Wakil Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) Komjen (Purn) Syafruddin mengingatkan pentingnya perjuangan mengentaskan buta huruf Alquran di Indonesia. Pasalnya, dalam riset yang dilakukan DMI, sekitar 65 persen umat Islam Indonesia tidak bisa membaca Alqur’an.
Menurut Syafruddin, jika penduduk Muslim Indonesia berjumlah 223 juta jiwa maka sekitar 145 juta penduduk buta huruf Alqur’an. “Jadi kalau 223 juta itu penduduk Indonesia adalah beragama Islam, 65 persennya umat Islam Indonesia tidak bisa membaca Alqur’an dan buta secara umum,” tegas Syafruddin yang hadir secara virtual saat memberikan tausiah kegiatan khataman Quran Juz 30 yang digelar oleh El Medina-Syeikh Ali Jaber Rahimahulla di Jakarta, Sabtu (22/1/2022) seperti dilansir Republika.co.id, Sabtu (22/1/2022).
Umat Islam yang tidak bisa membaca Alqur’an ada di berbagai kalangan usia. Mulai dari usia anak-anak, pemuda 20-30 tahun, hingga lansia. Untuk mengatasi masalah itu, Mantan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan RB) itu bersama sejumlah kelompok pemuda Islam mendirikan Yayasan Indonesia Damai Mengaji (YIDM).
Kenyataan saat ini, anak-anak yang masih usia Sekolah dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP) telah banyak yang berhenti mengaji. Mereka merasa kesulitan membaca huruf-huruf hijaiyah. Merasa berat untuk mempelajari ilmu-ilmu tajwid. Mereka berhenti mengaji karena ikut-ikutan teman-temannya yang sudah berhenti mengaji lebih dulu.
Anak-anak usia remaja, rata-rata sudah memiliki kegiatan sendiri yang membuat mereka juga lalai dalam melakukan kebiasaan membaca Alqur’an. Bahkan banyak di antara mereka yang lebih mementingkan bermain gadget daripada mengisi waktu luang dengan membaca Alqur’an.
Hal ini menyebabkan anak-anak semakin jauh dari Alqur’an. Bahkan sholat lima waktu sudah dianggap bukan kewajiban. Puasa Ramadhan dikerjakan hanya sambil lalu atau lebih banyak yang tidak menghiraukannya. Agama bagi mereka hanya sebatas untuk data di Kartu Pelajar saja.
Ketika anak-anak jauh dari Alqur’an dan agamanya, maka nilai-nilai moral dan akhlaknya juga akan jauh dari ajaran-ajaran Islam. Kerusakan moral banyak terjadi karena tidak ada batasan agama yang diyakininya.
Pergaulan bebas pun semakin merebak dan merajalela. Norma-norma kesopanan tak lagi menjadi kepribadian mereka. Lebih parah lagi mereka berbuat apa saja semau sendiri tanpa ada yang bisa menghalanginya.
Alqur’an adalah pegangan dan pedoman hidup setiap muslim dan petunjuk jalan agar tidak tersesat dalam mengarungi kehidupan ini. Jika kita membacanya, mempelajarinya dan mengamalkannya, maka hidup kita akan diberkahi dan penuh keselamatan. Namun jika kita berpaling dan menjauh dari Alqur’an, maka tentu akan ditimpa oleh berbagai bencana.
Faktor pertama yang menyebabkan anak-anak lalai dan malas untuk mengaji adalah karena tidak ada dukungan dari orang tuanya. Dukungan dari orang tua ini sangatlah penting agar anak-anak bisa membagi waktu antara membaca Alqur’an dan melakukan kegiatan lainnya.
Bahkan ada sebagian orang tua yang menginginkan anak-anaknya berprestasi dalam bidang pengetahuan umum, sementara ilmu keislaman khususnya ilmu mempelajari Alqur’an malah ditinggalkan. Seharusnya bisa diseimbangkan antara pengetahuan umum dan pengetahuan agamanya. Sehingga ke depannya sang anak menjadi anak yang matang dan saleh dan salehah.
