempat melarang anak dan istrinya untuk ikut menonton ke Stadion Kanjuruhan Malang, Sabtu (1/10) lalu.
“Padahal biasanya itu selalu mengajak istri atau anaknya. Tapi agak aneh saja, karena melarang istri sama anaknya ikut. Padahal biasanya selalu diajak,” cerita Yuli Agus Sumarno kepada Malang Posco Media, Senin (3/10).
Awalnya dia tidak merasa curiga dengan hal itu. Bahkan saat di stadion, keduanya sempat bertemu dan mengobrol biasa. Namun dirinya mengaku saat itu harus pulang terlebih dahulu. Dan saat pulang itu dirinya tidak ada pikiran, bahwa kericuhan yang terjadi sampai separah itu.
“Kemudian sekitar pukul 24.00, dirinya mendapatkan info kalau adik saya itu sudah nggak ada (meninggal). Setelah itu saya langsung meluncur ke RS Wava Husada, saat saya cek ternyata benar adik saya sudah terbujur kaku di sana,” lanjutnya.
Dirinya langsung lemas, marah dan sedih. Lalu bersama istri korban, Eka Wulandari memulangkan jenazah yang sampai di rumah duka, Minggu (2/10) sekitar pukul 01.30. Jenazah Sam Nawi dikebumikan pukul 09.00 di TPU Watugede Kecamatan Singosari.
“Tentu tidak ada yang menyangka. Tapi memang sejak kecil itu jiwa kecintaan terhadap Arema sangat besar. Bahkan seingat saya, terakhir sekolah itu SMP. Kemudian lepas dan katanya cuma mau menonton Arema saja,” kenang Yuli.
Kebanggaan almarhum Sam Nawi kepada Arema, masih sangat berbekas. Dirinya menjadi salah satu sosok penghubung Aremania dengan suporter Persib Bandung, Bobotoh saat datang ke Malang, beberapa waktu lalu. Almarhum meninggalkan tiga orang anak.
Anak sulungnya yang bernama Silvia Ariel saat ini masih menempuh pendidikan di Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Malang (Polinema). Sementara untuk adiknya nomor dua bernama Windu, masih bersekolah di SMK Negeri 1 Singosari. Bungsunya, bernama Mega yang baru 13 tahun melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 3 Singosari.
Sementara itu, Presiden Klub Arema FC Gilang Widya Pramana mengaku bahwa dirinya masih merasa sedih atas kepergian para korban Aremania dalam tragedi tersebut. Gilang didampingi oleh sang istri Shandy Purnamasari dan manajer Arema FC Ali Rifki, ketiganya meneteskan air mata saat bertemu dengan keluarga Sam Nawi.
“Bagi korban yang meninggal kami akan memberikan santunan. Terima kasih kami sampaikan kepada Aremania yang telah mendukung Arema FC selama ini. Meskipun uang santunan ini tidak sebanding dengan nyawa, kami berharap ini bisa membantu meringankan beban keluarga,” tandasnya. (rex/bua)