Asalkan Segera Dirawat di Rumah Sakit Rujukan
Balita Malang Selatan Dibawa ke RSUD Kanjuruhan
MALANG POSCO MEDIA– Jangan khawatir berlebihan tapi tetap waspada. Kasus Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (GgGAPA) pada anak memiliki tingkat kesembuhan lebih tinggi.
Itu diketahui dari pasien yang dirawat di Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang. Sejauh ini pasien yang dirawat memiliki tingkat kesembuhan yang besar. Yakni mencapai 60 persen.
“Tingkat kesembuhan lebih besar daripada kematian. Sekitar 60 persen kasus yang masuk. Baik yang sedang dirawat dan sudah dirawat sembuh,” jelas Plt Direktur RSSA dr Kohar Hari Santoso tentang perkembangan kasus GgGAPA yang dirujuk di RSSA.
Untuk itu masyarakat khususnya para orang tua harus semakin waspada terhadap setiap gejala sakit yang terjadi pada anak. Juga berhenti konsumsi obat sirup seperti instruksi pemerintah.

Penanganan yang dilakukan RSSA berpegang pada pedoman Kemenkes. Kesiapan dokter spesialis anak, ruang perawatan anak dan metode perawatan Hd (Hemodialisa) sudah disiapkan. Ia menjelaskan segala fasilitas tersebut ada di RSSA.
Melihat perkembangan kasus yang dirujuk di RSSA, seluruh kasus bisa ditangani. Meskipun diketahui ada kasus kematian. Sebelumnya dijelaskan bahwa tingkat kematian pasien GgGAPA yang dirujuk di RSSA berada di angka 40 persen.
Dokter Spesialis Anak RSSA dr Astrid Kristina Kardani Sp A (K) M Biomed menambahkan pihaknya sudah menerima pasien dengan gejala gangguan ginjal sejak tiga bulan belakangan. Sebagian besar penyebab gangguan ginjal tidak diketahui.
“Hampir 100 persen pasien anak ini gejalanya sama. Awalnya demam dan diare. Pasien yang masuk terbanyak laki-laki. Ada juga yang masuk disertai gejala pilek, batuk dan ispa,” jelasnya.
Sementara itu Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang memberikan
instruksi kepada seluruh faskes menghentikan sementara penjualan obat sirup. Terutama yang diinstruksikan pemerintah pusat di jenis-jenis atau merek tertentu.
Kadinkes Kota Malang dr Husnul Muarif menjelaskan seluruh gejala kasus anak dengan gangguan ginjal yang masuk ke faskes atau puskesmas akan langsung dirujuk ke RSSA.
“Instruksinya begitu. Sekarang jika ada anak dengan gejala gagal ginjal langsung dirujuk ke RSSA agar cepat tertangani. Sementara yang obat sirup kita minta seluruh apotek dan faskes mengikuti aturan dari Kemenkes,” tegas Husnul.
Ia menambahkan hingga Minggu (23/10) kemarin, laporan kasus GgGAPA masih berada di angka tiga kasus dari Malang. Husnul mengaku belum mendapatkan update jumlah terbaru.
Penanganan anak dengan gejala gangguan ginjal memang tidak boleh dianggap sepele. Pasalnya jika gejala awal tidak diindahkan, anak yang sakit bisa saja tidak terselamatkan. Atau dalam istilah medis masuk dalam stage atau stadium tiga.
Ini dijelaskan dr Reza Fahlevi, ahli penyakit dalam anak atau Nefrologi Ilmu Kesehatan Anak RSCM dalam Webinar Awam Edukasi Publik PROKAMI (Perhimpunan Tenaga Profesi Kesehatan Islami), Minggu (23/10) kemarin.
Ia menjelaskan kasus kematian yang tinggi selain dikarenakan kondisi klinis pasien anak, juga dikarenakan pasien dibawa ke rumah sakit saat sudah memasuki stadium tiga gangguan ginjal.
