Trauma Healing Masih Dibutuhkan
MALANG POSCO MEDIA-Bumi Arema masih berduka. Korban meninggal dunia Tragedi Kanjuruhan bertambah satu orang. Kini tercatat 132 korban jiwa. Sementara di RSSA terdapat sembilan pasien menjalani rawat inap di RSSA sembilan pasien.
Helen Prisela korban Tragedi Kanjuruhan menghembuskan napas terakhir di ICU RSSA, Selasa (11/10) kemarin. Wanita 20 tahun ini merupakan warga Dusun Banjar Patoman Desa Amadanom Kecamatan Dampit Kabupaten Malang.
Korban yang akrab disapa Sela itu diketahui mengalami luka (trauma) yang cukup banyak di sekujur tubuhnya. Saat didiagnosa mengalami luka di bagian dada dan kepala, serta mengalami patah tulang di lengan kiri.
Dokter Spesialis Anestesi ICU RSSA Malang, dr Arie Zainul Fatoni mengatakan korban sebelumnya sudah menjalani operasi, Selasa (4/10) lalu.
“Saat operasi itu kami mendapati ada perdarahan di bagian organ dalam di sekitar perut. Kemudian kami juga menemukan adanya trauma di bagian organ pernapasan, yang diduga akibat benda tumpul,” jelasnya.
Sebelumnya, Sela diketahui sempat sadar meskipun tidak sepenuhnya normal. Sehingga saat diajak berbicara seringkali tidak langsung merespon dengan baik.
“Sejak usai operasi itu, almarhum ini sudah memakai alat bantu napas. Namun ada penurunan kondisi, seiring berjalannya waktu. Hal itu disebabkan banyaknya trauma yang dialami oleh korban,” lanjutnya.
Wakil Direktur Pelayanan Medik dan Keperawatan RSSA Malang dr Syaifullah Asmiragani mengatakan sebanyak sembilan pasien yang sedang menjalani rawat inap di rumah sakit milik Pemprov Jatim ini. Empat di antaranya dirawat di High Care Unit (HCU) dan lima lainnya di Intensive Care Unit (ICU).
Untuk tiga orang di ICU belum menunjukkan adanya peningkatan kondisi. Dan sampai saat ini masih ada beberapa yang menggunakan alat bantu napas.
“Secara umum ini masih ada beberapa pasien yang mengalami trauma berat. Dan saat ini masih belum menunjukkan adanya perkembangan kondisi. Kami mohon doa agar seluruh pasien di ICU segera membaik dan bisa kembali pulang berkumpul bersama keluarga,” katanya. Koordinator Crisis Center Dinas Kesehatan Kabupaten Malang Kabupaten drg Wiyanto Wijoyo MM Kes langsung berkoordinasi dengan RSSA, kemarin.
“Kami juga infokan kepada Bidang Dokes Polda Jatim,’’ kata Dokter Wie, sapaan akrab Wiyanto Wijoyo
Dia mengatakan, Senin (10/10) lalu sempat melakukan rapat dengan Bidang Dokes Polda Jatim. Bertempat di kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Malang. Rapat tersebut beragendakan rekonsiliasi dan konfirmasi perubahan data korban Tragedi Kanjuruhan.
“Karena ada tambahan korban meninggal dunia, kami akan kembali menggelar rekonsiliasi dan konfirmasi perubahan data,’’ tambahnya.
Ia menambahkan, korban korban rawat inap saat ini 21 orang. Sebelumnya sesuai data yang masuk ke Crisis Center Dinas Kesehatan Kabupaten Malang, terdapat 22 pasien Tragedi Kanjuruhan yang dirawat inap.
Dia mengatakan 21 pasien menjalani rawat inap di tujuh rumah sakit. Yakni RSSA Malang 10 orang, RSUD Kanjuruhan tiga orang, RS Bhayangkara Hasta Brata satu orang, RST Soepraoen satu orang, RSUD Kota Malang satu orang, RS Hermina Tangkuban Perahu tiga orang dan RSUD Lawang dua orang.
Sementara korban Tragedi Kanjuruhan yang menjalani rawat jalan sampai kemarin jumlahnya mencapai 585 orang. “Kami terus melakukan pendataan. Termasuk jika ada warga yang meninggal dunia akibat Tragedi Kanjuruhan yang belum terdata dapat melapor ke crisis center. Syaratnya membawa surat keterangan kematian dari desa dan diketahui oleh kecamatan,’’ tandasnya.
Terpisah Wali Kota Malang Drs H Sutiaji mengatakan pihaknya tengah berupaya memberikan pendampingan secara psikologis terhadap korban luka dan keluarga korban. Ia berjanji seluruh warga yang terdampak atau merasa mengalami gangguan psikologis segera dilakukan upaya trauma healing agar kondisinya tidak makin parah.
“Pendampingan ini tidak hanya untuk (keluarga) korban yang meninggal saja, tapi juga termasuk (korban) yang dirawat dan masih sakit itu,” tegas Sutiaji. (rex/ira/ian/van)