Kami sekeluarga menjelajah Spanyol sewaktu liburan Halloween Break. Perjalanan darat dilewati dengan seru. Yuuk ikut perjalanan kami.
Liburan selalu dinanti anak-anak. Awal tinggal di Eropa merasa aneh sekali di sekolah banyak jadwal libur. Bukan tak senang libur, namun ini menjadi salah satu culture shock dalam keluarga yang mempunyai anak.
Bayangkan betapa sepinya rumah sehari-hari dari jam sembilan pagi sampai lima sore karena anak masih di sekolah. Kemudian satu sampai dua minggu anak full di rumah. Antara mati gaya karena harus menyiapkan segala kegiatan positif. Senang karena bisa bounding lebih dekat dengan anak setiap hari. Atau malah stres karena kondisi rumah lebih sering jadi kapal pecah? Para bunda yang mana nih??
Liburan Halloween Break selama satu minggu kami putuskan berpetualang ke Spanyol. Selama enam hari lima malam.Woooowww. Panjangnyaaa. Yes, ini adalah traveling pertama kami bersama dua putra kami, DoubleZ dengan waktu terpanjang.
Perjalanan menggunakan mobil pribadi. (Pena de Portugal edisi bersambung). Spanyol merupakan negara yang berbatasan langsung dengan Portugal. Untuk sampai ke border di Portugal Selatan dibutuhkan waktu selama tiga jam.
Kota Seville dan Granada menjadi tempat tujuan kami. Beberapa hari lalu sempat bimbang, ingin ke Madrid juga atau tidak. Namun setelah dilihat rute perjalanan sepertinya tidak memungkinkan dalam waktu bersamaan. Menginap tiga hari dua malam di Seville, melanjutkan menginap dua malam di Granada. Dan kembali lagi ke Seville menginap satu malam sebelum balik ke Lisbon.
Berangkat hari Sabtu pagi dari rumah, dengan membawa dua koper, satu ukuran besar dan satu ukuran kecil. Makan siang Indomie goreng, nasi, telur ceplok, dan nugget tidak lupa menjadi bekal. Cemilan roti, kripik, permen sudah disiapkan oleh Zirco. Tidak terlalu pagi berangkat, sekitar jam 09.00 WEST (Western European Summer Time). Sengaja kami tidak terburu-buru, menunggu anak-anak bangun dengan sendirinya. Karena kami tidak ingin merusak mood di pagi hari dengan tergesa-gesa. Toh naik mobil bisa santai tidak terburu waktu.
Berbeda dengan saat di Swiss, kami rela bangun sangat pagi. Berangkat ke stasiun kereta sebelum matahari terbit. Supaya bisa menikmati Swiss dengan puas karena tanpa menginap, dalam satu hari langsung pulang pergi.
Perjalanan darat melewati tol sepanjang kurang lebih 465 kilometer. Dibutuhkan waktu 4,5 jam untuk sampai di kota tujuan. Idealnya. Namun kemarin dibutuhkan waktu enam jam baru tiba di Hotel Barcelo Renacimiento Seville lalu langsung check in. Awalnya perjalanan di tol baik-baik saja. Jalanan mulus, tidak macet sama sekali, cenderung sepi, tidak perlu mengebut, dan rata-rata 100 kilometer/jam. Hingga akhirnya kami keluar tol di daerah Beja – Portugal untuk transit di sebuah taman Bernama Parque Natural do Vale do Guadiana. Rute ini saya yang pilih dengan harapan suami tidak capek dan memiliki waktu untuk beristirahat. Namun ternyata taman ini terletak 45 menit dari pintu keluar tol.
Pikiran kami masih simple, mungkin setelah dari taman akan langsung menemukan kembali pintu tol. Namun seketika setelah hampir 30 menit menyetir, kami gugup segugupnya karena ada tanda serigala yang artinya akan ada pengecekan identitas. Kala itu daerah seperti pengunungan, sawah-sawah hijau. Hanya ada satu jalur dan jarang ada mobil yang lewat. Medan cukup mulus tapi perlu perhatian penuh, berbeda rasanya dengan menyetir di tol. Langsung seketika, kami memutuskan putar balik menghindari tanda serigala yang kurang beberapa kilometer itu. Karena di border situ akan ada pengecekan driving license dan kemungkinan identitas diri.
Mengapa kami harus putar balik? Karena SIM Papi Fariz masih menggunakan SIM International yang diterbitkan di Indonesia. SIM ini masih berlaku, namun kami perlu menukarkan dengan SIM Portugal. Sedangkan proses ini masih dalam antrean. Ditambah lagi residen permit saya dan DoubleZ juga belum diterbitkan sama Pak Lurah di Cascais, hehe. Untuk lebih aman kami memilih putar balik, mencari jalan lain yang tidak ada simbol serigala. Seharusnya menurut info dari teman tidak ada sama sekali pengecekan di border Portugal – Spanyol. Jadi ya lewat begitu saja.
