.
Monday, December 16, 2024

Catatan Tragedi Memilukan di Stadion Kanjuruhan (4)

Takut Jadi Korban Salah Sasaran, Begadang Semalaman

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Maunya menikmati pertandingan dan memberi dukungan pada tim Arema FC, layaknya Aremania yang selama ini hadir memenuhi Stadion Kanjuruhan. Nyatanya, usai pertandingan harus terlibat dalam liputan yang menegangkan dengan banyaknya jatuh korban tragedy Kanjuruhan. Berikut lanjutan catatan wartawan Malang Posco Media, Ira Ravika yang hadir langsung di Kanjuruhan.

Menonton laga Arema FC secara langsung di Stadion Kanjuruhan sebenarnya bukan kali pertama saya lakukan. Sebelumnya saya juga menonton Arema FC melawan PSIS menuju perempat final Piala Presiden beberapa bulan lalu. Menurut saya menonton langsung laga Arema FC di stadion sangat berbeda dengan menonton di televisi. Meskipun pertandingan Liga 1 itu disiarkan secara langsung.

                Atmosfer stadion itulah perbedaannya. Dimana saya langsung hanyut. Lebur diantara Aremania dan Aremanita. Mendung penuh tim Arema FC yang berlaga. Termasuk saat Arema FC lawan Persebaya 1 Oktober 2022 lalu. Saya semangat menonton langsung di stadion. Merasakan vibe yang sama dengan Aremania. 

                Awalnya hanya itu niat saya. Menonton dan merasakan vibe yang luar biasa. Tapi ternyata sesuatu terjadi di luar dugaan. Yang membuat bulu kuduk saya merinding. Saya merasa panik, bingung  dan takut. Bahkan juga spechless. Dan tidak kalah penting membuat saya begadang semalaman.

                Itu terjadi setelah laga Arema FC dan Persebaya selesai. Saat suporter turun dari tribun ke lapangan. Mereka mengejar para pemain Arema FC untuk memberikan semangat. Ternyata itu menjadi awal mula terjadinya kericuhan antara suporter dan aparat keamanan. Hingga akhirnya ada tembakan gas air mata yang berujung banyaknya korban meninggal dunia.

                Saya masih di tribun saat itu. Suasana hati sudah berbeda, dengan saat kali pertama datang. Bulukuduk mulai merinding. Saya mulai takut. Karena saat itu saya sendirian. Diantara para supporter yang tidak satupun saya kenal. Wakil Bupati Drs H Didik Gatot Subroto yang menonton pertandingan derbi klasik satu tribun dengan saya juga sudah pulang.

                Di tengah para supporter yang tidak saya kenal. Saya takut menjadi korban salah sasaran. Karena melihat ricuhnya, bisa jadi salah sedikit, maka kena bogem mentah. Rasa takut itu semakin menjadi saat itu ada suporter yang berteriak lantang seraya membentak, agar tidak mengambil foto maupun video. Sementara saya sempat mengambil foto dan video. Sehingga nyali pun semakin ciut.

                Saat itu saya mengirimkan WA kepada Pak Buari, Redaktur Arema di Malang Posco Media. Saya menyampaikan kegelisahan. Namun signal HP saat itu lemot. Sehingga  pesan tak langsung terkirim alias pending.

                Kondisi semakin panik.  Di belakang tembok pembatas tribun VIP sudah terdengar suara riuh  orang berlarian. Teriakan meminta tolong. Sementara di sisi lain juga terlihat para suporter menggotong orang.  Saya juga melihat kepulan asap gas air mata semakin menyebar.

                Rasa takut semakin menjadi seiring dengan para suporter mulai berlarian ke arah tribun VIP. Mereka berlari, tidak sedikit, yang mengaku dadanya sesak dan matanya pedih.

                Saat itu saya merasakan mulai mata pedih dan nafas mulai tersengal akibat bau menyengat gas air mata. Seketika itu juga, dengan perasaan takut saya memutuskan keluar dari tribun. Karena saya berpikir kondisi sudah tidak aman.

                Begitu keluar saya melihat banyak suporter duduk dengan kondisi lemas. Ada juga yang tergeletak dengan suara merintih. Saya semakin kalut dan mempercepat langkah, agar bisa sampai luar. Tapi sial, pemandangan di luar semakin parah. Semakin ricuh. Saya pun merasa tidak aman. Meskipun sudah melihat banyak polisi yang saya kenal, namun saat itu saya merasa tidak aman. Hingga akhirnya saya berdiri di area parkir. Diantara motor yang parkir, saya mengamankan diri.

                Sesaat setelah sedikit tenang, saya menghubungi Pak Buari, Stenly Rehardson (Ley) dan Prasetyo Lanang (Tyo). Menanyakan kondisi mereka. Perasaan lega pun sedikit saya rasakan mendengar teman-teman saya tidak terluka. Saya juga lega saat melihat Muhammad Firman fotografer Malang Posco Media yang bertugas di Stadion Kanjuruhan kondisinya sehat.

                Disaat merasa lega itu juga saya kembali menghubungi Pak Buari. Untuk koordinasi liputan. Ya, sekalipun saya datang sebagai penonton, tapi naluri sebagai wartawan tetap ada. Hasil koordinasi itulah, kemudian   membuat saya bergadang semalamam.

                Pertama saya memilih ke RSUD Kanjuruhan sesuai arahan dari Pak Buari. Saya mencari korban disana, untuk kemudian melakukan wawancara dan menulis beritanya. Di tengah wawancara, dan menulis berita di RSUD Kanjuruhan, saya sempat shok. Itu karena banyak orang panik. Berteriak karena sakit, panik mencari keluarganya, panik dan berteriak mencari temannya. Saya juga melihat para orang tua mencari anak atau keluarganya. Tidak sedikit yang kemudian menangis, saat mengetahui orang yang dicari telah meninggal dunia.

                Suasana itupun tergambarkan dalam berita yang saya buat saat itu. Pukul 01.30  saya kemudian memutuskan ke Mapolres Malang.  Setelah mendapat informasi akan ada press rilis dari Kapolda Jatim soal ricuh di Kanjuruhan. Di Polres Malang, bertemu dengan teman-teman wartawan yang lain. Kami menunggu. Kami spechless.  Merasa percaya dan tidak akan kericuhan itu.

                Ditengah menunggu press rilis kami terus mendengar suara sirine ambulan yang lewat. Dan itu membuat kami semakin tak bisa berkata-kata. Tidak ada dari kami yang tidur. Semuanya terjaga. Hingga akhirnya pukul 04.30 press rilis digelar. Kapolda Jatim, Bupati Malang dan Kapolres Malang mulai menjelaskan yang terjadi dan langkah yang diambil.

                Sekitar 20 menit press rilis digelar. Namun demikian, bukan kemudian kami santai. Karena kami juga mendapat kabar Gubernur Jatim juga datang, dan akan menggelar press rilis. Kami pun kembali menunggu. Pukul 09.30 rilis Gubernur Jatim digelar.  Setelah itu kami kembali mendapat informasi Menteri PMK juga datang. Kami kembali menunggu.

                Disela-sela mengikuti press rilis dan  menuggu, saya terus memantau WAG kantor tempat saya bekerja. Takut ada penugasan yang terselip. Saya juga melakukan koordinasi dengan seluruh teman-teman yang bertugas. Alhasil, sampai dengan Menteri PMK datang, saya tidak tidur. Bahkan sampai ke kantor dan mengetik berita di kantor, saya tidak berani memejamkan mata. Hingga akhirnya pulang pukul 23.30, saya pulang dan tidur pukul 00.30. (ira ravika/bua/bersambung)            

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img