spot_img
Thursday, July 3, 2025
spot_img

Transformasi Perpustakaan Sekolah

Berita Lainnya

Berita Terbaru

          Mungkin tidak banyak yang tahu bahwa tanggal 18 Oktober diperingati sebagai Hari Perpustakaan Sekolah Internasional. Berkecimpung di dunia literasi selama beberapa tahun pun tidak membuat saya selalu ingat dan hafal tentang tanggal penting tersebut. Kenapa penting? Karena dengan adanya sebuah peringatan maka secara tidak langsung akan meningkatkan ketertarikan terhadap dunia perpustakaan.

          Peringatan Hari Perpustakaan Sekolah Internasional ini pertama kali diselenggarakan tahun 1999. Dikutip dari laman perpusnas.go.id, peringatan ini dicanangkan oleh Presiden International Association of School Librarianship (IASL), Dr. Blanche Wools pada tahun 1999. Kemudian enam tahun berikutnya yaitu pada tahun 2005 ditegaskan lagi oleh Peter Genco, Presiden IASL pada masa itu.

          Dengan adanya peringatan tersebut setiap perpustakaan sekolah diharapkan untuk berusaha meningkatkan kesadaran pelajar akan pentingnya budaya membaca. Pada tahun ini IASL merayakannya dengan menggelar program International School Librarian Month (ISLM 2022) yang mengambil tema Reading For Global Peace and Harmony. Yang mengajak perpustakaan sekolah di seluruh dunia untuk menciptakan kedamaian dan keselarasan dengan membaca.

          Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), negara kita memiliki 10.794 perpustakaan terakreditasi pada tahun 2021. Dari jumlah tersebut 80,24 persennya atau sekitar 8.662 adalah perpustakaan sekolah. Masih dari data BPS tersebut bahwa dari keseluruhan perpustakaan yang terakreditasi, provinsi Jawa Timur menjadi provinsi yang memiliki perpustakaan terbanyak nasional dengan jumlah 1.658 perpustakaan. Hal ini tentunya sangat membanggakan bagi kita warga Jawa Timur. Sekaligus harus menjadi motivasi untuk menumbuhkan minat baca.

          Berbicara mengenai minat baca masyarakat kita, Suharyanto Mallawa seorang pustakawan Perpustakaan Nasional RI menyampaikan dalam tulisannya tentang Indeks Tingkat Kegemaran Membaca Masyarakat pada tahun 2021 bahwa; Frekuensi membaca kita adalah 4 sampai 5 kali dalam seminggu; Durasi membaca kita per minggu adalah satu jam empat puluh tiga menit (01.43.00); dan banyaknya buku yang dibaca per Triwulan adalah 4 sampai 5 buku.

          Masih dari data tersebut disampaikan bahwa rata-rata frekuensi masyarakat mengakses internet adalah 5 sampai 6 kali per minggu; dan durasi akses internet per minggu adalah satu jam empat puluh enam menit 30 detik (01.46.30). Dapat diambil kesimpulan meskipun tidak jauh selisihnya, masyarakat kita lebih gemar membaca melalui media digital. Dimana hal tersebut juga menjadi tantangan tersendiri bagi perpustakaan sekolah mengembangkan dirinya.

          Keberhasilan sekolah mencetak generasi muda penuh prestasi pastinya juga didukung oleh perpustakaan sekolah dari segi literasinya. Sehingga dapat dikatakan bahwa semakin bagus sekolah maka perpustakaannya juga bagus. Perpustakaan menunjukkan perannya dengan memberikan koleksi literasi yang memadai bagi para pemustaka di lingkungan sekolah.

          Dengan pelayanan yang prima membuat seluruh warga sekolah tidak kapok untuk sekadar berkunjung ataupun melakukan transaksi peminjaman buku. Tidak hanya buku fiksi yang menjadi incaran para siswa, namun juga sumber pengetahuan lain sesuai minat mereka. Dengan meningkatnya antusias tersebut maka dalam waktu dekat posisi Indonesia akan terangkat dalam rangking literasi dunia.

          Untuk mewujudkan hal tersebut tidaklah semudah membalikkan halaman demi halaman sebuah majalah. Memerlukan keseriusan dan tenaga yang lebih demi tumbuhnya budaya literasi di kalangan pelajar. Berbagai tantangan masa kini silih berganti coba menghalangi, salah satu di antaranya adalah efek pandemi Covid-19.

          Selama kurang lebih tiga tahun ke belakang perpustakaan sekolah sangat sepi pengunjung. Pembelajaran yang dilakukan secara daring dan pegurangan waktu belajar di sekolah menjadi penyebab kosongnya daftar hadir di perpustakaan.

          Dan meskipun sekolah berangsur kembali normal, aktivitas membaca di perpustakaan juga tetap minim. Hal tersebut menandakan bahwa kebiasaan membaca sudah mulai luntur. Siswa sekarang lebih suka menikmati narasi pendek dan penuh kontroversial pada media sosial dibandingkan menggali informasi detail dari sumbernya.

          Pemerintah sebetulnya juga sudah berusaha untuk menumbuhkan minat baca di lingkungan sekolah. Melalui Gerakan Literasi Sekolah yang dicanangkan pada tahun 2015, berharap agar sekolah-sekolah di Indonesia berlomba-lomba menggerakkan budaya literasi. Berbagai kompetisi dalam bidang literasi pun gencar digalakkan.     Untuk perpustakaan sekolah sendiri, program Akreditasi Perpustakaan Sekolah pun mulai diwajibkan oleh Perpusnas RI. Hal ini membuat seluruh perpustakaan sekolah mulai terbangun dari tidur panjangnya. Dengan sedikit paksaan dan dorongan mulai berbenah, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman.

          Agar perpustakaan sekolah tetap eksis mengikuti perubahan zaman, berikut ini beberapa tips yang dapat diaplikasikan. Pertama, ciptakan zona nyaman di lingkungan perpustakaan. Sehingga para pemustaka di sekolah betah berlama-lama mencari informasi juga rekreasi.

          Kedua, lengkapi perpustakaan dengan berbagai fasilitas yang dapat memenuhi kebutuhan pemustaka dalam menggali informasi atau menikmati koleksi perpustakaan. Ketiga, mengikuti kompetisi perpustakaan agar selalu update dengan perubahan yang terjadi dan apabila beruntung dapat meraih prestasi untuk meningkatkan gengsi.

          Keempat, selalu mencari partner untuk berkolaborasi dalam bidang literasi. Dengan begitu selain menambah koneksi serta relasi, kebermanfaatan perpustakaan sekolah tidak hanya dinikmati oleh warga sekolah saja namun juga para pemustaka di luar sekolah.(*)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img