Alhamdulillah dengan perasaan deg-degan, akhirnya kami menemukan jalan yang benar dan sedikit was-was. Lika-liku pegunungan harus dilewati. Pemandangannya bagus sih, Cuma hati tetap tidak tenang, karena tidak ada mobil yang lewat, hanya bermodal google map dan apple map. Bismillah dan doa terus dipanjatkan supaya diberikan keselamatan sampai tujuan. Amin.
Akhirnya terlihat jalan besar, sungai dan jembatan yang memisahkan Portugal dan Spanyol. Melewati jembatan Ponte Intenational do Guadiana dan Sungai Guadiana. Sampailah di Negara Portugal perbatasan. Tidak ada pengecekan, tinggal lewat begitu saja. Dari sini langsung dipilihkan map untuk melewati jalan tol menuju Sevilla – Spanyol. DoubleZ yang sudah terbangun dari tidur siangnya mulai bertanya. Salah satunya Zirco bertanya mana taman yang akan dikunjungi?
Kami menceritakan tidak jadi ke taman karena tadi ada tanda serigala. Zirco begitu antusias. “Oh ya ada serigala? Ada beruang juga tidak? Ada hewan buas apa lagi?” tanyanya. Dia tidak tahu arti serigala yang sesungguhnya. Hehehe.
Mereka mulai kelaperan karena waktu sudah menunjukkan pukul 14.00 CEST (Central European Summer Time). Waktu Portugal satu jam lebih lambat dari waktu Spanyol. Karena belum menemukan tempat pemberhentian, makan roti dulu saja di mobil. Singkat cerita sudah melewati jalan tol menuju Seville. Berhenti makan siang, Zygmund ganti pampers dan pergi ke toilet.
Setengah perjalanan lagi masih ditempuh menuju hotel. Masih sekitar 200 kilometer. Hotel berbintang lima ini tidak jauh letaknya dari jalan tol. Herannya lagi saat keluar tol Spanyol tidak ada gerbang pembayaran. Jadi untuk perjalanan lintas negara ini, kami merasa tidak membayar tol. Hahaha. Berbeda dengan perjalanan ke Porto yang keluar pintu pol langsung tertera membayar 60 Euro. Di mobil kami menggunakan sensor otomatis, sehingga tagihan tol langsung terdebit. Tidak menggunakan cash money untuk bayar ke petugas.
Pengalaman pertama melihat Kota Sevilla sungguh cantik. Gugur sudah kegugupan kami beberapa jam yang lalu saat melewati lika-liku pegunungan. Kotanya rapi, indah, layaknya kota besar padahal Sevilla merupakan kota terbesar ke-4 di Spanyol. Secara tata kota berbeda sekali dengan Lisbon yang lebih didominasi bangunan tua. Di sini bangunan terlihat lebih modern sejauh mata memandang saat perjalanan menuju hotel. Meskipun hotel bintang lima tapi kami mendapatkan harga yang cukup terjangkau dibandingan hotel bintang lima lainnya. Per malam dikenakan biaya 150 Euro (breakfast included). 1 Euro: Rp 16.000.
Fasilitas hotel sangat bagus, tersedia dua kolam renang besar dimana Zirco sudah minta untuk berenang. Kamar yang luas karena telah didesain sebagai kamar keluarga. Menu breakfast ala Eropa dengan menu pilihan cukup banyak. Ada roti, nasi, telur, buah, yogurt, salad, cereal dan jus. Yang pasti tidak ada soto, bubur ayam, nasi goreng, dan ayam asam manis ya. Chef di Eropa ini simple lho, selama dua hari menunya pun sama. Coba saja kalau hotel-hotel di Indonesia memberikan menu yang sama selama dua hari. Pasti langsung dapat complain dari tamu bahwa menu restoran tidak bervariasi. Rating langsung menciut deh pastinya.
Hari pertama, destinasi yang dituju adalah mall. Shopping Mall. Tidak ingin shopping. Mau benchmark saja bagus mana mall di Portugal dan Spanyol, haha. Mall yang dikunjungi pertama kali adalah Centrol Comercial TORRE Seville. Konsep mall outdoor ini bagus, unik dan cantik. Kereeen deh pokoknya. Brand-brand terkenal seperti Zara, H&M, Primar, Massimo Dutti, dll juga terlihat berjejer. Ada tower apartemen dan Hotel Eurostar yang berada di satu lokasi. Hotel di atas mall. Serunyaaa. Impian sekali punya apartemen di atas mall. Butuh apa-apa tinggal turun ke mall.
Yang paling enak tinggal cari makan di food court. Kali ini memilih makanan nuansa Jepang. Ramen, yakisoba dan ebi furai menjadi comfort food di malam pertama. Jauh-jauh ke Spanyol bukan untuk cari makanan traditional, malah makanan Asia ya. Hmmmm, begitulah kami. Lidah Asia selalu cocok di hati. Temperatur tidak terlalu rendah, masih sekitar 20an derajat celcius namun angin malam yang kencang membuat tidak enak di badan. Tidak mau masuk angin, akhirnya kami memutuskan setelah makan terus pulang. Istirahat dengan cukup dan bersiap berpetualang di Seville di hari kedua bersama Double Z. (opp/van/bersambung)