MALANG POSCO MEDIA, MALANG- Seorang bocah kelas 2 Sekolah Dasar (SD) di Kepanjen, menjadi korban bullying kakak kelasnya. Nahasnya, ia sampai koma di rumah sakit. Dilansir dari akun instagram @infomalangan, bocah tersebut bernama Marcello Widy Febrian. Bocah berumur tujuh tahun itu merupakan warga Desa Kalinyamat Jenggolo, Kepanjen.
Dewi Sulistyowati, ibu korban mengatakan bahwa anaknya dikeroyok oleh kakak kelasnya. Dia menjelaskan, peristiwa itu terjadi Jumat, 11 Agustus 2022 lalu. Berdasarkan keterangan Dewi, Marcello sempat dianiaya oleh kakak kelasnya saat pulang sekolah. Lokasinya di jembatan Sengguruh, Kepanjen. Bahkan korban sempat mengeluh sakit pada bagian kepala dan perutnya.
Korban yang merupakan murid kelas 2 SDN Jenggolo 1 kemudian dirawat di RSI Gondanglegi sejak tanggal 17 November 2022. Ia kemudian dinyatakan koma. Dalam video yang diunggah oleh akun tersebut terlihat bocah laki-laki mengenakan kaos polo garis-garis tengah terbaring di kasur.
Tampak di hidungnya diberi selang alat bantu pernafasan. Sementara di tangannya terdapat infus. Bocah tersebut terlihat tidak merespon ketika tangannya dipegang. Matanya juga tampak sedikit terbuka. Unggahan tersebut pun langsung ramai komentar dari para netizen. “Sepertinya pendidikan tata krama harus diberikan dan diajarkan sejak dini,” tulis Purwanti.
Sementara itu, Kasi Humas Polres Malang, Iptu Ahmad Taufik mengatakan bahwa Unit PPA Polres Malang telah memeriksa sejumlah pihak terkait kejadian itu. Yakni pihak sekolah dan oknum kakak kelas yang menjadi pelaku pengeroyokan. Dari pemeriksaan, diketahui pelaku pengeroyokan adalah kakak kelasnya, berjumlah tujuh orang.
“Saat pulang sekolah, korban tiba di lokasi kejadian. Di sana sudah ditunggu kakak kelasnya. Kemudian dilakukan pengeroyokan,” kata taufik. Setelah mengeroyok, para pelaku lantas meninggalkannya begitu saja. Hingga akhirnya, Marcello diantar oleh seseorang yang sedang mencari rumput untuk kembali ke sekolah. Dari hasil pemeriksaan, korban mengalami tindakan kekerasan di beberapa bagian tubuh.
Seperti di dada dan kepala. Selain itu, polisi juga mendapatkan informasi bahwa perlakuan bullying tersebut ternyata didapat korban sejak berada di kelas 1 SD. Hingga akhirnya berujung pengeroyokan. Edi Subandi, ayah korban mengatakan, anaknya diseret tiga atau empat anak. “Diseret ke bendungan Sengguruh. Di sana dianiaya, ditendang, dipukul dadanya,” jelas Edi.
Sesampai di rumah, ternyata korban tidak langsung menceritakan kejadian yang baru saja dialami kepada orang tuanya. “Dia hanya menangis sambil membanting sepedanya. Mungkin karena jengkel. Karena yang menganiaya semua anak kelas 6 dan dia sendirian tidak berani,” jelas Edi. Esoknya, Sabtu (12/11), korban tidak masuk sekolah karena muntah-muntah dan pusing.
Saat itu Edi mengira bahwa putranya yang baru saja menjalani perawatan karena tipes, hanya kambuh. “Saya bawa ke bidan anak-anak. Dikasih obat sekitar dua hari agak mendingan. Tapi anaknya ngeluh kepalanya pusing, namun enggak panas. Bahkan sorenya itu sampai kejang lalu saya bawa ke dokter,” jelas Edi. (tyo/mar)