Pengabdian Dosen UM
MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Tim dosen Universitas Negeri Malang (UM) melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat di Desa Torongrejo Kecamatan Junrejo Kota Batu. Melalui program Direktorat Riset dan Pengabdian Kepada Masyarakat (DRPM) tersebut, tim dosen membuat bio-konversi limbah sayur pertanian dengan memanfaatkan larva maggot BSF.
Tim dosen UM bekerjasama dengan Gapoktan Torong Makmur Desa Torongrejo Kecamatan Junrejo Kota Batu. “Pengabdian Larva Maggot BSF sebagai bio-konversi ini diharapkan dapat bisa mengurangi limbah organik dari sisa pertanian Desa Torongrejo,” ujar Ketua Tim Pengabdian, Dr. Nasikhudin.
Dia mengatakan larva maggot bisa mengurangi limbah organik secara cepat. Lantaran larva ini memiliki proses pengurai yang sangat cepat. Tiap larva dapat mengurai dua sampai lima kali dari bobot tubuhnya selama 24 jam. “Hal ini tentu lebih cepat daripada pengolahan limbah menjadi kompos dengan metode mikroorganisme,” katanya.
Selain itu, lanjut Nasikhudin, larva maggot sendiri dapat dimanfaatkan sebagai pakan kaya protein untuk ternak dan sisa residunya dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik. “Sehingga tidak ada yang terbuang sia-sia, dimulai dari penguraian fase telur, larva hingga residunya bermanfaat dan bernilai ekonomis,” paparnya.
Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan oleh beberapa dosen dan mahasiswa. Mereka adalah Dr. Nasikhudin, Prof Markus Diantoro, Dr. Agung Winarno, Akhmad Al Ittikhad, dan Ibu Ishmah Lutfiyah.
Pengabdian ini dilakukan dalam tiga proses tahapan. Yaitu tahapan persiapan, tahapan pembangunan, tahapan pelatihan dan pendampingan.
Nasikhudin menerangkan, larva maggot BSF memiliki siklus, dimulai dari fase telur minggu pertama, kemudian fase larva dewasa di minggu kedua sampai ketiga. Fase serangga menjadi jenis lalat BSF yang kemudian mati setelah bereproduksi.
Pada fase fresh larva, maggot dipanen dan disterilkan dari sisa sampah organik yang menempel. Kemudian dikeringkan menjadi Dry Larva Maggot (maggot kering) menggunakan mesin sangrai, dan akan dikemas menjadi pakan ternak yang bernilai jual tinggi. “Kandungan proteinnya lebih tinggi dibanding pakan ternak pada umumnya. Selain itu, residu maggot juga dapat dikemas dan dipasarkan dalam bentuk pupuk kompos organik,” tuturnya.
Sementara itu, dijelaskannya, sekitar 77 persen lahan Desa Torongrejo Kota Batu menjadi lahan produksi untuk pertanian. Bermacam komoditi dihasilkan petani di desa ini. Seperti bawang dan sayuran. Hanya saja, permasalahan utama muncul dari aktivitas produksi pertanian yakni sampah yang belum terkelola dengan baik. Sementara ini, limbah hanya diangkut ke TPA dan sebagian limbah organik dimanfaatkan sebagai kompos.
Sedangkan pemanfaatan kompos masih belum menjadi solusi yang baik untuk limbah organik pertanian dengan skala besar. “Karena lamanya fermentasi mikroorganisme tidak seimbang dengan waktu limbah yang terus berproduksi tiap harinya,” terangnya.
Dalam pengabdian tersebut, timnya membuat penangkaran larva maggot. Penangkaran ini memiliki ukuran luas 20 meter persegi berisi 16 biopond dengan ukuran 1 x 0,8 meter persegi per biopond. “Harapan kami penangkaran ini bisa meningkatkan pendapatan kas kelompok tani Gapoktan Torong Makmur melalui panen hasil maggot dalam menghasilkan pupuk organik alami,” tandasnya. (imm/adv/bua)