MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Tragedi Kanjuruhan telah sepekan berlalu. Manajemen dan tim Arema FC masih intensif berkunjung ke rumah duka untuk takziah dan doa bersama. Mereka pun mendapati ragam perjuangan Aremania selama memberikan dukungan Tim Singo Edan.
Salah satunya Aremania yang berasal dari kawasan Malang Selatan, seperti di Desa Gedangan Kabupaten Malang. Lokasinya di dekat Pantai Bajul Mati. Sejumlah pemain dan asisten pelatih yang bertakziah, merasakan betapa susahnya perjalanan, yang tentunya dilalui oleh Aremania tersebut selama ini.
“Tiga hari lalu saya bersama Alfarizi, Alam (Ikhfanul) dan Tito (Hamzah Titofani) dapat amanah dari manajemen berkunjung ke rumah korban di daerah Kabupaten Malang. Ada satu rumah yang lokasinya jauh dan akses jalannya sulit. Saya membayangkan, bagaimana suporter harus berjuang lewat jalan seperti itu saat berangkat dan pulang ketika memberi dukungan ke Stadion Kanjuruhan,” ujar Asisten Pelatih Arema FC Kuncoro.
Dia menggambarkan jika jalan yang dilalui belum beraspal. Sekitar 30 menit mereka harus melewati jalan berbatu yang licin ketika hujan. Secara total, dari Stadion Kanjuruhan ke rumah korban, membutuhkan waktu dua jam.
“Sedih rasanya melihat perjuangan suporter dengan perjalanan yang melelahkan, akhirnya jadi korban kejadian,” jelasnya.
Hari-hari selanjutnya, Kuncoro dan rombongan masih berkunjung ke beberapa korban yang ada di perbatasan Kabupaten Malang bagian selatan. Sementara, pemain lain seperti Rizky Dwi Febrianto, ke rumah korban di kawasan Jember.
Lalu ada pula pemain seperti Teguh Amirrudin yang ke rumah korban di Blitar. Asisten pelatih Arema, Singgih Pitono juga berkunjung ke rumah korban di daerah asalnya, Tulungagung.
Arema FC saat ini memang masih fokus dengan 131 korban tragedi Kanjuruhan usai pertandingan melawan Persebaya di pekan 11 BRI Liga 1 2022/2023. Baik korban meninggal maupun luka-luka. “Kami memang saat ini masih fokus untuk bertakziah juga mengunjungi keluarga korban,” kata Manajer Arema FC Ali Rifki.
Sementara Jumat (7/10) malam, digelar tahlil dan doa bersama tujuh harinya para korban tragedi Kanjuruhan di halaman Stadion Kanjuruhan. Dihadiri ribuan Aremania, para pemuka agama serta berbagai masyarakat lintas agama turut mendoakan para korban.
Ali Rifki meminta agar seluruh peserta tahlil dan doa bersama untuk tidak berhenti mengirimkan doa bagi para korban tragedi Kanjuruhan. Sehingga doa itu terus mengalir, tidak berhenti begitu berakhirnya tahlil dan doa bersama tersebut.
“Setelah selesai salat, kami berharap agar seluruh Aremania dan masyarakat bisa mendoakan para korban Tragedi Kanjuruhan ini. Sisipkan doa buat para korban. Semoga amal dan ibadah para almarhum/almarhumah ini diterima oleh Allah SWT,” pungkasnya.
Dalam kesempatan tersebut juga menjadi momen, bagaimana para suporter klub di Indonesia bisa bersatu. Seluruh suporter dari penjuru Indonesia dan dunia ikut datang dan mendoakan. Presiden Klub Arema FC Gilang Widya Pramana menyampaikan, ini adalah momen seluruh suporter Indonesia untuk menanggalkan ego.
Dirinya menegaskan bahwa rivalitas dalam sepak bola hanya terjadi selama 90 menit saja. “Ayo belajar dari kejadian tragedi Kanjuruhan ini. Mari kita tanggalkan ego. Malang-Surabaya itu seduluran. Mereka bukan musuh kita, ayo kita tanggalkan ego dan bersatu menjadi satu Indonesia,” tegasnya. (ley/rex/bua)