SIHIR Qatar dimulai. Mata dunia tertuju Qatar. Sihir itu bernama Piala Dunia 2022 yang dihelat Negara Qatar, berlangsung sebulan. Dimulai, 20 November 2022. Berakhir dan puncaknya pada 18 Desember mendatang. Piala Dunia 2022 adalah sihir sekaligus menghipnotis dunia dari segala keriuhan dan tekanan ekonomi dunia yang berpotensi mengalami penurunan (krisis).
Piala Dunia 2022 adalah penawar luka. Melupakan duka sejenak. Perhatian terpusat pada sepak bola. Sepak bola adalah lentera di tengah lorong gelap ekonomi dunia yang sedang turun. Terlebih bagi para kontestan yang di negaranya sedang terlilit masalah ekonomi dan politik.
Qatar adalah Negara kecil di timur tengah. Luasnya tidak lebih 11.437 km2. Penduduknya sekitar 2.258.253 jiwa. Meski hanya sebagai negara kecil yang dilihat luas dan jumlah penduduk. Menariknya, Negara Qatar memiliki penduduk migran yang besar dan berasal dari Asia Selatan, Filipina dan Negara Asia Tenggara lainnya.
Selain itu, tingkat pertumbuhan ekonomi Qatar tercatat cukup tinggi dibandingkan dengan rata-rata tingkat pertumbuhan ekonomi dunia, yang tumbuh sebesar 5 persen. Sedangkan pertumbuhan ekonomi Qatar, yakni sebesar 6,3 persen. GNP Qatar sebesar 176.807 US Dolar.
Qatar dibangun atas dasar pemikiran ekonomi modern. Kebijakan ekonomi yang terlahir mengedepankan modernitas ekonomi modern, semenjak era Hamad bin Khalifa al-Tsani hingga saat ini. Urusan kerjasama luar negeri, menggandeng Iran untuk masalah pertambangan gas. Dalam kegiatan ekonominya, Qatar melakukan praktik ekonomi syariah.
Ekonomi Qatar didukung oleh perdagangan internasional di bidang tenaga kerja dan modal. Qatar mengembangkan sektor properti dengan menggunakan jasa konstruksi dan tenaga kerja yang berasal dari Afrika dan Asia.
Pertumbuhan ekonomi Qatar sangat pesat setelah melakukan investasi skala sangat besar dalam bidang gas alam cair. Pertumbuhan ekonomi Qatar dipengaruhi oleh Qatar Foundation yang juga mendukung kegiatan sosial dan pendidikan. Qatar merupakan satu-satunya negara di Timur Tengah yang memiliki produk domestik bruto tertinggi di dunia.
Selain itu, persentase pengangguran di Qatar hampir mendekati 0 %. Ekonomi Qatar yang tergolong makmur menjadi penentu utama dalam kebijakan luar negeri Qatar terkait serangan militer di kawasan Timur Tengah. Meski kecil tapi Qatar memiliki hal besar yang bisa memberikan sihir ekonomi dunia.
Kondisi faktual, Qatar sudah memiliki catatan ekonomi yang tidak bisa dianggap remeh. Tanpa Piala Dunia 2022 pun, Qatar bisa dan memiliki sihir ekonomi. Pertanyaan menarik yang bisa diajukan, kenapa harus Piala Dunia 2022 dijadikan Qatar untuk menyihir dunia?
Qatar bukan negara sepak bola. Masih kalah pamor dibandingkan Arab Saudi, Iran, Jepang, Korea Selatan. Jauh sebelum Piala Dunia 2022, Qatar lebih dikenal, karena sejumlah berbagai sponsor melekat pada klub-klub raksasa Eropa, seperti Barcelona, Paris Saint-Germain dan lainnya.
Korporasi besar di Qatar, seperti QNB, Qatar Airways dan organisasi non-profit Qatar Foundation lebih awal dan dikenal dibandingkan prestasi tim nasional sepak bola Qatar.
Sepak bola Qatar baru memiliki prestasi saat menjadi pemuncak piala Asia 2019. Menghempaskan Jepang.
Qatar adalah Negara minyak. Namun dari Negara minyak inilah sepak bola mulai diakrabi dengan hadirnya para ekspatriat yang bekerja di perminyakan. Tahun 1948 adalah babak baru sepak bola mulai akrab dan dikenal di Qatar. Meski digelar sederhana di atas lahan pasir.
Seiring waktu, sepak bola yang mulai menular ke masyarakat lokal, klub-klub pun bermunculan. Ben Weinberg dalam Asia and the Future of Football menulis, klub tertua Qatar adalah Al-Najah Sports Club (kini Al-Ahli SC) yang lahir pada 1950. Kompetisi pertama di Qatar adalah turnamen Izz al-Din, yang diikuti sejumlah klub di bawah naungan perusahaan-perusahaan minyak di Qatar.
Pada 1950-1951, Petroleum Development Qatar membuat kompetisi bertipe liga di mana juara pertamanya adalah Dukhan Sports Club. Naiknya animo masyarakat terhadap sepak bola kemudian melahirkan induk sepak bola, Qatar Football Association, pada 1960 QFA.
Qatar adalah bukan negara bola. Bahkan Qatar memiliki penduduk perempuan yang besar. Data Bank Dunia (2021) melaporkan bahwa tingkat kelahiran bayi perempuan per 2020 sebesar 1,83 persen. Bagi, Qatar dan termasuk Negara-negara lainnya yang dianggap kecil, sepak bola adalah harga diri. Sepak bola adalah alat perjuangan dan diplomasi politik.
Qatar resmi ditunjuk menjadi tuan rumah turnamen sepak bola paling besar di bawah FIFA, otomatis menjadi salah satu peserta. Ini merupakan kali pertama bagi mereka lolos ke Piala Dunia. Qatar menjadi wakil Timur Tengah pertama yang menjadi penyelenggara turnamen empat tahunan ini, atau yang ketiga di kawasan Asia setelah tuan rumah bersama Korea Selatan-Jepang pada tahun 2002 lalu.
Olahraga diciptakan untuk membangun sikap paling vital dalam kehidupan, yakni elan sportivitas. Sikap adil terhadap sesama adalah alas kerjasama.
Kompetisi diselenggarakan untuk membangun keunggulan. Pengakuan atas keunggulan orang atau pihak lain hanya bisa dirayakan oleh warga yang memegang teguh sportivitas. Kompetisi pada ujungnya bukan untuk memisahkan, namun menyatukan. Inilah yang menjadi sebab olahraga menjadi salah satu opsi paling masuk akal manusia untuk mengetatkan tali hidup bersama.
Karena itu, Piala Dunia 2022 dengan segala kontroversinya sesungguhnya adalah membangun keunggulan dan untuk menyatukan. Sepak bola modern –dan sampai kapanpun- harus disadari adalah permainan kolektif yang melibatkan semua unsur sehingga kebersamaan menjadi etos dirinya. Sepak bola bukan permainan individual yang mengasingkan diri dari lingkungan.(*)