MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Galeri kerajinan kayu GS 4 Woodcraft milik Retno Hastuti banyak dilirik pelanggan dari dalam dan luar daerah. Bahkan sempat tembus ke luar negeri.
Toko yang telah berdiri sejak tahun 1992 ini sering mengirimkan karya terbarunya untuk mengikuti pameran seni. GS 4 Woodcraft beralamat di Jalan Gondosuli No.4 Lowokwaru, Kota Malang.
“Dulu saya dan suami saya punya tetangga pabrik kayu. Limbahnya cukup banyak, sehingga kita manfaatkan dan ternyata memiliki nilai ekonomi,” ujar Retno kepada Malang Posco Media.
Semua karya GS 4 Woodcraft dapat dikatakan multifungsi karena selain dapat menambah estetika ruangan juga dapat digunakan sebagai seni terapan. Kerajinan kayu yang diproduksi seperti tempat tisu, nomor rumah, jam dinding, wadah pensil, nampan, kotak surat, kursi sekolah, alat rumah tangga, stand HP dan gantungan kunci.
“Kita membuat berbagai macam karya. Spesial dari yang lain, kita melakukan semuanya homemade seperti diukir dan dilukis dengan tangan bukan mesin cetak,” lanjutnya.
Bahan kayu yang digunakan adalah pinus, dipilih karena memiliki tekstur menarik dan mudah diukir maupun dilukis. Harga produk kerajinan kayu di sini dimulai dari Rp 10 ribu.
Tak hanya itu, GS 4 Woodcraft juga menerima pesanan sesuai kemauan pembeli. Sering kali customer memesan design dan warna kesukaan mereka sehingga berbeda dan lebih eksklusif.
“Kita menerima pesanan baik satuan maupun borongan. Bisa dilakukan secara online maupun datang ke kantor galeri kami,” tegasnya.
Menurut Retno di Malang banyak ditemukan perajin kayu yang memproduksi perkakas atau furniture besar. Namun sangat sedikit yang menekuni dunia craft sepertinya. Kebanyakan menggunakan kayu sengon maupun jati, sebab mendapatkan kayu pinus harus memperoleh izin dan bekerjasama dengan perhutani.
Kerajinan kayu memiliki nilai jual yang tinggi. Terlebih di Malang tidak banyak perajin kayu yang memproduksi karya seni unik dan bisa difungsikan untuk keperluan sehari-hari. Dapat dikatakan target pasar masih tinggi namun kompetitor masih rendah.
“Tidak semua bisa bermain kayu. Saya rasa perajin kayu di sini kurang diangkat. Padahal jika ditekuni, ini adalah peluang besar yang bisa menghasilkan kebermanfaatan sektor ekonomi masyarakat,” tutup Retno. (mp2/lin)