MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Stadion Kanjuruhan dipenuhi tulisan dalam coretan di tembok-tembok hingga pintu gerbang, Selasa (4/10) kemarin. Selain coretan dinding, beberapa pintu utama stadion dipenuhi bunga yang ditaburkan oleh Aremania. Disinyalir kuat pintu-pintu ini yang tertutup saat tragedi Kanjuruhan makan korban jiwa.
Beberapa coretan dinding bersuara dari ungkapan kekesalan hingga penuntutan. Luapan kekecewaan atas kekacauan yang ada terasa dari isi tulisan di dinding. Banyak diantaranya ungkapan tuntutan untuk mengusut tuntas kasus tragedi Kanjuruhan. Seperti, ‘Saudaraku dibunuh, usut tuntas’ atau sebuah kritik terhadap aparat keamanan ‘Tugasmu mengayomi, bukan membunuh kami’.
Coretan-coretan itu tampak ada di pintu masuk, dinding sisi utara dan selatan gerbang VIP. Lainnya terletak di pintu-pintu yang tertutup dan sempat dijebol temboknya oleh suporter karena tak bisa keluar. Beberapa di antaranya juga memiliki pesan duka cita.
‘Nyowo gak diregani karo duwek’ (Nyawa tidak dihargai dengan uang) atau ‘Selamat Jalan Saudara, Kanjuruhan Disaster 01-10-2022,” begitu ungkap mereka dalam coretan dinding tersebut.
“Ya wajar saja namanya kecewa,” ungkap Roby, Aremania asal Pagelaran merespon coretan itu usai menaruh bunga tanda berbelasungkawa. Dia berharap apa yang disampaikan tak hanya menjadi kritikan namun menjadi evaluasi bersama. Apalagi ada dugaan salah prosedur pengamanan yang menimbulkan hilangnya nyawa.
Sebelumnya, Kompolnas yang melakukan kajian terkait tragedi juga mengamini bahwa adanya akses yang sulit pada beberapa pintu keluar menyebabkan desakan. Stadion yang penuh sesak akhirnya menimbulkan korban berjatuhan.
Seperti disampaikan Komisaris Kompolnas Albertus Wahyurudhanto, suporter juga sempat kesulitan keluar dari lapangan melalui beberapa pintu keluar. Selain itu gas air mata masih mengepul akibat upaya penguraian massa yang diduga melanggar prosedur pengamanan. Pihaknya mendapat konfirmasi mengenai penembakan gas air mata di Stadion Kanjuruhan.
“Tidak ada perintah dari Kapolres untuk melakukan penguraian massa dengan tindakan eksesif, yaitu dengan peluru gas air. Tidak ada. Itu disampaikan saat apel lima jam sebelumnya,“ papar Albertus dalam konferensi pers terkait investigasi tragedi Stadion Kanjuruhan di Polres Malang, Selasa (4/10) kemarin. (tyo/bua)