.
Friday, December 13, 2024

Bedah Gagasan Progresif Malik Fadjar

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Menyemarakkan Muktamar ke 48 lalu, Rumah Baca Cerdas (RBC) UMM menggelar bedah dan melaunching buku terbaru tentang Malik Fadjar yakni “Gagasan Progresif Abdul Malik Fadjar” di sela Muktamar Muhammadiyah ke 48 lalu. Hadir sebagai pembedah Abd. Rohim Ghazali selaku Direktur Eksekutif Maarif Institute dan Moh, Mudzakkir, Ph.D. selaku aktivis muda Muhammadiyah.

Pembahasan menarik disampaikan Rohim, sapaan akrabnya, dengan membandingkan sosok Malik Fadjar dengan Buya Syafii Maarif. Menurutnya, kedua tokoh Muhammadiyah ini memiliki persamaan yang sangat kentara yakni dari sama-sama aktivis. Bukan sekadar aktivis tapi intelektual aktivis yang memiliki gagasan cemerlang serta terlibat dalam kehidupan sosial masyarakat.

Meski sama-sama aktivis intelektual, namun mereka mempunyai perbedaan dalam bergerak. Malik Fadjar yang langsung masuk ke birokrasi dengan mnejadi dirjen hingga menteri. Sementara Buya yang tidak masuk birokrasi dan membuatnya sangat independen.

“Bukan berarti Pak Malik tidak independen. Terbukti dari inovasi dan perubahan struktural. Pak Malik menjadi sosok yang menggerakkan, bukan malah diatur oleh birokrasi. Berbeda dengan sekarang, banyak orang yang malah diatur birokrasi dan masuk di lingkarannya,” tegasnya.

Malik Fadjar juga dinilai memiliki pemikiran keagamaan yang inklusif dan substansial. Ia sangat mempertimbangkan isi ketimbang cangkangnya. Lebih mementingkan nilai di dalamnya daripada bentuk formalnya. Terlihat dari dukungannya akan kebijakan lulusan pesantren yang bisa masuk ke berbagai perguruan tinggi, tidak terbatas di kampus Islam tapi juga umum. Maka menurutnya, buku Gagasan Progresif Abdul Malik Fadjar menjadi buku yang menarik untuk dibaca dan didiskusikan.

Sementara itu, Mudzakkir mengatakan bahwa ada lima bab yang tertuang dalam buku tersebut. Satu bab membingkai mengenai Malik Fadjar dan empat lainnya mengkaji spirit dari gagasan-gagasan progresifnya. Menurutnya, tak lengkap jika membaca buku tanpa mengetahui latar belakang seorang Malik Fadjar, ayah dan ibunya, hingga pendidikannya. Ayahnya  merupakan seorang guru yang mengajar di sederet sekolah di daerah-daerah seperti Purworejo, Kulonprogo, Borobudur.  “Kemudian ia bertemu dengan ibu Malik Fadjar di keraton. Menariknya, ibu beliau merupakan murid langsung dari Kiai Dahlan,” tuturnya.

Adapun Malik Fadjar juga masuk di pendidikan guru agama dan dikirim ke Taliwang, Sumbawa. Ia turut mendirikan institusi pendidikan Muhammadiyah di sana. Mudzakkir juga menyebut bahwa Malik Fadjar baru masuk perkuliahan di usianya yang ke-23 dan lulus di umur 30 tahun. Malik juga aktif di organisasi dan memberikan gagasan-gagasannya. Hingga mampu terbang ke Florida State University untuk mengenyam pendidikan magister dan kemudian menjadi dirjen serta menteri.

“Maka buku ini akan menjabarkan gagasan-gagasan menarik dari beliau. Dari situlah kita juga bisa menjaga spirit Abdul Malik Fadjar dengan baik,” katanya.

Peluncuran dan bedah buku tersebut juga dihadrii oleh sederet intelektual muda Muhammadiyah seperti Hasnan Bachtiar, Hamzan Fansuri, Andar Nubowo, Fitrah Hamdani, Zaki Faddad, Jumaldi Affi, Ahmad Fuad Fanani, Maharina Novi, Fauzia Mona Atalina, nafik Muthohirin hingga Rahmat Rusma. Beberapa di antaranya merupakan kandidat doktor di kampus-kampus besar luar negeri. (lim)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img