POTENSI wisata Kabupaten Malang, tak habis pada wisata alam pegunungan dan pantai. Namun juga dengan wisata bernilai sejarah. Diantaranya memori kolonial yang cukup banyak, seperti bangunan, taman, jalur rel maupun jembatan.
MALANG POSCO MEDIA, MALANG- Masa pemerintahan Hindia Belanda, Kabupaten Malang menjadi salah satu tumpuan penyokong bagi perekonomian bangsa asing ini melalui perkebunan – perkebunannya. Tebu, kopi, karet, dan teh adalah beberapa hasil alam yang diperebutkan penjajah. Banyak dijumpai peninggalannya, berkenaan dengan kepentingan perkebunan.
Salah satu bangunan bersejarah peninggalan masa Hindia Belanda yang masih berdiri kokoh adalah Jembatan Talang Bululawang (Waterbrug te Boeloelawang bij Malang). Jembatan ini terletak di dua desa yaitu Desa Bululawang dan Desa Krebet Senggrong, Kecamatan Bululawang. Berjarak sekitar 500 meter tenggara Pasar Bululawang.
Saat berada di lokasi, keunikan arsitektur menjadi salah satu nilai jual yang tak ternilai yang bisa ditemukan pengunjung. Jembatan Talang mengalirkan irigasi melewati lembah atau Sungai Manten. Warga setempat menyebutnya dengan talang air. Sehingga, akhirnya nama jembatan itu dikenal dengan Jembatan Talang. Dibangun sekitar tahun 1904/1905, setelah Jembatan Talang Kepanjen.
Pembangunan Jembatan Talang ini merupakan bagian dari pembangunan Daerah Irigasi Kedungkandang. Daerah Irigasi Kedungkandang yang berada di Kota dan Kabupaten Malang memiliki luas baku areal persawahan dengan luas sekitar 5.000 hektar dan mendapat pasokan air dari Bendungan Kedungkandang, Kelurahan Polehan, Kota Malang dan Kalimeri di Dam Tangkil, Bululawang.
Pemerintah Hindia Belanda membangun daerah irigasi Kedungkadang beserta Jembatan Talang ini bertujuan untuk mengatasi kelangkaan air di daerah Bululawang dan Gondanglegi. Kedua daerah itu merupakan perkebunan tebu yang sangat luas. Karena tanahnya kering, tanamannya banyak yang tumbuh kurang optimal dan kekeringan sehingga mengakibatkan sebagian tanaman tersebut mati.
Pemerintah Hindia Belanda menyadari, jika tanaman tebu itu bisa berkembang baik dan subur tentunya akan menghasilkan kualitas hasil yang baik pula. Hal ini juga yang melandasi di Kabubapen Malang menjadi lokasi untuk berdirinya pabrik gula, yaitu PG Krebet. Bila dibandingkan dengan Jembatan Talang Kepanjen, Jembatan Talang Bululawang lebih panjang ukurannya.
Jembatan Talang ini panjangnya 100 meter lebih. Di zaman jepang, Dam terkontrol dari jembatan dengan kali buatan yang ada, di zaman Belanda fungsinya untuk generator pabrik. Jembatan ditopang oleh lima pilar terbuat dari batu bata setinggi 50 meter. Dari lima pilar itu dihubungkan dengan tujuh lengkungan, sehingga kesan arsitektur kolonialnya begitu menonjol ditengah keasrian di lingkungan sekitarnya yang menghijau. (tyo/mar)