Orang tua hendaknya bisa berperan aktif dalam membimbing anak-anaknya untuk mempelajari agamanya. Bukankah setiap orang tua menginginkan anak-anak yang sholih-sholihah? Di sinilah dibutuhkan peran serta orang tua dalam menentukan masa depan anak-anak yang dicintainya.
Contoh dan teladan dari orang tua juga sangat penting bagi mereka. Karena panutan dan madrasah ula (pertama) bagi seorang anak adalah dari kedua orang tuanya. Maka orang tua hendaknya memberikan contoh-contoh yang baik kepada anak-anaknya.
Mengajak membaca Alqur’an setiap hari, membacakan dan memahamkan arti dan maknanya. Kalau belum mampu, maka bisa mendorong mereka untuk belajar di TPQ-TPQ terdekat, atau menyekolahkan mereka di lembaga-lembaga Islam lainnya.
Permasalahan yang terjadi di masyarakat adalah banyak orang tua yang belum bisa membaca Alqur’an namun tidak mau belajar membaca Alqur’an dengan baik dan benar kepada orang lain atau guru. Mereka beranggapan melaksanakan agama sebatas kemampuannya saja tanpa mau memperbaiki atau menambah wawasan keislaman lainnya. Sehingga dalam membimbing anak-anaknya pun juga demikian. Melaksanakan ajaran Islam hanya sekadarnya tidak perlu memperdalam lagi.
Faktor kedua bisa disebabkan karena pengaruh lingkungan sekitarnya. Teman-temannya yang berhenti dan malas membaca Alqur’an bisa membuat anak-anak ikut-ikutan. Maka sejatinya memilih teman-teman yang baik itu penting agar kebaikannya bisa menular dan tidak terpengaruh ke dalam hal-hal yang buruk.
Faktor ketiga adalah kurangnya kesadaran dari dalam diri anak-anak sendiri. Itu disebabkan mereka kurang memahami manfaat dan pentingnya membaca Alqur’an. Mereka lebih suka dengan hal-hal yang sedang trend di masa kini, seperti lebih suka menghabiskan waktu berjam-jam untuk bermain game online, stalking di IG/ FB dan hal-hal yang tidak bermanfaat lainnya.
Untuk menumbuhkan kesadaran dalam diri diperlukan bantuan dan dukungan dari orang-orang di sekitarnya. Orang tua, guru pendidik di sekolah bahkan teman-temannya mempunyai peranan penting dalam hal ini. Misalnya orang tua bisa memberikan reward agar anak-anak mau membaca Alqur’an setiap hari.
Atau guru pendidik bisa memberi pemahaman tentang pentingnya membaca dan mempelajari Alqur’an semenarik mungkin agar anak-anak merasa enjoy, asyik dan tidak merasa bosan atau malas ketika pembelajaran agama Islam di sekolah.
Fun game yang berhubungan dengan pembelajaran Alqur’an bisa juga dibuat agar anak-anak merasa senang dan gembira sehingga timbul minat untuk mencintai kitab sucinya. Selanjutnya orang tua atau guru bisa mengajak anak-anak untuk membuat target harian atau mingguan dalam membaca Alqur’an, sekaligus memotivasi untuk belajar memperbaiki makhorijul huruf dan tajwid-tajwidnya. Sehingga kebiasaan membaca dan belajar Alqur’an menjadi aktivitas harian yang menyenangkan dan tak pernah ditinggalkan.
Allah telah memudahkan Alqur’an untuk dibaca oleh semua kalangan, baik anak-anak, remaja, dewasa dan orang tua. Allah juga memudahkan Alqur’an untuk diterjemahkan dan ditafsirkan dalam berbagai bahasa, sehingga mudah dipelajari dan dikaji ilmu-ilmunya.
Allah juga telah memudahkan Alqur’an untuk dihafalkan dan diamalkan kandungan isinya. “Dan sungguh telah Kami mudahkan Alqur’an untuk peringatan, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?” (QS. Al Qomar: 17). Maknanya tidak ada yang sulit dalam membaca Alqur’an, namun perlu kesungguhan diri untuk membiasakannya.(*)