MALANG POSCO MEDIA, MALANG- Pihak SD di Kepanjen yang menaungi tempat belajar MWF, 7, korban pengeroyokan mengaku tidak pernah menerima laporan. Sebab, sekolah itu, dikatakan tetap menciptakan sekolah ramah anak dengan berbagai cara. Ini diungkapkan Andri Sujatmiko, Wakil Kepala SD MWF. Sekolah, katanya mendengar kasus itu melalui seorang Bhabinkamtibmas.
Dia diberitahu bila Sabtu (12/11), ada pengeroyokan siswa di area bendungan. “Tentu saja itu bukan area sekolah,” ujarnya. Terkait adanya pemalakan dari siswa kelas 6, Andri juga tidak mengetahuinya. Ia menjelaskan jika waktu istirahat dan pulang sekolah siswa kelas 1 hingga 6 berbeda. “Kami terapkan waktu istirahat siswa tidak sama, pulangnya pun berbeda,” terangnya.
Terkait pernyataan dari orang tua korban, bahwa MWF menerima perundungan sejak kelas 1, Andri juga tidak mengetahuinya. Menurutnya, saat kelas 1 pada waktu itu, pembelajaran melalui daring. “Kalau sejak kelas 1 ada pemalakan, siapa yang narget, kan pembelajarannya daring,” imbuhnya. Sekolah sendiri, sudah menyosialisasikan cyber bullying.
“Siapapun yang menerima kenakalan dari siswa, silahkan langsung lapor ke guru,” ungkapnya. Untuk proses pemeriksaan, kata Andri, telah dilakukan kepada beberapa siswa, guru, termasuk wali kelas korban oleh kepolisian. Untuk proses selanjutnya, pihak sekolah menyerahkan kepada UPPA Satreskrim Polres Malang. ‘Kami ikuti prosedur dari polisi,” imbuh dia.
Disinggung mengenai keinginan keluarga korban agar para pelaku dikeluarkan dari sekolah, dia mengaku akan mengikuti keputusan instansi penanggung jawab pendidikan di atas sekolah. “Kami akan lakukan apa saja, asalkan instruksi instansi di atas kami. Kalau kebijakan sekolah tidak bisa ditentukan dari satuan pendidikan ini harus satuan pendidikan setingkat diatasnya,” tutup dia. (tyo/mar)