“Di RSCM rata-rata yang masuk sudah stadium tiga artinya kondisinya sudah tidak baik. Urine sudah tidak produksi sama sekali. Inilah kenapa penting sekali memantau kondisi anak masing-masing saat ini,” tegas dr Reza.
Ini penting karena gangguan ginjal tidaklah seperti sakit biasa. GgGAPA bergerak secara progresif, artinya cepat memberikan reaksi pada anak. Ketika gejala awal muncul, kondisi tubuh anak pun menjadi lebih buruk.
Lantas bagaimana jika anak terlanjur minum obat sirup? Menurut dia, jangan tunggu ada gejala, tapi langsung pantau produksi urin anak. “Bila anak bisa buang air kecil sendiri tampung urin dalam gelas ukur. Misalkan dalam enam jam terakhir anak dengan berat badan 10 kg mengeluarkan 30 mili urin maka tergolong tidak normal,” jelasnya.
Jika anak masih pakai popok, lanjutnya, timbang selisih popok kotor (berisi air kecil) dengan popok bersih. Jika popok kotor ada BAB, maka singkirkan semaksimal mungkin.
Bila anak yang masih menggunakan popok dalam enam jam terakhir (dengan berat badang 10 kg) memiliki 45 gram berat popok kotor dan popok bersih beratnya 15 gram, maka tergolong tidak normal.
“Minimal seperti itu cara menghitungnya. Perlu diketahui agar tidak terlambat menanganinya,” jelas dr Reza.
Sementara Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Piprim Yanuarso menjelaskan sampai saat ini tercatat 234 kasus GgGAPA di Indonesia.
Lalu kelompok usia anak yang menjadi pasien GgGAPA konsisten di umur 1 sampai 5 tahun yang terbanyak. Ada pula umur 6-10 tahun. Dan juga anak dengan usia 11-18 tahun. Tingkat kematian di angka 55 persen.
“Profil klinis semua menandakan gejala yang sama, demam, saluran pencernaan tidak lancar, dan adanya anuria (atau penurunan produksi urin/tidak sama sekali),” jelas Piprim.
Dijelaskan pula dalam webinar tersebut kaitan kasus dengan isu kegiatan Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN). Beredar isu di tengah masyarakat kecurigaan kandungan imunisasi dalam program tersebut menjadi penyebab.
Hal ini dibahas dan dijelaskan bahwa BIAN sudah dilakukan bertahun-tahun lamanya dengan kandungan yang sama. Piprim
mengatakan kegelisahan ini bisa saja ditepis akan tetapi seluruh kemungkinan dan investigasi yang dijalankan akan dilakukan menyeluruh oleh pemerintah.
Sementara itu di Kabupaten Malang, seorang anak diduga mengalami gangguan ginjal. Saat ini masih dirawat di RSUD Kanjuruhan. Kepala Dinkes Kabupaten Malang drg Wiyanto Wijoyo mengatakan, anak yang diduga gagal ginjal tersebut berusia tiga tahun, berasal dari Malang Selatan.
“Sedang dilakukan penanganan dan observasi di RSUD Kanjuruhan,” katanya. Pasien anak tersebut merupakan pasien rujukan dari salah satu puskesmas di Malang selatan kemarin pagi.
“Keluhannya tidak bisa kencing. Juga mual dan muntah serta diare. Namun demikian sampai saat ini belum dipastikan,” sambung dokter
Wie, sapaan akrab drg Wiyanto Wijoyo.
“Prinsipnya sudah ada penanganan. Kalaupun harus hemodialisa bisa dilakukan di RSUD Kanjuruhan karena rumah sakit tersebut telah memiliki peralatan dan fasilitas yang lengkap, ” urainya.
Sementara kondisi pasien dari Malang barat dilaporkan terus membaik. “Kami terus pantau. Dari laporan yang kami terima kondisinya baik, ” kata dia. (ica/ira/van)